Episode 2

"Mama..."

Tita si gadis berkaca mata yang duduk bersebelahan dengan Angga mengernyit. "Kenapa?" tanyanya polos. Tak ada jawaban, Angga malah sibuk memungut makanannya lagi.

"Angga jangan sedih. Bekalnya ganti punya Tita saja," ucapnya lagi tak tega melihat wajah muram dan sedih teman sebangkunya.

Bu Imelda selaku wali kelas dan guru pengajar mata pelajar kali ini mencuri pandang murid lelaki dan perempuan yang berjongkok memasukkan makanan ke dalam kotak bekal kembali.

"Angga, Tita ada apa?" tanya Bu Imelda ikut berjongkok.

"Bekal Angga jatuh, Bu guru. Tita bantu Angga bersihin makanannya," jawab gadis itu jujur.

Angga selesai membersihkan makannya yang berserakan dibantu Tita, namun rasa sedihnya menjalar menjadi tangis yang pecah. Ia langsung memeluk tubuh gurunya. "Mama..." rengek Angga menangis. Bocah sepuluh tahun yang duduk di bangku kelas 4 SD itu mendekap erat gurunya.

Hati dan jantung Angga mendadak tak baik-baik saja. Ia merasa sedih yang teramat dalam hingga terbawa suasana. "Angga, kenapa?" Bu Imelda dengan lembut bertanya. Anak kecil memang mudah sedih tanpa sebab, namun Angga, murid teladan yang irit bicara, dingin dan pendiam. Kini terlihat sangat rapuh diliputi kesedihan tanpa sebab.

"Sedih! Jantung dan hati Angga mendadak sakit, huuuu... Sakit, Bu," lirihnya diikuti tangis yang menjadi.

"Shhh.. Angga jangan nangis, anak laki-laki nggak boleh cengeng! Bentar lagi Angga mau punya adik kan? Jadi stop tangisnya ya. Ayo sekarang Angga ikut Ibu ke kantor!" bujuk Bu Imelda mengusap punggung Angga lembut.

Sebelum keluar kelas Bu Imelda memberi tugas untuk murid lainya yang sedari tadi memandang penasaran ke arah Angga. "Tita, kamu sekalian ikut Ibu! Temani Angga." pinta Bu Imelda. Tita menurut.

***

Kabar tabrakan beruntun berhembus beredar di televisi. Dikabarkan pula kecelakaan tersebut memakan korban jiwa dan luka-luka berjumlah sebanyak 12 orang, dengan satu korban Ibu Hamil kritis, mengalami pendarahan juga kepala bocor.

Dimas tertegun, dipandanginya lekat televisi yang memperlihatkan lokasi serta kondisi bekas kecelakaan terjadi. Jantungnya berdebar apalagi saat melihat mobil yang dipasangi barrecade line polisi. "Niisaa..." raungnya berteriak. Niko sang sekretaris terkejut. Dipandangnya bosnya itu tanpa bertanya.

"Tunda rapat nanti siang, Niko! Saya mau pergi!" tekan dan titah Dimas dingin. Niko sampai dibuat terheran-heran, tidak sekalipun sedari awal ia bekerja melihat atasannya marah dan bersikap dingin, terkecuali terhadap klien dan pekerja lainnya. Namun dengan Niko baru kali ini.

"Ta..., tapi kenapa, Pak?" tanyanya ragu-ragu. Dimas tidak menjawab, ia buru-buru mengambil kontak mobil dan keluar tergesa.

Diusapnya kasar layar handphone, mendial nomor sang istri namun tak ada juga balasan. "Angkat, Nisa.." cemas Dimas.

Mobilnya melaju ketempat kejadian perkara. Hati dan jantungnya sakit membayangkan kondisi sang istri. "Itu hanya kebetulan saja, pasti itu bukan mobil kamu Nis. Mas yakin!"

Sesampainya di TKP, Dimas langsung mendekati polisi, mencecar pertanyaan dan mencari informasi korban-korban yang sudah dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Sebagian korban luka ringan masih berada ditempat. Sedang lainya sudah dilarikan ke RSUD.

"Bapak dimohon jangan mendekati area yang sudah di barrecade line," cegah Pak Polisi yang bertugas.

"Tapi saya ingin memastikan mobil itu bukan milik istri saya Pak, tolong izinkan saya," mohon Dimas mengiba. Polisi itu pun mengangguk serta menemani kelurga korban ke area TKP.

Deg...

Tubuh Dimas mendadak lemas. Benar mobil itu yang tadi pagi Nisa kendarai. "Niisaa..." teriak Dimas, air matanya jatuh menganak sungai.

Dibukanya pintu mobil paksa, melihat sisa-sisa darah yang tercecer. "Pak, mohon kerja samanya, jangan menyentuh area yang dibarrecade line." Pak polisi itu mengitrupsi lagi. Dimas mengalah toh dimobil itu sudah tidak ada Nisa lagi.

***

"Ayo, Angga minum dulu," Bu Imelda menyodorkan air meminta muridnya menenangkan diri.

Isak tangis tergugu Angga masih terdengar namun tak separah dikelas tadi. Tita yang melihat jadi kasihan. Dengan berani ia mengulurkan tangan, mengambil air dari Bu Imelda dan mendekatkan cangkir itu ke bibir Angga. "Minum dulu, nangis juga butuh tenaga," Tita berucap polos.

Angga yang memang kehausan pun tak sungkan merengguk air yang Tita sodorkan hingga tandas. "Makasih Tita.. hiks."

"Sama-sama, Angga jangan nangis lagi ya."

***

Di rumah sakit, Nisa terbaring diatas brankar dan dibawa tergesa menuju IGD. Kecelakaan yang Nisa alami membuat kontraksi semakin parah dan berimbas ke pendarahan, ditambah kepala bocor bekas terbentur dengan dashboard mobil.

Pemeriksaan observasi kilat dilakukan di ruangan IGD dengan penanganan Dokter ahli, Nisa pun langsung dilarikan ke ruangan OK ( Operatie Kamer) untuk tindakan lanjutan.

"Atas nama kelurga Ibu Annisa Maharani," panggil dokter keluar ruangan IGD. Orang tersebut mendekat. "Saya, Dokter."

"Benar! Anda kelurga pasien?"

"Iya!." Jawabnya berbohong.

"Dimohon kelurga pasien untuk menyelesaikan biaya Admistrasi terlebih dahulu, sebelum tindakan operasi dilakukan." Jelas Dokter.

Memang peraturan di RSUD ini, segala tindakan medis dan operasi harus dibayar muka. Bukan maksud, para petugas medis lalai dan menunda! Jelas mereka hanya berkerja dan mentaati peraturan RSUD.

"Lakukan apapun asal Ibu Annisa bisa selamat, Dokter! Berapa pun biayanya akan saya bayar. Tolong, Dok!" Pintanya berharap yang terbaik.

Operasi caesar terpaksa dilakukan tanpa persetujuan kelurga asli. Mengingat saat kejadian kecelakaan, tas korban yang berisi hp dan dompet tidak ditemukan di mobil. Beruntung ada seseorang yang menolong Nisa dan membawanya secepat mungkin ke rumah sakit. Orang itu pula yang menjamin biaya pengobatan operasi korban yang sedang berlangsung.

Ia mungkin orang asing yang mengaku kerabat walau sebenarnya ia tak ada hubungan darah dan kekerabatan sekalipun! namun ia sedikit banyak mengenal Annisa. Mengingat Annisa dulu adalah juniornya semasa kuliah.

***

Dimas sampai di rumah sakit yang diberitahukan Pak Polisi. Dengan pakaian acak-acakan, mata merah dan sembab. Dimas buru-buru menuju kasir, bertanya pada resepsionis atas nama pasien istrinya sendiri. "Ada yang bisa dibantu, Pak?" sambutnya bertanya.

"Bisa tolong cek pasien atas nama Annisa Maharani," pinta Dimas cepat. Wajah cemas Dimas tak bisa ditutup-tutupi, tanpa bertanya lagi, Resepsionis itu langsung mengetikkan indentitas pasien di atas keyboard dan meneliti satu-persatu nama yang ingin diperiksa.

Beruntung Dimas tak salah tuju, Nisa memang dibawa ke RSUD ini. Namun kabarnya Nisa masih dalam penanganan medis karena menjalani operasi lanjutan. Operasi kepala bocor.

"Ruangan atas nama Ibu Annisa Maharani ada dilantai dua, ruangan OK ( Operatie Kamer), Pak, beliau akan menjalani tidak operasi penjahitan dibagian kepala," jelas Resepsionis.

Dimas lagi-lagi menghela nafas berat. Nisa istrinya sedang dalam kondisi yang parah dan tengah menjalani operasi. "Baik! Terimakasih, Mbak."

Dimas bergegas menaiki lift, segera dicarinya ruangan penanganan sang istri yang berlangsung. Tepat didepan ruangan OK, pintunya masih tertutup menandakan operasi belum selesai.

Diliriknya sekeliling, mencari keberadaan Dokter atau perawat yang bisa ia tanyai. Beruntung tak lama ada perawat yang berjalan mendekati ruangan OK, dengan tangan yang membawa kotak putih kecil, entah isinya apa. Dimas pun menyambutnya dengan cecaran pertanyaan. "Suster.. suster," panggil Dimas.

"Ada yang bisa dibantu? Maaf saya sedang buru-buru," ucap Suster mengerling ke kotak yang ia bawa.

"Sebentar saja, saya hanya bertanya kondisi Ibu Annisa? Istri saya keadaanya sekarang dan juga janin yang dikandungnya, bagaimana kabarnya, apa Suster tahu?" tanya Dimas penasaran. Harap cemas dengan buah hati keduanya itu.

"Kondisi pasien Ibu Annisa, masih dalam penanganan, Pak! Untuk baby nya, selamat. Kondisinya sehat dan tanpa ada kecacatan. Sekarang baby nya sudah dipindahkan ke ruangan NICU ( Neonatal Intensive Care Unit ). Maaf, sekali lagi saya buru-buru." Jelas Suster berlalu masuk ke ruangan OK ( Operatie Kamer).

Hati Dimas kalut dan cemas dengan kondisi sang istri, namun ia juga bersyukur kondisi buah hatinya selamat dan dalam keadaan baik-baik saja.

Terpopuler

Comments

🏁BLU⭕

🏁BLU⭕

Ya Allah, begitu tragis keadaan Annisa

2022-12-07

0

Dea Amira 🍁

Dea Amira 🍁

smga trslmatkn

2022-11-17

1

Leo Nil

Leo Nil

Nitip jejak dulu

2022-11-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!