Dimas duduk di samping ranjang rawat sang istri yang belum siuman. Dua jam sebelumnya setelah Nisa selesai di operasi, pasien pun dipindahkan ke kamar rawat. "Cepat sembuh, sayang! Mas, Abang dan Adik, menunggu kamu," lirih Dimas menggenggam tangan dingin Annisa.
Dimas hendak berterimakasih dengan orang yang telah menolong istrinya, namun belum sempat bertemu, orang itu ternyata sudah meninggalkan RSUD setelah membayar lunas biaya pengobatan Annisa. Orang itu juga berpesan, besok dia akan kembali lagi, untuk mengetahui perkembangan kondisi Annisa.
Setalah mengetahui kondisi sang istri! Dimas buru-buru menghubungi orang rumah, memberitahukan kronologis kondisi Annisa, pada orang tua juga mertuanya. Tak lupa pula Dimas berpesan untuk menjemput Angga disekolah karena sudah waktunya jam pulang, pada Mang Kosim supir pribadi yang bekerja dikediaman Dimas.
***
Alat Patient Monitor jantung terus berbunyi, selang oksigen dan peralatan lainya turut serta terpasang di tubuh sang istri. "Yang sabar! Nisa wanita kuat, Dim. Sebentar lagi pasti siuman, meminta pada Tuhan dan berdoa untuk kesembuhan istrimu," Pak Yoga menepuk pelan bahu sang anak.
Ia tahu kesedihan yang sedang dialami Dimas. Annisa, menantunya itulah yang membuat rona kebahagian Dimas memudar. Hati siapa yang tidak terluka melihat belahan jiwanya terbaring lemah di rumah sakit, dengan kondisi yang tidak baik-baik saja.
"Iya, Pah. Dimas minta doa Papa, Mama juga untuk kesembuhan Nisa!."
Angga tertidur lelap di sofa kamar rawat sang Ibu sehabis menangis, ditemani Oma Andina yang menjaga Baby. Sepulang sekolah Angga celingukan menunggu, sang Ibu menjemput, tapi yang datang malah Mang Kosim. Dan Angga pun dibuat shock saat dibawa ke RSUD. Pantas saja hatinya mendadak sakit ternyata Ibu dan adiknya dalam bahaya.
Baby, anak kedua Dimas dan Annisa berjenis kelamin perempuan. Nama bayi kecil dan imut itu belum disematkan untuknya, karena Dimas akan memberi nama anaknya sesuai dengan orang yang telah menolong Annisa.
Andai saat itu Annisa tidak dilarikan secepat mungkin ke rumah sakit, dan ditangani cepat pekerja medis, mungkin nyawa dan anak yang dikandungnya tidak akan tertolong. Beruntung Tuhan masih sayang dengan Annisa hingga memberikan kesempatan hidup meskipun harus melewati kondisi kritis.
"Kamu makan dulu Dim, sekalian pulang ke rumah, bersihkan tubuh kamu dan ambil baju Angga juga Baby. Jangan sampai kamu ikutan sakit, nanti siapa yang akan menjaga cucu-cucu, Mama," seru Oma Andina memerintah, menyodorkan makanan yang tadi ia beli, sebelum ke rumah sakit.
Sekalut-kalutnya Dimas, tetap tidak boleh egois. Ada anak-anaknya yang harus diperhatikan dan masih butuh pengawasan orang tuanya. "Iya, Ma. Dimas makan dijalan saja. Titip Angga dan Baby. Dimas pulang. Assalamualaikum." Pamit Dimas mengambil makanan, lalu mengecup kening Annisa tak lupa mennyalimi takzim kedua orangtuanya.
***
Keesokan harinya, tepat jam 2 siang, orang yang menolong Annisa menyempatkan berkunjung. "Dimas yang menyuapi Angga, menolehkan kepalanya sejenak ke arah pintu yang terbuka, menyembulkan sosok gagah dibaliknya dengan wanita dan anak kecil yang mengiringinya.
"Anda siapa?" cecar Dimas. Heran dengan lelaki yang seumurannya itu masuk kedalam ruang rawat sang istri dengan menggandeng anak kecil seumuran Angga, juga wanita yang menenteng Parsel buah-buahan.
"Maaf, menggangu! Saya hanya ingin mengunjungi Ibu Annisa dan memastikan kondisi kesehatan beliau. Ini ada sedikit buah tangan, tolong diterima," sodor orang itu mengambil parsel dari tangan wanita yang ada disampingnya.
"Terimakasih. Kalau boleh tahu, anda siapanya Annisa? Apa anda orang yang kemaren menolong istri saya?" cecar Dimas lagi.
"Saya, Ardani Jordan, senior Annisa semasa kuliah dan ini istri saya Silvana. Iya benar saya yang menolong Ibu Annisa."
"Benarkan. Terimakasih banyak, Pak Dani, Bu Silva! Saya berhutang budi pada anda sekeluarga. Kenalkan saya Dimas Prayoga, suami Annisa." Dimas mengulurkan tangan mengajak berkenalan, dan disambut baik Dani sekeluarga.
"Bunda... Bunda, aku mau main," rengek bocah seumuran Angga itu menarik lengan sang Ibu. "Iya sayang, iya." Silvana lalu mengeluarkan mainan kecil yang ia bawa ditasnya dan menyodorkan pada sang putra.
Dani dan Dimas mengalihkan pandangannya. "Hai, boy. Mau bermain dengan anak, Om?" tanya Dimas menunjuk Angga yang telaten makan disuapi Opanya.
"Iya, Rafa main dengan anak Om Dimas ya. Ayah dan Bunda mau ada yang diobrolkan. Bisa?" Dani mengerling anaknya.
"Iya, Ayah, Bunda, Om. Aku ke sana ya." Rafael lalu mendekati Angga dan mengajak bermain. "Hai, aku ada robot. Mau bermain bersama?" ajaknya menenteng mainannya ke hadapan Angga.
"Boleh. Aku Angga, kamu siapa?" Angga mengambil satu robot yang disodorkan padanya. "Aku Rafael."
"Ayo kita main." Angga dan Rafael bermain di sudut ruangan dekat kulkas. Sedang para orang tua sibuk mengobrol.
***
Opa Yoga bergabung dengan Dimas dan Dani. Sedang Oma Andina ditemani Silvana, mereka sibuk mengobrol juga menjaga Baby.
"Cantik, baby nya. Silva juga menginginkan anak perempuan, Tante," ucap Silvana sendu. Sudah sebelas tahun ia menikah namun hanya dikarunia seorang putra. Rafael Jordan Senggala.
Berbagai metode sudah dicoba Silva dan Dani, namun mereka tetap tidak bisa memiliki anak lagi setelah kejadian Silva kecelakaan saat Rafael masih berumur 5 tahun.
Silvana dulu mengandung anak keduanya saat Rafael berumur 5 tahun. Namun karena kecelakaan terjatuh dari tangga yang menimpa Silvana, membuat ia keguguran dan berimbas pada kerusakan rahim. Meskipun rahimnya tidak diangkat, tatap saja Silvana susah untuk memiliki anak lagi.
"Mungkin belum rejeki, Sil. Dicoba pelan-pelan, minta sama Allah dan panjatkan doa. Memang tidak mudah! Dulu Tante juga susah punya anak, apalagi dulu Tante sempat di diagnosa mandul, padahal Tante sudah pernah melahirkan. Beruntung 7 tahun berselang tante hamil kembali dan langsung dikarunia anak kembar." Pancing Oma Andina menyulut semangat Silvana.
Wanita beranak tiga itu mendengarkan seksama keluh resah Silvana yang sulit memiliki anak. Oma Andina juga pernah ada diposisi Silvana. Susah mengandung, meskipun kondisi Oma Andina dan Silvana berbeda. Tapi sebagai sesama wanita yang pernah merasakannya, pasti tau kondisi itu sangatlah tidak mudah.
"Iya, Tante."
***
Hari ketiga Annisa dirawat kondisinya masih sama, belum ada peningkatan. Bahkan sedari awal dirawat, kondisi kesadaran Annisa menurun drastis dan mengalami koma.
Seuntai doa, tidak lepas selalu Dimas sekeluarga panjatkan. Bahkan Abimanyu dan Amirah yang berhadir turut serta memanjatkan doa untuk kesembuhan putrinya.
Penerbangan dari Kalimantan ke Jakarta memang tidak memakan waktu sampai 24 jam. Namun dengan kesibukan yang banyak juga mengurusi perkebunan sawit dan batu bara. Baru dihari ketiga dan siang tadi Abimanyu sekeluarga bisa membesuk keadaan anak, mantu dan cucunya.
"Nenek, Dek Arra pipis," adu Angga pada sang Nenek. Lekas wanita berumur setengah abad itu bangkit dan mendekati cucu perempuannya.
Adharra Mahesa Prayoga. Baby Arra anak Dimas dan Annisa yang diberikan nama oleh Dani dan Silvana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Minul!94
Adhara mahesa ahh jdi ke ingat Gale🤭🤭🤭 cerita sebelah
2023-01-11
0
🏁BLU⭕
ternyata Silva belum mendapat kepercayaan untuk mendapatkan keturunan
2022-12-27
0
🏁BLU⭕
oh ternyata kenal baik. sang senior
2022-12-27
0