Aktivitas seperti biasa dilakukan oleh Jenna, setelah keputusannya untuk saling mengintrospeksi dirinya dan Raka dalam menjalani hubungan mereka. Antar jemput yang dilakukan oleh Abangnya, Akbar masih terus berlanjut.
Segala wejangan tiap pagi dari sang mama masih terngiang di telinganya, belum lagi Pak Sofyan, ayahnya hanya bisa mengangkat kedua bahunya jika mendengar istrinya yang terlalu berlebihan dalam urusan hidup anak-anaknya terlebih pada Jenna.
Waktu menunjukkan pukul delapan pagi, Jenna sudah berada di depan meja kerjanya yang langsung berhadapan dengan para customer. Ya, gadis 25 tahun dengan rambut ikal sebahu yang setiap hari dia cepol itu adalah seorang staf customer servis. Seragam bank swasta selalu membuatnya nampak anggun, jangan lupakan kaki jenjangnya yang selalu terbalut dengan stoking berwarna hitam menambah daya tarik tersendiri pada gadis itu.
Msy Jenna Aulia, tertulis name tag yang tersemat di sisi kanan seragamnya. Senyum terlontar setiap saat ketika para customer duduk berhadapan dengan dirinya. Mata kucing yang ia miliki selalu membuat orang terpana melihatnya. Gadis dengan tinggi badan 165cm ini memiliki postur tubuh ideal seorang wanita. Sudut bibir yang selalu mengembang setiap kali berhadapan dengan lawan bicaranya membuat orang yang melihat kadang salah mengartikannya.
Pukul 10 pagi langkah kaki Radit dan Ellen bersamaan memasuki sebuah bank swasta di kota itu. Hari ini mereka akan melaporkan M-banking perusahaan mereka yang terblokir karena kesalahan Ellen yang entah bagaimana ceritanya dia bisa salah memasukkan password.
Mengambil nomer antrian Ellen duduk bersebelahan dengan Radit. Mata lelaki itu tak sengaja menangkap sosok gadis yang beberapa minggu lalu tak sengaja ia tumpahkan kopi di kemeja kerjanya.
"Biasa aja liatnya, Bos," ujar wanita berperawakan bongsor itu.
"Emang kalo jodoh gak kemana ya Len," Radit tersenyum penuh arti.
"Jangan bilang lo lagi ngitungin nomer antrian, dan berharap nomer kita dapet giliran tepat CS nya dia," Ellen mengira-ngira.
"Lo selalu tau apa yang gue pikirin Len, gak salah gue punya assisten kayak lo," ujar Radit dengan wajah menatap layar monitor yang menyebutkan nomer antrian customer servis.
"Tapi kayaknya itungan gue, kita gak dapet antrian bakal dilayani dia Bos," ucap Ellen.
"Ya gimana caranya lo usaha in biar bisa dapet di gilirannya dia dong Len ... masa harus gue perjelas."
"Ih ribet ya sama lo ... untung masih sodara," ujar Ellen kesal.
"Cepetan." Radit mengibaskan tangannya pada Ellen agar bergerak cepat bagaimana caranya dia bisa dilayani oleh Jenna.
"Nih ... dapet, tapi kita jadi mundur satu antrian," ujar Ellen membawa nomer antrian baru yang dia dapat dari seorang bapak-bapak di belakang mereka.
"Pinter." Radit tersenyum sambil menggerakkan alisnya.
"Emang setelah dua tahun, gak pernah kayak gini ya?" tanya Ellen.
"Lo tau gue orangnya susah kalo suka sama orang," ujar Radit.
"Pantesan, udah di sakitin juga lo masih susah move on," ujar Ellen.
"Please deh gak usah di bahas." Radit lalu mengusap layar gawainya, membalas salah satu chat di sana sambil tersenyum.
"Gak kangen?" tanya Ellen lagi ketika dia tanpa sengaja melihat poto gadis kecil sedang tersenyum.
"Kangen lah ... banget malah, sesegera mungkin dia pasti datang nemuin gue," ujar Radit lalu melihat nomer di monitor. "Bentar lagi giliran kita, lo jangan merusak suasana ya."
Ellen mencebik, "udah di bantuin juga, balesannya gitu."
"Balik dari sini gue traktir bakso," ucap Radit dan Ellen kembali tersenyum.
Suara mesin pemanggil nomer urut antrian pun terdengar, jantung Radit entah mengapa berdebar kencang. Gadis itu masih menunduk merapihkan pekerjaan sebelumnya, hingga akhirnya ia mengangkat wajahnya lalu tersenyum.
"Selamat pagi Bapak dan Ibu, maaf sudah menunggu lama, silahkan duduk," ujar Jenna ramah. "Perkenalkan nama saya Jenna," ujarnya lagi.
"Hai ... lagi," ujar Radit yang ikut tersenyum.
"Hai," balas Jenna yang jelas saja terkejut ketika melihat lelaki yang sudah berapa kali bertemu dengannya tanpa sengaja.
"Ada yang bisa di bantu?" tanya Jenna.
"Gak ada," jawab Radit masih menatap gadis itu.
"Gak ada?" tanyanya bingung.
"Apaan sih lo Bos," Ellen menyikut lengan Radit
"Oh ... ini, Mbanking perusahaan terblokir ... kita mau urus agar bisa kembali aktif ... Msy Jenna Aulia," ujarnya menyebutkan nama Jenna yang tertulis di name tag.
"Msy? Mrs? sama?" tanya Radit lagi alih-alih takut jika Jenna berstatus istri orang.
"Masayu," jawab Jenna sambil mengerjakan laporan yang Radit ajukan.
"Masayu itu seperti nama gelar bangsawan?" tanya Ellen pada Jenna, dan Jenna mengangguk.
"Keturunan ningrat ya ... i see," ujar Radit.
"Saya tinggal sebentar ya," ujar Jenna membawa berkas yang sudah ia kerjakan untuk di tandatangani sebagai approval dari atasannya langsung.
"Len, turunan darah biru Len ...." Radit menumpu kepalanya dengan satu tangan di atas meja.
"Mundur?"
Radit tertawa, "mundur sebelum berperang? bukan Radit itu," ujarnya sombong.
"Masih punya pacar Bos, gila lo," Ellen mengingatkan.
"Feeling gue dia putus," jawab Radit percaya diri.
"Sok tau."
"Taruhan?"
"Orangnya dateng," ujar Ellen menyudahi obrolan ngalor ngidul itu.
Gadis itu kembali datang dengan senyum, menghenyakkan tubuhnya di kursi kerjanya.
"Tolong ini di tandatangani lalu yang sebelah sini juga," ujar Jenna memberikan sebuah pena pada Radit lalu ia kembali menghadap ke komputer.
"Sudah." Radit memberikan kertas-kertas itu padanya.
Jenna kembali mengkroscek satu per satu lembaran itu, "silahkan password nya," kata Jenna yang tak sengaja bersitatap dengan Radit.
"Cantik," ujar Radit spontan.
"Hah?" Jenna bingung.
"Bos ... elah lo malu-maluin banget sih, udah tua juga." Ellen menyikut lengan Radit kembali.
"Eh, sorry ... ini password di isi sendirikan?" tanya Radit gelagapan.
"Silahkan." Jenna memberikan suatu alat aktivasi.
"Ok ... done," ujar Radit.
"Jadi ini sudah bisa digunakan ya Pak ...."
"Radit ... lupa ya?" Radit tersenyum.
"Gak lupa, cuma takut salah sebut nama," canda Jenna.
"Terimakasih sudah memberikan kepercayaan kepada Bank kami, selamat beraktifitas kembali Pak Radit," ujar Jenna berdiri lalu mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
"Makasih Jenna, senang bisa bertemu lagi," ujar Radit membalas senyuman gadis itu. Jauh di lubuk hatinya berharap suatu saat nanti bisa bertemu kembali dalam situasi yang tepat dan menyenangkan.
Radit berjalan bersisian dengan Ellen masih dengan senyum di wajahnya.
"Sudah tau tempat kerjanya, dia juga sudah sering ke coffee shop ... tunggu apalagi, berasa gak sih sudah di kasih jalan sama Yang Diatas," ucap Ellen seakan memberikan angin pada Radit.
"Cantik ya Len," ujar Radit membuka pintu mobilnya.
"Banget ... turunan ningrat pula Bos," ujar Ellen.
"Nah ini Len, udah gitu punya pacar lagi," Radit terkekeh.
"Gak jadi berarti nih?"
"Tau dah," ujar Radit menyalakan mesin mobilnya lalu melaju membelah jalan raya kota Bangka pagi menjelang siang itu.
***enjoy reading 😘
gak bosen-bosen aku ingetin ke temen-temen untuk mengarahkan jempol pada tempatnya 😀 makasih 😘***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
May Keisya
si bos lagi kasmaran🤣🤣
2024-03-07
0
May Keisya
bos sama asisten sama somplaknya🤣
2024-03-07
0
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣ellwn klo komen
2023-03-16
0