Bel istirahat berdering dan para siswa keluar dari kelas untuk berlomba- lomba menuju ke kantin mengisi perut mereka. Berbeda dengan Hana, gadis itu berjalan menuju halaman belakang sekolah. Dia mengabaikan rasa perutnya yang sudah keroncongan sejak tadi. Suara tawa dari balik gudang sekolah membuat langkah Hana semakin cepat. Kakinya berhenti di depan para siswa dan siswi yang sedang nonkrong di tempat ini.
Asap rokok tercium dari tempat Hana berdiri. Bukan tanpa alasan Hana berani menghampiri Ken seorang diri. Cowok itu tadi sudah sangat keterlaluan ketika jam pembelajaran di kelas Hana, dia berani mengejek guru dan teman- teman dikelasnya. Bahkan pagi tadi, Ken belum mendapatkan hukuman karena terlambat datang ke sekolah dan juga melompati pagar sekolah. Sudah sangat banyak pelanggaran yang cowok itu buat dari pagi hari sampai siang ini.
“Ada apa nih ketua OSIS main ke sini?” tanya salah satu anak yang lebih dulu menyadari keberadaan Hana.
“Tadinya gue nggak ada urusan sama kalian, tapi setelah lihat kalian ramai- ramai ngerokok gini, gue jadi ada alasan juga buat laporin kalian ke BK,” jelas Hana menjelaskan keperluannya berada di tempat ini. “Terutama lo, Ken. Sejak pagi tadi lo udah banyak melanggar tata tertib sekolah,” lanjutnya menunjuk Ken yang masih duduk tenang di bawah pohon akasia.
“Gue?” tanya Ken menunjuk dirinya sendiri.
“Iya, sekarang lo dipanggil guru BK. Lo diminta menemui Bu Tiwi sekarang juga,” jawab Hana menatap tajam pada Ken.
Mendengar hal itu Ken tertawa terbahak sampai terabtuk- batuk, sementara teman- temannya yang lain juga ikut tertawa. Hana mengernyitkan dahinya, tidak paham dimana letak ucapannya yang lucu. Dia tidak sedang melawak saat ini.
“Gue belum denger kalo dipanggil BK,” ucap Ken setelah berhasil meredakan tawanya.
“Siapa yang lapor?” tanya seorang anak perempuan bernama Nita yang juga ikut nongkrong bersama cowok- cowok itu.
“Gue yang lapor,” jawab Hana mendongakkan kepalanya.
Ken yang tadi hendak menghisap rokoknya, mendadak terhenti. Cowok itu berdiri dari duduknya dan berjalan menghampiri Hana yang masih tak gentar berdiri tegap di sana menantang Ken.
“Lo nggak perlu repot- repot ikut campur urusan gue!” ucap Ken menunjuk- nunjuk dahi Hana.
“Nggak usah jadi sok pahlawan kesiangan, deh. Nggak guna banget idup lo,” lanjutnya masih mendorong- dorong dahi Hana.
Hana mengepalkan kedua tangannya menahan emosi. Dia dipaksa melangkah meundur oleh cowok di depannya ini. Namun Hana masih berani menatap mata elang Ken.
“Lo urus aja idup lo sendiri. Idup lo aja belum tentu bener!” Masih dengan mendorong- dorong gadis itu, Ken terus mengucapkan kata- kata yang menusuk. “Sadar nggak lo? Gimana? Udah bener belum idup lo? Masih mau ngurusin idup orang lain? Hah?”
“Ah ya, gue lupa. Tugas lo emang menegakkan keadilan, ya?” gumam Ken mengangguk- angguk.
“Lo jangan terlalu fokus ke gue, masih banyak anak- anak lain yang perlu lo perhatiin.”
“Persetan sama malaikat atau apalah itu. Jangan jadi orang munafik! Lo bakal jadi orang terbuang,” ucap Ken terkekeh.
Ken menampilkan smirk- nya, menatap wajah tak gentar Hana. Menarik, itulah yang ada dipikiran Ken saat ini. Bahkan ketua OSIS terdahulu tidak pernah berani mengusiknya, sementara saat ini ketua OSIS yang baru dilantik beberapa minggu yang lalu dengan pongah berani berdiri dihadapannya dengan memasang wajah yang menantang.
“Kenapa diem? Tadi aja lo koar- koar dengan berani mau nyeret gue ke ruang BK. Mendadak bisu?”
Kepalan di tangan Hana makin erat, hingga kuku- kukunya menancap di telapak tangannya. Namun tidak sedikit pun gadis mungil itu merasakan sakit. Emosinya lebih mendominasi daripada rasa sakit itu.
“Cuih, nggak mood lagi gue di sini,” ucap Ken meludah tepat di samping Hana. Lalu cowok itu pergi darisana.
“Ken! Mau kemana lo?” tanya Nita yang berlari mengikuti cowok itu.
“Aish! Ngerusak suasana aja lo!” tunjuk salah satu teman Ken dan ikut pergi darisana.
Dengan sengaja gerombolan anak- anak itu menyenggol bahu Hana sebelum pergi. Juga melontarkan umpatan yang ditujukan untuk cewek itu. Hana berbalik dan menatap punggung- punggung yang berjalan menjauh itu. Mendadak ada rasa menyesal di dalam dirinya.
“Apa hidup gue udah bener?” gumam Hana.
...🏃♀️🏃♀️🏃♀️...
Bel tanda pelajaran sudah usai baru saja berdering. Para siswa yang tadinya mengantuk kini kembali terlihat sangat segar seperti pagi tadi. setelah guru yang mengajar keluar, anak- anak di kelas Hana langsung membereskan alat tulis mereka dan berbondong- bondong keluar dari kelas untuk pulang ke rumah atau nongkrong terlebih dulu.
“Hari ini ada rapat OSIS, kan?” tanya Adrian menghampiri Hana yang sedang memasukkan alat tulis dan buku- bukunya ke dalam tas.
“Iya, lo ke sana dulu aja,” jawab Hana.
Adrian menggeleng. “Bareng aja, gue tunggu lo sampai selesai.”
Adrian benar- benar menunggu Hana hingga selesai. Bahkan cowok itu membantu Hana menghapus papan tulis dan mematikan pendingin ruangan sebelum mereka keluar dari kelas. Keduanya kini berjalan menuju ruang OSIS bersama. Namun, saat melewati kamar mandi, tiba- tiba saja Hana disiram air oleh seseorang.
“Oh? Maaf, gue nggak lihat ada orang lewat,” ucap anak itu dengan ekspresi mengejek. Anak itu tidak benar- benar merasa menyesal.
“Heh? Lo sengaja, ya?” tanya Adrian pada anak itu.
“Lo nggak denger tadi gue ngomong kalo gue nggak sengaja?” Sinis anak itu menatap Adrian.
“Lo ngapain mau buang air keluar kamar mandi, hah?”
“Udah, nggak apa- apa. Ayo, yang lain pasti udah nunggu,” ajak Hana, dia mencoba melerai pertengkaran Adrian dengan anak itu. Ia tidak mau membuat masalah menjadi besar.
“Ckck, akting jadi cewek lemah sekarang?” tanya Ken yang keluar dari kamar mandi.
Hana mendongak mendengar penuturan Ken. Dia baru sadar jika yang menyiramnya tadi adalah salah satu teman Ken. Sementara teman Ken itu hanya tersenyum miring. Adrian sudah terlihat emosi dengan tingkah Ken itu.
“Kenapa? Mau lapor BK?” tanya Ken.
“Ayo, Dri,” ajak Hana segera menyeret Adrian pergi darisana.
“Pincang lo?” tanya Ken dengan nada mengejek setelah melihat cara berjalan Hana yang memang sedikit pincang.
Hana buru- buru menahan Adrian yang hendak berbalik dan menyerang Ken. “Nggak usah didengerin.”
Sementara Ken hanya tersenyum melihat kepergian Hana dan Adrian. Lalu cowok itu pergi darisana diikuti temannya tadi. Di ruang OSIS sudah berkumpul para anggota OSIS serta MPK yang sedang bersiap memulai rapat. Adrian tadi meminjamkan jaketnya untuk menutupi seragam basah yang Hana kenakan.
“Makasih, Dri,” ucap Hana.
...🏃♀️🏃♀️🏃♀️...
Say hai to Adrian 👋👋👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Elisabeth Ratna Susanti
ada yang baru juga di sini😍 aku like, fav and rate 5 😍❤️
2021-07-21
1
술리 야니
selamat idul adha untuk kaka dan reader lainnya🙏🙏🙏
semangat terus semoga karyanya makin maju y.
2021-07-20
1
MissCimo⏤͟͟͞Ryupi
Adrian😳😳bkin meleleh 🤤🤤
2021-07-19
1