05 MABA

Saat ambulance sudah sampai banyak suster yang menangani sambil membawa troli, Anya mengikuti Devan yang berbaring sambil di dorong dan masuk ke dalam ruang UGD.

"Maaf yah, tolong tunggu di luar !". Anya hanya mengangguk lalu duduk di bangku rumah sakit, dirinya benar-benar sangat lelah hari ini, Anya akan pergi tapi keluarga Devan belum ada yang mengunjunginya ia juga tidak setega itu untuk meninggalkan seseorang jika begini.

Sekitar 30 menit Anya di persilahkan masuk oleh suster, di sana ada dokter yang sedang memberikan perban di kepala Devan, kemudian masuk seorang ibu paru baya bersama seseorang sambil menangis di susul oleh irana dan juga Ryan yang terlihat khawatir dari wajah keduanya.

"Dengan keluarga Devan ?". Ucap dokter pada kedua orang tua Devan, meraka kemudian mengangguk.

"Devan mengalami benturan yang cukup keras pada kepalanya membuat dia mengalami Amnesia Retro Grade". Anya menutup mulutnya, ia melihat ibu nya Devan yang semakin menangis karena hal ini juga Ryan dan Irana yang terkejut.

"Tapi dok, Devan bisa sembuh kan ?".

"Kemungkinan begitu tapi itu memerlukan waktu yang cukup lama". Femi sangat menyayangkan hal ini kenapa ia tadi mengizinkan anaknya untuk keluar rumah.

"Saya permisi dulu". Ucap dokter, semua mengangguk.

"Gue di mana ?" Suara yang lemah terdengar oleh telinga Anya membuat semua orang yang berada di dalam ruangan langsung menatap Devan.

"Kamu lagi di rumah sakit sayang" ucap Femi sambil mengusap rambut anaknya

Devan yang merasa bingung langsung menjauh "Siapa lo ?". Femi merasa sakit ia tak percaya bahwa anaknya tidak mengenali dirinya.

Pak Wijaya yang sadar akan jawaban anaknya langsung menjawab "Ini mamah kamu, masa kamu lupa ?".

"Iya ini aku Irana Dev"

"Gue juga Ryan Van masa lo bener-bener lupa sama gue ?".

Devan yang bingung dengan semua ini kemudian menangkap sosok yang sangat familiar bagi dirinya.

Seseorang yang selalu dalam hatinya lebih tepatnya pernah ada dalam hidupnya.

"Karen". Ucap Devan

Sekarang Anya yang bingung, orang tua Devan dan orang yang berada dalam ruangan menatapnya.

"Gue kangen lo". Ryan dan Irana terkejut Devan tidak mengenali semuanya tapi Devan mengenal Karen mantannya.

Anya menggeleng "Gue bukan karen, gue Anya, sekarang udah ada tante sama om saya pamit dulu". Mamah Devan mengucapkan terima kasih di balas anggukan oleh Anya kemudian dirinya keluar meninggalkan rumah sakit.

Karena motor miliknya masih di kafe Anya pulang memakai taksi, sampai di rumah Anya langsung membersihkan diri, menjalani ritual setiap malam sebelum tidur, saat telah selesai Anya merebahkan tubuhnya di kasur kost yang memang cukup sempit tapi ia merasa cukup untuk dirinya sendiri.

Menoleh ke arah kalender ternyata besok sudah waktunya membayar kostan uang yang tadi bos nya berikan hanya cukup untuk ini belum lagi keperluan dirinya untuk bensin dan lain-lain.

Besok ia berniat akan mencari pekerjaan untuk keperluan dirinya, Anya mencoba menutup mata melupakan sejenak masalah yang membuat kepalanya sakit.

Devan memaksa kepada orang yang mengaku orang tua dirinya untuk pergi ke sekolah dengan syarat harus di temani oleh Irana, Devan sangat malas dengan perempuan ini karena selalu menempeli dirinya, sepanjang berangkat sekolah tidak selangkah pun Irana menjauh dari Devan dan membuat Devan semakin risih.

Saat berjalan di lorong Devan berhenti kemudian menatap Irana "Lo bisa ga jangan ngikutin gue mulu !" Irana menggeleng "Ga bisa Devan kata mama kamu aku harus ngejagaain kamu entar kamu kenapa-napa lagi gimana ?". Devan melanjutkan jalannya "Terserah lo deh".

Karena kemarin benar-benar sangat lelah membuat Anya kesiangan berangkat ke kampus, buru-buru ia pergi ke kamar mandi untuk mempersiapkan diri, Anya pun tidak sempat untuk sarapan karena waktu sudah sangat mepet.

Motornya ternyata sudah ada di depan rumah pasti temannya yuna yang mengantarkannya, Jalanan pagi ini cukup senggang membuat Anya bisa sedikit mempercepat motornya, saat telah sampai di parkiran Anya melihat pintu gerbang akan di tutup, buru-buru ia berlari tapi keberuntungan sedang tidak memihak kepadanya pintu sudah di tutup dan sekarang dirinya bingung harus bagaimana.

Disana ada seseorang yang sedang berjaga segera dirinya mendekat "permisi kak ?", kating tersebut menoleh dengan tatapan malas "Maaf kak saya kesiangan karena tadi di jalan macet !" alibi Anya.

"Maaf juga karena kampus ini tidak menerima keterlambatan, kamu bisa pulang dan kesini lagi besok". Panik merasuki tubuh Anya jiga begini ia akan di hukum besok "Tapi kak, tolong kali ini aja!".

Saat menuju lapangan seseorang mendekat ke arah Devan dan Irana, memberitahu bahwa ada keribuatan di gerbang kampus, segera Devan menuju ke gerbang di ikuti oleh Irana di belakang.

"Salah lo juga kenapa telat". Ucap seseorang yang tadi menjaga gerbang.

"Tadi kan udah gue bilang jalanan macet, lo budeg apa budeg beneran !".

"Gue juga udah bilang lo bisa ke sini lagi besok kenapa lo ngotot banget sih !". Keadaan makin rusuh membuat keduanya saling berteriak keras di lanjut dengan saling menjambak.

"Biarin dia masuk !".

Irana bingung dengan perkataan Devan biasanya dia tidak pernah menerima alasan atau toleran pada mahasiswa sekalipun itu baru, Devan akan tidak mau tahu dan menyerahkannya pada Ryan tentang hukuman apa yang akan di berikan.

Kedua orang yang sedang berkelahi menghentikan pertengkaran mereka karena ucapan Devan, Anya yang masih kesal dengan orang di hadapannya menatap dengan dendam rambutnya menjadi acak-acakan bahkan tasnya pun tergeletak di bawah.

"Tapi dia telat kak Dev ?". Ucap orang tersebut sambil terengah-engah.

"Biarin biar gua yang kasih hukuman sendiri !". apa-apaan ini setelah dirinya telat sampai berkelahi sekarang Anya akan di beri hukuman, apa mereka tidak ada rasa kasihan pada dirinya.

"Dev ?". Ucap Irana tapi Devan hanya memandang Irana sekilas dan dia hanya sudah tahu jika Devan sudah begini dirinya hanya bisa diam.

"Abis pulang ospek gue tunggu di parkiran !". ucap Devan dingin.

Anya mengambil tas yang jatuh di bawah "TERSERAH !" Ucapnya sambil pergi meninggalkan gerbang kampus.

Irana yang melihat kelakuan Anya mengerutkan keningnya "Masih maba ga tau sopan santun, udah bagus ga di kasih hukuman sekarang malah nyolot". Irana hanya mengucapkan dalam hati tidak mungkin kan dirinya berbicara seperti itu di depan Devan.

Devan memandang Anya yang pergi meninggalkannya ia merasa bayang-bayang Karen selalu menghantuinya, dulu Karen meninggal karena kesalahannya sekarang ia tidak melepaskan sekalipun nyawa adalah taruhannya.

Terpopuler

Comments

an.nisa

an.nisa

sekolah atau kampus nih thor...

2021-11-27

0

lihat semua
Episodes
1 01 MABA
2 02 MABA
3 03 MABA
4 04 MABA
5 05 MABA
6 06 MABA
7 07 MABA
8 08 MABA
9 09 MABA
10 10 MABA
11 11 MABA
12 12 MABA
13 13 MABA
14 14 MABA
15 15 MABA
16 16 MABA
17 17 MABA
18 18 MABA
19 19 MABA
20 20 MABA
21 21 MABA
22 MABA 22
23 23 MABA
24 24 MABA
25 25 MABA
26 26 MABA
27 27 MABA
28 28 MABA
29 29 MABA
30 30 MABA
31 31 MABA
32 32 MABA
33 33 MABA
34 34 MABA
35 35 MABA
36 36 MABA
37 37 MABA
38 38 MABA
39 39 MABA
40 40 MABA
41 41 MABA
42 42 MABA
43 43 MABA
44 44 MABA
45 45 MABA
46 46 MABA
47 47 MABA
48 48 MABA
49 49 MABA
50 50 MABA
51 51 MABA
52 52 MABA
53 53 MABA
54 54 MABA
55 55 MABA
56 56 MABA
57 57 MABA
58 58 MABA
59 59 MABA
60 60 MABA
61 61 MABA
62 62 MABA
63 63 MABA
64 64 MABA
65 64 MABA
66 65 MABA
67 66 MABA
68 67 MABA
69 68 MABA
70 69 MABA
71 70 MABA
72 71 MABA
73 72 MABA
74 73 MABA
75 74 MABA
76 75 MABA
77 76 MABA
78 77 MABA
79 78 MABA
80 79 MABA
81 80 MABA
82 81 MABA
83 82 MABA
84 83 MABA
85 84 MABA
86 85 MABA
87 86 MABA
88 87 MABA
89 88 MABA
90 89 MABA
91 90 MABA
92 91 MABA
93 92 MABA
94 93 MABA
95 94 MABA
96 95 MABA
97 96 MABA
98 97 MABA
99 98 MABA
100 99 MABA
101 100 MABA
Episodes

Updated 101 Episodes

1
01 MABA
2
02 MABA
3
03 MABA
4
04 MABA
5
05 MABA
6
06 MABA
7
07 MABA
8
08 MABA
9
09 MABA
10
10 MABA
11
11 MABA
12
12 MABA
13
13 MABA
14
14 MABA
15
15 MABA
16
16 MABA
17
17 MABA
18
18 MABA
19
19 MABA
20
20 MABA
21
21 MABA
22
MABA 22
23
23 MABA
24
24 MABA
25
25 MABA
26
26 MABA
27
27 MABA
28
28 MABA
29
29 MABA
30
30 MABA
31
31 MABA
32
32 MABA
33
33 MABA
34
34 MABA
35
35 MABA
36
36 MABA
37
37 MABA
38
38 MABA
39
39 MABA
40
40 MABA
41
41 MABA
42
42 MABA
43
43 MABA
44
44 MABA
45
45 MABA
46
46 MABA
47
47 MABA
48
48 MABA
49
49 MABA
50
50 MABA
51
51 MABA
52
52 MABA
53
53 MABA
54
54 MABA
55
55 MABA
56
56 MABA
57
57 MABA
58
58 MABA
59
59 MABA
60
60 MABA
61
61 MABA
62
62 MABA
63
63 MABA
64
64 MABA
65
64 MABA
66
65 MABA
67
66 MABA
68
67 MABA
69
68 MABA
70
69 MABA
71
70 MABA
72
71 MABA
73
72 MABA
74
73 MABA
75
74 MABA
76
75 MABA
77
76 MABA
78
77 MABA
79
78 MABA
80
79 MABA
81
80 MABA
82
81 MABA
83
82 MABA
84
83 MABA
85
84 MABA
86
85 MABA
87
86 MABA
88
87 MABA
89
88 MABA
90
89 MABA
91
90 MABA
92
91 MABA
93
92 MABA
94
93 MABA
95
94 MABA
96
95 MABA
97
96 MABA
98
97 MABA
99
98 MABA
100
99 MABA
101
100 MABA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!