03 MABA

Berhadapan dengan sang ketua membuat Anya seperti merasakan ada sesuatu yang menjalar di hatinya, dirinya memandang Devan yang sedang mengisi formulir kemudian memberikannya sambil tersenyum pada seorang cewek di sampingnya.

Anya merasa senyuman itu sangat tulus Devan berikan, menurut dirinya tidak salah keduanya saling menyukai jika di lihat dari raut wajahnya cewek tersebut sangat menyukai Devan tapi mengapa Anya merasa ada sedikit keterpaksaan dari wajah Devan.

Anya dulu mempelajari sedikit bagian psikologi menurutnya ilmu tersebut lumayan berguna bagi dirinya, saat cewek tersebut melihat dirinya Anya lihat dia sedikit terkejut.

"Dia bukan mantan gue !". Anya menoleh pada Devan yang sedang memandang dirinya dengan wajah datar, cewek tersebut hanya tersenyum lalu mengangguk.

Anya merasa cewek tersebut memberikan senyum pada dirinya tapi Anya membalas dengan raut biasa saja dia tidak ingin memberikan senyuman pada sembarang orang.

"Lo mau wawancara apa ?".

Anya hampir lupa bahwa dirinya kesini untuk mewawancarai orang ini, dirinya mengeluarkan buku dan bolpoin yang di bawanya, sebenarnya ia juga bingung akan memberikan pertanyaan seputar apa.

Devan yang mengerti akan kebingungan Anya langsung menunjuk orang di belakang untuk bergantian tempat, Anya yang sadar kalau dirinya tidak tahu akan memberikan pertanyaan refleks memegang tangan Devan jika Anya diam saja maka dirinya yang akan di beri hukuman.

Devan menepis lengan Anya "Makanya cepetan !". Jam yang bertengger di lengannya menunjukan waktu yang tersisa hanya 5 menit lagi.

Anya bertanya tentang apa yang muncul di otaknya "Menurut kakak kesehatan mental penting apa enggak ? terus apakah fakultas kedokteran saling terkait dengan fakultas psikologi ? apakah seseorang yang saling terikat memiliki pengaruh hingga trauma?.

Naya yang berada di belakang Anya langsung memukul kepalanya menggunakan buku yang ia pegang, Naya rasa Anya hanya akan mencari masalah dengan pertanyaan tersebut, Anya memegang kepalanya yang sakit dan hanya mendelik tidak perduli.

Devan mengerutkan dahinya, ia merasa orang di depan sedang menyindirnya, dan dirinya hanya mengangguk Devan paham orang di hadapannya ini ingin tahu tentang permasalahan yang sangat ia malas bahas.

"Kesehatan metal penting menurut gue karena sangat berpengaruh dalam kesejahteraan hidup, baik secara fisik maupun sosial."

Devan menatap ke sekeliling "masalah saling terhubung menurut gue engga, karena fakultas psikologi hanya mempelajari bagian non-medis beda sama psikiater, kalo kedokteran justru sebaliknya."

Anya dan Naya hanya mengangguk, bisa di bilang Devan cukup baik dalam menjelaskan membuat keduanya paham apa yang di sampaikan oleh Devan.

"Gak ada hubungannya orang saling terkait sama trauma, karena keduanya memiliki sebab-akibat yang berbeda, karena gue bukan orang yang akan mengasihi seseorang sekalipun orang itu adalah orang yang berharga di hidup gue".

Devan berdiri "Wawancara selesai, gue tunggu semuanya di lapangan !".

Perlahan semua orang mulai keluar dari ruangan Anya dan Naya pun mulai kembali ke lapangan, sepanjang perjalanan menuju lapangan Anya melihat Devan bersama cewek tadi, sebenarnya Anya tidak perduli tapi kedekatan keduanya justru membuat dirinya semakin penasaran.

"Liatin kak Devan mulu ?". Naya mengikuti arah pandang Anya. "Kenapa? Penasaran sama cewek itu."

"Gak".

"Katanya sih kak Devan lagi deket sama kak Irana? semenjak kak karen meninggal dia jarang banget berinteraksi sama orang lain apalagi cewek".

Anya menoleh "Emang sebegitu dalamnya dia kehilangan ceweknya?."

"Menurut gue sih dia belum menerima aja apa yang udah terjadi".

"Gue bingung lo tau informasi semua ini dari mana, dari tadi lo ngomong seakan-akan tau segalanya ?".

"Dulu kakak gue kampusnya di sini dan dia suka sama sosok kak Devan yang dewasa dari cowok kebanyakan, karena yang suka sama di itu bisa di bilang hampir satu kampus kakak gue cuman merhatiin kak Devan dari jauh terlebih berita kak Devan udah punya pacar membuat kakak gue makin sadar dan cuman bisa denger info dari orang lain aja".

Setelah sampai di lapangan Anya hanya mengangguk-angguk saja "bagus sih kakak lo sadar, cowok banyak lah bukan dia doang". Anya duduk sambil di balas senyuman oleh Naya.

Anya melihat jam waktu menunjukan pukul sebelas masih 3 jam lagi dirinya berada di kampus tapi ia merasa sudah ingin berada di rumah menikmati kesendirian sungguh membuat dirinya merasa tenang.

Tugas selanjutnya di lanjut dengan sesi pertanyaan dengan peraturan panitia memberi pertanyaan dan mahasiswa menjawab dengan pertanyaan yang logis dan kritis dan yang bersedia menjawab akan mendapatkan nilai tambahan dari dosen.

"Lumayan Nya gue rada-rada bego jadi bisa lah buat nambah nilai, tapi gue bingung jawaban kritis kaya gimana ?."

"Langkah pertama lo bisa dengan mengenali masalah tersebut, terus menilai informasi terakhir memecahkan masalah dan menarik kesimpulan".

"HAH". Beo Naya

Anya hanya mengangguk "Gue juga kurang bisa dalam berfikir kritis tapi gue berusaha aja semampu gue".

Pertanyaan pertama di mulai dengan sesuatu yang berhubungan dengan tekhnologi, seseorang dari fakultas informatika dan komunikasi maju ke depan lapangan.

"Gila mau taro di mana muka gue, gue kira jawabnya diem di tempat ternyata malah maju ke depan di liatin panitia lagi".

Anya hanya diam, Naya dari tadi hanya mengoceh membuat kepalanya sakit.

sorak suara dan tepuk tangan ramai ketika salah satu panitia memberi coklat pada yang bisa menjawab pertanyaan.

"Nya Nya gue juga mau di kasih coklat sama kak Ryan, mana dari tadi gue laper lagi".

Naya menepuk-nepuk bahu Anya dengan keras dan antusias membuat ia melihat seseorang yang sedang tersenyum sambil memberikan coklat.

"Dia siapa ?".

Naya menoleh "Kak Ryan" kemudian ia tersenyum jahil "kenapa ? ganteng ya?".

Ryan? dari kejauhan Anya melihat bagaimana Ryan memandang perempuan dengan begitu hangat, senyumannya membuat siapapun merasa hanyut di tambah almamater biru yang ia pakai menambah kesan wibawa dalam dirinya sangat jauh dengan Devan yang begitu angkuh".

"Udah, gue tau kok dia ganteng, gue bersyukur banget deh masuk kampus ini banyak banget orang yang bakal gua list buat jadi primadona gue".

Anya menatap jengah Naya dirinya kembali menunduk lalu sesuatu menetes lagi dari hidungnya. Buru-buru Anya membersihkannya menggunakan tisu di sakunya ia sengaja menyimpan tisu untuk situasi seperti ini.

Sesi pertanyaan tersisa dua, untuk kali ini pertanyaan menyangkut kesehatan, sebenarnya Anya tidak begitu paham dunia medis jadi dirinya tidak berniat untuk menjawab, berbeda dengan Naya yang ia lihat sudah ada di depan sambil melambai ke arahnya.

Anya melotot dan menunduk melihat Naya yang salah menjawab dan tidak di beri coklat membuat Naya terlihat bersedih meskipun ia bukan temannya dan baru mengenalnya hari ini tapi dirinya begitu malu.

Terpopuler

Comments

Sumi Sumi

Sumi Sumi

anya kenapa mimisan terus

2022-09-28

0

an.nisa

an.nisa

bacanya sambil mikir
ini dialog Naya atau Anya..
secara nama Anya dan Naya hampir mirip pengucapannya.

2021-11-27

1

lihat semua
Episodes
1 01 MABA
2 02 MABA
3 03 MABA
4 04 MABA
5 05 MABA
6 06 MABA
7 07 MABA
8 08 MABA
9 09 MABA
10 10 MABA
11 11 MABA
12 12 MABA
13 13 MABA
14 14 MABA
15 15 MABA
16 16 MABA
17 17 MABA
18 18 MABA
19 19 MABA
20 20 MABA
21 21 MABA
22 MABA 22
23 23 MABA
24 24 MABA
25 25 MABA
26 26 MABA
27 27 MABA
28 28 MABA
29 29 MABA
30 30 MABA
31 31 MABA
32 32 MABA
33 33 MABA
34 34 MABA
35 35 MABA
36 36 MABA
37 37 MABA
38 38 MABA
39 39 MABA
40 40 MABA
41 41 MABA
42 42 MABA
43 43 MABA
44 44 MABA
45 45 MABA
46 46 MABA
47 47 MABA
48 48 MABA
49 49 MABA
50 50 MABA
51 51 MABA
52 52 MABA
53 53 MABA
54 54 MABA
55 55 MABA
56 56 MABA
57 57 MABA
58 58 MABA
59 59 MABA
60 60 MABA
61 61 MABA
62 62 MABA
63 63 MABA
64 64 MABA
65 64 MABA
66 65 MABA
67 66 MABA
68 67 MABA
69 68 MABA
70 69 MABA
71 70 MABA
72 71 MABA
73 72 MABA
74 73 MABA
75 74 MABA
76 75 MABA
77 76 MABA
78 77 MABA
79 78 MABA
80 79 MABA
81 80 MABA
82 81 MABA
83 82 MABA
84 83 MABA
85 84 MABA
86 85 MABA
87 86 MABA
88 87 MABA
89 88 MABA
90 89 MABA
91 90 MABA
92 91 MABA
93 92 MABA
94 93 MABA
95 94 MABA
96 95 MABA
97 96 MABA
98 97 MABA
99 98 MABA
100 99 MABA
101 100 MABA
Episodes

Updated 101 Episodes

1
01 MABA
2
02 MABA
3
03 MABA
4
04 MABA
5
05 MABA
6
06 MABA
7
07 MABA
8
08 MABA
9
09 MABA
10
10 MABA
11
11 MABA
12
12 MABA
13
13 MABA
14
14 MABA
15
15 MABA
16
16 MABA
17
17 MABA
18
18 MABA
19
19 MABA
20
20 MABA
21
21 MABA
22
MABA 22
23
23 MABA
24
24 MABA
25
25 MABA
26
26 MABA
27
27 MABA
28
28 MABA
29
29 MABA
30
30 MABA
31
31 MABA
32
32 MABA
33
33 MABA
34
34 MABA
35
35 MABA
36
36 MABA
37
37 MABA
38
38 MABA
39
39 MABA
40
40 MABA
41
41 MABA
42
42 MABA
43
43 MABA
44
44 MABA
45
45 MABA
46
46 MABA
47
47 MABA
48
48 MABA
49
49 MABA
50
50 MABA
51
51 MABA
52
52 MABA
53
53 MABA
54
54 MABA
55
55 MABA
56
56 MABA
57
57 MABA
58
58 MABA
59
59 MABA
60
60 MABA
61
61 MABA
62
62 MABA
63
63 MABA
64
64 MABA
65
64 MABA
66
65 MABA
67
66 MABA
68
67 MABA
69
68 MABA
70
69 MABA
71
70 MABA
72
71 MABA
73
72 MABA
74
73 MABA
75
74 MABA
76
75 MABA
77
76 MABA
78
77 MABA
79
78 MABA
80
79 MABA
81
80 MABA
82
81 MABA
83
82 MABA
84
83 MABA
85
84 MABA
86
85 MABA
87
86 MABA
88
87 MABA
89
88 MABA
90
89 MABA
91
90 MABA
92
91 MABA
93
92 MABA
94
93 MABA
95
94 MABA
96
95 MABA
97
96 MABA
98
97 MABA
99
98 MABA
100
99 MABA
101
100 MABA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!