02 MABA

Waktu istirahat hanya setengah jam dan Anya memanfaatkan waktu untuk pergi ke toilet, ia merasa terganggu dengan ucapan Naya yang menyebut dirinya mirip seperti mantan kekasih ketua BEM.

Saat sedang berjalan di sepanjang koridor orang lain menatap Anya dengan tatapan yang dirinya sendiri pun tidak mengerti, Anya tidak perduli ia terus berjalan sampai ada seseorang yang memanggilnya.

Ia berbalik dan melihat dua kakak kelas sedang berjalan ke arahnya "wah apa yang di bilang orang-orang bener ya, lo mirip banget bahkan cara lo menatap gue sama kaya karen liat gue". Anya menaikkan satu alisnya

"Wah sel kurang ajar, dia ga tau siapa lo". Cewek yang di sebut Nisel hanya tersenyum menyeringai dan ini tidak membuat Anya takut.

Nisel maju selangkah mendekat ke arah Anya dan menarik rambutnya dengan kencang membuat Anya merasa kesakitan.

"Lo hidup lagi dan itu udah merubah segalanya". Anya tidak hanya diam ia balik menjambak rambut Nisel membuat keduanya terlibat perkelahian, orang-orang hanya melihat tanpa niat membantu, mereka mengetahui Nisel adalah orang yang cukup nekat.

"Berhenti !".

Suara bariton itu membuat semua orang langsung menoleh, dua orang yang sedang berkelahi pun ikut menoleh. Devan memandang keduanya, Nisel sebagai kakak tingkat seharusnya memberikan contoh pada mahasiswa baru di sini.

Juga mahasiswa baru seharusnya menjaga sikap, mereka masih beradaptasi dan perlu bimbingan bukan malah bertingkah semaunya.

"Ini masih ospek hari pertama". Devan menekankan setiap kalimat pada kedua cewek di depannya.

"Tapi Devan dia yang ngajak aku berantem duluan". Nisel menunjuk Anya membuat dirinya jengah dengan kakak tingkat di kampus ini. Anya pikir seseorang yang sudah berkuliah memiliki pikiran yang waras ternyata sama saja.

Cairan merah menetes dari hidung Anya di saat keadaan tidak mendukung di tambah kepalanya pusing akibat jambakan Nisel.

Nisel yang melihat mimisan di hidung Anya merasa aneh "Devan kamu lihat kan dia itu sama banget sama mantan kamu yang meninggal". Nisel tahu Devan sangat membenci orang yang penyakitan membuat Nisel tersenyum bangga.

"Lo jangan pernah bawa-bawa nama karen". Devan berbicara tepat di depan Nisel membuat Nisel ketakutan.

"Terserah lo pada yang pasti gue bukan orang yang udah meninggal yang kalian sebut itu". Anya berbicara sambil meninggalkan tempat tersebut, persetan dengan kakak tingkat dia sudah tidak peduli.

Devan melihat Anya yang pergi menjauh dari tempat perkelahian, ia merasa sikap mahasiswa baru tersebut sangat jauh dengan Karen mantannya, sedikit angkuh dan

Terlalu percaya diri.

"Wajah sama, sikapnya juga ga harus sama". Lusiana sejak tadi memperhatikan perkelahian Anya dan Nisel sampai dengan Devan datang menghentikan keduanya.

Devan menoleh "maksud lo ?".

"Gue tau lo penasaran kan sama dia, terlepas dia mirip mantan lo, gue ngeliat lo gak kaya biasanya, lo gak pernah tuh ikut campur urusan orang lain sampai misah in orang tawuran sekali pun, terlebih ini cewe."

Lusiana memang tidak pernah salah menebak apa yang sedang di rasakan oleh Devan, tapi Devan merasa apa yang dirinya lakukan tadi murni memang karena ini adalah hari ospek, sekaligus dirinya yang menjadi ketua BEM. Tidak ada niat bagi dirinya untuk kembali pada masa lalu.

"Gue rasa lo perlu pikirin lagi jangan sampai lo nyesel untuk kedua kalinya". Lusiana menepuk bahu Devan, tapi Devan malah pergi, Lusi hanya menaikkan pundaknya setidaknya dirinya sudah mengingatkan.

...***...

Waktu istirahat telah selesai mahasiswa kembali di kumpulkan di lapangan, setelah kata prakasa dan sambutan yang cukup panjang ospek di mulai dengan pemberian tugas kepada setiap mahasiswa baru.

Seluruh mahasiswa berteriak tak kala seorang cowok memberikan atensinya, Anya berdiri pada barisan paling belakang membuat dirinya tidak bisa melihat kericuhan apa yang sedang terjadi.

Anya mendengar orang saling berbisik

Itu kak Devan sama kak Ryan kan

Gue kira gantengnya abal-abal

Secara mereka ganteng, gak mungkin gak punya pacar

Sepanjang kedua orang tersebut berbicara Anya hanya menunduk mendengarkan, ia mendengar bahwa tugasnya adalah mewawancarai senior, Anya merasa senior di sini memang ingin menjadi selebritis.

Apa tidak ada tugas yang lebih bermanfaat seperti pengenalan fakultas, ilmu yang akan di ajarkan, jika seperti itu Anya akan bersemangat menjalani ospek tapi ini malah mewawancarai senior terlebih masalah mirip saja dirinya begitu kesal.

"Anya mau ikut gak sama gue ?". Anya mendongak dan melihat Naya yang sudah berdiri sambil membawa buku, dirinya hanya mengangguk, membawa alat tulis lalu berdiri pergi.

"Lo tau gak senior siapa yang bakal di wawancarai ?".

"Gak tau".

"Kak Devan sama kak Ryan".

Anya hanya mengangguk-angguk setidaknya masih ada satu orang yang tidak mempermasalahkan masalah tadi, dirinya sudah pasti tidak ingin mewawancarai Devan tapi ia akan mewawancarai Ryan.

Untuk basa-basi Anya bertanya pada Naya "kenapa harus mereka ?".

"Kan mereka senior sekaligus ketua fakultas kedokteran". Anya yang tadinya malas-malas an langsung menengok ke arah Naya.

"Maksud lo mereka berdua fakultas kedokteran gitu ?". Naya hanya mengangguk.

Anya pikir setelah ospek berakhir masalahnya juga akan berakhir tapi sebaliknya ini masih awal untuk masalah yang akan datang.

"Emangnya lo gak tau ?". Anya hanya menggeleng.

Setelah sampai di tempat ternyata ruangan yang di gunakan untuk wawancara sudah sangat banyak bahkan sesak untuk di masuki, jika seperti ini sudah pasti Anya mendapati giliran terakhir.

"Ayo Anya !". Naya menarik lengan Anya tetapi Anya diam saja.

"Lo ga liat banyak banget orang, paling entar gue terakhir". Anya berbicara dengan santai lagi pun tak masalah dirinya menjadi yang paling terakhir.

"Tugas wawancara di waktu cuman 30 menit".

"HAH".

Anya melihat jam, dari tadi dirinya terlalu santai sampai waktu tersisa 15 menit lagi.

"Lo ga denger lagi, kata panitia yang telat bakal kena hukuman, dan hukumannya lumayan sih menurut gue ?".

Sebenarnya tadi Anya mengantuk jadi dirinya kurang memahami apa yang di sampaikan panitia, Anya melirik Naya dan sepertinya Naya paham apa yang akan dirinya lakukan.

Keduanya masuk dan menerobos kerumunan membuat ruangan semakin sempit dan sesak, Anya dan Naya masuk ke setiap celah yang ada, membuat orang lain mengumpat karena mengambil giliran mereka.

Karena tidak tahu sudah seberapa jauh mereka masuk keduanya tidak sadar bahwa mereka sudah berada di hadapan Devan, nafas keduanya terengah-engah membuat Devan yang berada di depannya mengerutkan dahi.

"budayakan mengantri !". Ucap Devan sambil mengisi selembar kertas.

Anya melihat jam dan waktu yang tersisa tinggal 10 menit lagi, ia merasa keringat dingin mulai muncul di dahinya Anya langsung menyerobot bagian orang lain yang akan duduk, dirinya tidak menyadari bahwa kursi yang ia duduki adalah tempat wawancara Devan.

Terpopuler

Comments

Sumi Sumi

Sumi Sumi

ampun deh anya ko maen serobot az

2022-09-28

0

lihat semua
Episodes
1 01 MABA
2 02 MABA
3 03 MABA
4 04 MABA
5 05 MABA
6 06 MABA
7 07 MABA
8 08 MABA
9 09 MABA
10 10 MABA
11 11 MABA
12 12 MABA
13 13 MABA
14 14 MABA
15 15 MABA
16 16 MABA
17 17 MABA
18 18 MABA
19 19 MABA
20 20 MABA
21 21 MABA
22 MABA 22
23 23 MABA
24 24 MABA
25 25 MABA
26 26 MABA
27 27 MABA
28 28 MABA
29 29 MABA
30 30 MABA
31 31 MABA
32 32 MABA
33 33 MABA
34 34 MABA
35 35 MABA
36 36 MABA
37 37 MABA
38 38 MABA
39 39 MABA
40 40 MABA
41 41 MABA
42 42 MABA
43 43 MABA
44 44 MABA
45 45 MABA
46 46 MABA
47 47 MABA
48 48 MABA
49 49 MABA
50 50 MABA
51 51 MABA
52 52 MABA
53 53 MABA
54 54 MABA
55 55 MABA
56 56 MABA
57 57 MABA
58 58 MABA
59 59 MABA
60 60 MABA
61 61 MABA
62 62 MABA
63 63 MABA
64 64 MABA
65 64 MABA
66 65 MABA
67 66 MABA
68 67 MABA
69 68 MABA
70 69 MABA
71 70 MABA
72 71 MABA
73 72 MABA
74 73 MABA
75 74 MABA
76 75 MABA
77 76 MABA
78 77 MABA
79 78 MABA
80 79 MABA
81 80 MABA
82 81 MABA
83 82 MABA
84 83 MABA
85 84 MABA
86 85 MABA
87 86 MABA
88 87 MABA
89 88 MABA
90 89 MABA
91 90 MABA
92 91 MABA
93 92 MABA
94 93 MABA
95 94 MABA
96 95 MABA
97 96 MABA
98 97 MABA
99 98 MABA
100 99 MABA
101 100 MABA
Episodes

Updated 101 Episodes

1
01 MABA
2
02 MABA
3
03 MABA
4
04 MABA
5
05 MABA
6
06 MABA
7
07 MABA
8
08 MABA
9
09 MABA
10
10 MABA
11
11 MABA
12
12 MABA
13
13 MABA
14
14 MABA
15
15 MABA
16
16 MABA
17
17 MABA
18
18 MABA
19
19 MABA
20
20 MABA
21
21 MABA
22
MABA 22
23
23 MABA
24
24 MABA
25
25 MABA
26
26 MABA
27
27 MABA
28
28 MABA
29
29 MABA
30
30 MABA
31
31 MABA
32
32 MABA
33
33 MABA
34
34 MABA
35
35 MABA
36
36 MABA
37
37 MABA
38
38 MABA
39
39 MABA
40
40 MABA
41
41 MABA
42
42 MABA
43
43 MABA
44
44 MABA
45
45 MABA
46
46 MABA
47
47 MABA
48
48 MABA
49
49 MABA
50
50 MABA
51
51 MABA
52
52 MABA
53
53 MABA
54
54 MABA
55
55 MABA
56
56 MABA
57
57 MABA
58
58 MABA
59
59 MABA
60
60 MABA
61
61 MABA
62
62 MABA
63
63 MABA
64
64 MABA
65
64 MABA
66
65 MABA
67
66 MABA
68
67 MABA
69
68 MABA
70
69 MABA
71
70 MABA
72
71 MABA
73
72 MABA
74
73 MABA
75
74 MABA
76
75 MABA
77
76 MABA
78
77 MABA
79
78 MABA
80
79 MABA
81
80 MABA
82
81 MABA
83
82 MABA
84
83 MABA
85
84 MABA
86
85 MABA
87
86 MABA
88
87 MABA
89
88 MABA
90
89 MABA
91
90 MABA
92
91 MABA
93
92 MABA
94
93 MABA
95
94 MABA
96
95 MABA
97
96 MABA
98
97 MABA
99
98 MABA
100
99 MABA
101
100 MABA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!