Waktu istirahat hanya setengah jam dan Anya memanfaatkan waktu untuk pergi ke toilet, ia merasa terganggu dengan ucapan Naya yang menyebut dirinya mirip seperti mantan kekasih ketua BEM.
Saat sedang berjalan di sepanjang koridor orang lain menatap Anya dengan tatapan yang dirinya sendiri pun tidak mengerti, Anya tidak perduli ia terus berjalan sampai ada seseorang yang memanggilnya.
Ia berbalik dan melihat dua kakak kelas sedang berjalan ke arahnya "wah apa yang di bilang orang-orang bener ya, lo mirip banget bahkan cara lo menatap gue sama kaya karen liat gue". Anya menaikkan satu alisnya
"Wah sel kurang ajar, dia ga tau siapa lo". Cewek yang di sebut Nisel hanya tersenyum menyeringai dan ini tidak membuat Anya takut.
Nisel maju selangkah mendekat ke arah Anya dan menarik rambutnya dengan kencang membuat Anya merasa kesakitan.
"Lo hidup lagi dan itu udah merubah segalanya". Anya tidak hanya diam ia balik menjambak rambut Nisel membuat keduanya terlibat perkelahian, orang-orang hanya melihat tanpa niat membantu, mereka mengetahui Nisel adalah orang yang cukup nekat.
"Berhenti !".
Suara bariton itu membuat semua orang langsung menoleh, dua orang yang sedang berkelahi pun ikut menoleh. Devan memandang keduanya, Nisel sebagai kakak tingkat seharusnya memberikan contoh pada mahasiswa baru di sini.
Juga mahasiswa baru seharusnya menjaga sikap, mereka masih beradaptasi dan perlu bimbingan bukan malah bertingkah semaunya.
"Ini masih ospek hari pertama". Devan menekankan setiap kalimat pada kedua cewek di depannya.
"Tapi Devan dia yang ngajak aku berantem duluan". Nisel menunjuk Anya membuat dirinya jengah dengan kakak tingkat di kampus ini. Anya pikir seseorang yang sudah berkuliah memiliki pikiran yang waras ternyata sama saja.
Cairan merah menetes dari hidung Anya di saat keadaan tidak mendukung di tambah kepalanya pusing akibat jambakan Nisel.
Nisel yang melihat mimisan di hidung Anya merasa aneh "Devan kamu lihat kan dia itu sama banget sama mantan kamu yang meninggal". Nisel tahu Devan sangat membenci orang yang penyakitan membuat Nisel tersenyum bangga.
"Lo jangan pernah bawa-bawa nama karen". Devan berbicara tepat di depan Nisel membuat Nisel ketakutan.
"Terserah lo pada yang pasti gue bukan orang yang udah meninggal yang kalian sebut itu". Anya berbicara sambil meninggalkan tempat tersebut, persetan dengan kakak tingkat dia sudah tidak peduli.
Devan melihat Anya yang pergi menjauh dari tempat perkelahian, ia merasa sikap mahasiswa baru tersebut sangat jauh dengan Karen mantannya, sedikit angkuh dan
Terlalu percaya diri.
"Wajah sama, sikapnya juga ga harus sama". Lusiana sejak tadi memperhatikan perkelahian Anya dan Nisel sampai dengan Devan datang menghentikan keduanya.
Devan menoleh "maksud lo ?".
"Gue tau lo penasaran kan sama dia, terlepas dia mirip mantan lo, gue ngeliat lo gak kaya biasanya, lo gak pernah tuh ikut campur urusan orang lain sampai misah in orang tawuran sekali pun, terlebih ini cewe."
Lusiana memang tidak pernah salah menebak apa yang sedang di rasakan oleh Devan, tapi Devan merasa apa yang dirinya lakukan tadi murni memang karena ini adalah hari ospek, sekaligus dirinya yang menjadi ketua BEM. Tidak ada niat bagi dirinya untuk kembali pada masa lalu.
"Gue rasa lo perlu pikirin lagi jangan sampai lo nyesel untuk kedua kalinya". Lusiana menepuk bahu Devan, tapi Devan malah pergi, Lusi hanya menaikkan pundaknya setidaknya dirinya sudah mengingatkan.
...***...
Waktu istirahat telah selesai mahasiswa kembali di kumpulkan di lapangan, setelah kata prakasa dan sambutan yang cukup panjang ospek di mulai dengan pemberian tugas kepada setiap mahasiswa baru.
Seluruh mahasiswa berteriak tak kala seorang cowok memberikan atensinya, Anya berdiri pada barisan paling belakang membuat dirinya tidak bisa melihat kericuhan apa yang sedang terjadi.
Anya mendengar orang saling berbisik
Itu kak Devan sama kak Ryan kan
Gue kira gantengnya abal-abal
Secara mereka ganteng, gak mungkin gak punya pacar
Sepanjang kedua orang tersebut berbicara Anya hanya menunduk mendengarkan, ia mendengar bahwa tugasnya adalah mewawancarai senior, Anya merasa senior di sini memang ingin menjadi selebritis.
Apa tidak ada tugas yang lebih bermanfaat seperti pengenalan fakultas, ilmu yang akan di ajarkan, jika seperti itu Anya akan bersemangat menjalani ospek tapi ini malah mewawancarai senior terlebih masalah mirip saja dirinya begitu kesal.
"Anya mau ikut gak sama gue ?". Anya mendongak dan melihat Naya yang sudah berdiri sambil membawa buku, dirinya hanya mengangguk, membawa alat tulis lalu berdiri pergi.
"Lo tau gak senior siapa yang bakal di wawancarai ?".
"Gak tau".
"Kak Devan sama kak Ryan".
Anya hanya mengangguk-angguk setidaknya masih ada satu orang yang tidak mempermasalahkan masalah tadi, dirinya sudah pasti tidak ingin mewawancarai Devan tapi ia akan mewawancarai Ryan.
Untuk basa-basi Anya bertanya pada Naya "kenapa harus mereka ?".
"Kan mereka senior sekaligus ketua fakultas kedokteran". Anya yang tadinya malas-malas an langsung menengok ke arah Naya.
"Maksud lo mereka berdua fakultas kedokteran gitu ?". Naya hanya mengangguk.
Anya pikir setelah ospek berakhir masalahnya juga akan berakhir tapi sebaliknya ini masih awal untuk masalah yang akan datang.
"Emangnya lo gak tau ?". Anya hanya menggeleng.
Setelah sampai di tempat ternyata ruangan yang di gunakan untuk wawancara sudah sangat banyak bahkan sesak untuk di masuki, jika seperti ini sudah pasti Anya mendapati giliran terakhir.
"Ayo Anya !". Naya menarik lengan Anya tetapi Anya diam saja.
"Lo ga liat banyak banget orang, paling entar gue terakhir". Anya berbicara dengan santai lagi pun tak masalah dirinya menjadi yang paling terakhir.
"Tugas wawancara di waktu cuman 30 menit".
"HAH".
Anya melihat jam, dari tadi dirinya terlalu santai sampai waktu tersisa 15 menit lagi.
"Lo ga denger lagi, kata panitia yang telat bakal kena hukuman, dan hukumannya lumayan sih menurut gue ?".
Sebenarnya tadi Anya mengantuk jadi dirinya kurang memahami apa yang di sampaikan panitia, Anya melirik Naya dan sepertinya Naya paham apa yang akan dirinya lakukan.
Keduanya masuk dan menerobos kerumunan membuat ruangan semakin sempit dan sesak, Anya dan Naya masuk ke setiap celah yang ada, membuat orang lain mengumpat karena mengambil giliran mereka.
Karena tidak tahu sudah seberapa jauh mereka masuk keduanya tidak sadar bahwa mereka sudah berada di hadapan Devan, nafas keduanya terengah-engah membuat Devan yang berada di depannya mengerutkan dahi.
"budayakan mengantri !". Ucap Devan sambil mengisi selembar kertas.
Anya melihat jam dan waktu yang tersisa tinggal 10 menit lagi, ia merasa keringat dingin mulai muncul di dahinya Anya langsung menyerobot bagian orang lain yang akan duduk, dirinya tidak menyadari bahwa kursi yang ia duduki adalah tempat wawancara Devan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Sumi Sumi
ampun deh anya ko maen serobot az
2022-09-28
0