04 MABA

Naya berjalan ke arah Anya dengan wajah sedih, Anya hanya tersenyum miris melihatnya, jika sudah begini dirinya menjadi kasihan pada Naya.

"Udah jangan nangis, lo bisa dapet nilai bagus dengan cara lo giat belajar".

Pertanyaan beralih selanjutnya dan ini merupakan sesi terakhir, Anya kembali mendengarkan dengan serius berharap dirinya bisa menjawab dengan benar.

Jika perbedaan adalah rahmat mengapa perempuan ingin di samakan dengan laki-laki ?

Mata Anya memandang arah laki-laki di depan yang memberikan pertanyaan tersebut, ia lihat sekeliling tidak ada mahasiswa yang berdiri maupun yang ingin menjawab.

Menurut dirinya banyak orang yang tidak memahami arti setara, apalagi konsep kesetaraan gender. Menurut Anya setara bukan berarti sama.

Anya angkat tangan ia merasa ada sesuatu yang perlu di luruskan, masalah seperti ini tidak bisa ia biarkan begitu saja.

Naya yang masih menangis pun kaget melihat Anya yang mengacungkan tangannya "Nya lo mau jawab ?". Anya menoleh dan mengangguk.

"Bisa ke depan yang mengacungkan tangannya". Anya berdiri dan berjalan ke depan lapangan, ia juga melihat Devan, Ryan dan irana yang berdiri memandang dirinya.

Saat di beri waktu mic untuk menjawab Devan hanya menaikkan satu alisnya, banyak orang saling berbisik seperti meragukan jawaban dirinya, tapi Anya tidak gentar ia menoleh ke depan.

"Memperjuangkan kesetaraan gender bukan berarti menuntut perempuan untuk menjadi sama dengan lelaki, tetapi mendukung perempuan dan lelaki agar mendapat kesempatan untuk ada dalam posisi yang sejajar".

Memandang ke depan membuat Anya menjadi percaya diri, ia melihat semua orang diam dan hanya melihat dirinya yang sedang menyuarakan suaranya.

"Ini abad ke-21. Perempuan dan lelaki bisa sama-sama jadi pemimpin, bisa berbagi pendapat dan beban, bisa berada dalam spektrum feminitas-maskulinitas, harus pula bisa saling melindungi". Anya menoleh pada Malvin

Malvin, cowok tadi yang memberikan pertanyaan merasa tersinggung dengan jawaban Anya "Bukannya sebagai cowok sudah dari sananya di beri kelebihan sehingga hanya laki-laki yang layak menjadi pemimpin ?".

Semua orang beralih pada Anya, dirinya hanya mengangguk lalu menghadap lagi ke depan "Dan ini memberi laki-laki stigma dan beban juga. Harus selalu memimpin, enggak boleh nangis, harus maskulin, dan harus melindungi perempuan".

"Jujur bagi aku". Anya menambahkan gerakan tangan agar dapat menambah kesan menyakinkan "Sebagai seorang yang berpendidikan atau lebih tepatnya sebagai seseorang yang paham akan gender harus lebih membenarkan hal ini karena menurut aku ini bukan hal yang biasa".

"Gue paham, dan ga semua hal harus di suarakan di sini, gue yakin banyak orang yang akan menghargai kesetaraan walaupun selebihnya selalu mempermainkan dan menganggap itu adalah hal biasa".

Devan menyuarakan pendapatnya, membuat suasana semakin panas, setiap orang saling melirik mereka merasa ada sesuatu pada Anya "Dan lo adalah maba pertama yang ngomong panjang lebar dari panitia di sini".

"Aku ga ngomong panjang lebar, aku cuma ngomong apa yang memang harus di bicarakan".

"Terus dengan lo menyuarakan opini lo di depan sini membuat lo menjadi terkenal satu kampus, dan lo menjadi ahli debat yang handal !".

Anya menggeleng "Gue ga berharap untuk terkenal bahkan untuk di akui pun gue ga pernah berharap itu". Ucap Anya sarkas

Semua orang kaget terlebih Naya yang menyaksikan perdebatan itu hanya melongo, Anya bisa berbicara gue lo di hadapan Devan, Naya merasa Anya mencari masalah di hidupnya sudah di pastikan Devan akan naik pitam dengan perkataan Anya.

Keadaan mulai tidak terkendali, Ryan kembali memegang kendali atas ospek ini "Terimakasih untuk opini yang telah di berikan, untuk ospek hari ini sudah selesai kita bisa lanjutkan untuk hari kedua besok".

...***...

Setelah dari kampus Anya langsung pergi ke kafe tempat dirinya bekerja, saat akan pulang temannya memanggil untuk segera ke ruangan bosnya.

Anya mengetuk pintu dari dalam ruangan seseorang yakni bosnya menyuruhnya duduk.

"Maaf pa ada apa memanggil saya".

"Begini Anya cafe ini sedang ada masalah jadi saya akan melakukan pengurangan karyawan, tenang saja pesangon kamu sudah saya siapkan". Amplop berwarna coklat di arahkan kepadanya.

Memandang amplop itu ada rasa kecewa dalam dirinya tapi ia memilih untuk tersenyum "Baik pa terimakasih sudah bersedia memperkerjakan saya selama ini". Anya menerima amplop dan di balas anggukan oleh bosnya.

Keluar dari cafe ternyata malam telah menampakkan gelapnya, menyusuri jalanan sambil melihat kendaran berlalu lalang malah menambah perasaan kecewa dalam dirinya, Anya duduk di kursi pinggir jalan merenungi kehidupannya.

Sebenarnya ia bisa saja pulang pada kedua orang tuanya meminta uang lalu bermain seperti banyaknya orang lain lakukan, tapi ia ingin berdiri pada kedua kakinya sendiri, mandiri tanpa hanya meminta, Anya memandang ke sekeliling ternyata jalanan cukup sepi.

Ia tidak boleh mengeluh, menyemangati diri sendiri sudah biasa ia lakukan, keadaan tidak boleh membuat dirinya terpuruk, Anya harus sadar bahwa ada yang lebih susah keadaannya dari pada dirinya.

Anya berniat bangkit tapi kendaraan dari arah kanan berlaju dengan kecepatan penuh, dan di ujung jalan truk besar sedang menuju ke arahnya, Anya hanya bisa melihat bagaimana truk itu menyeret mobil dan menimbulkan suara decitan yang sangat keras.

Saat mendekat ke arah mobil, Anya sangat terkejut kalau yang berada di dalamnya adalah Devan, dirinya berniat pergi tapi niat itu ia urungkan karena bapak-bapak yang berteriak ke arahnya.

"Neng tolong ikut sama ambulan ya, soalnya bapak engga bisa". Ucap bapak tersebut sambil membawa anak kecil yang di bawanya.

"Maaf pa, tapi saya juga engga bisa soalnya saya harus buru-buru pulang".

"Tapi neng di sini eneng doang yang anak muda yang lain pada enggak bisa, kasian atuh neng di liat bapak anak itu seumuran sama eneng !". Anya bingung tapi keadaan terlalu mendesak membuat dirinya hanya mengangguk melihat Devan yang di masukkan ke dalam ambulance.

Dalam perjalanan membuat dirinya juga ikut merasa khawatir, darah mengalir banyak dari kepala Devan, jika begini Anya menjadi ragu masuk ke dalam fakultas kedokteran.

Ia melihat hp Devan yang berada di sakunya, Anya merasa ia harus memberitahu seseorang tentang keadaannya, saat memencet tombol handphone Anya sedikit terpaku dengan wallpaper hp tersebut di sana ia melihat Devan yang sedang bersama perempuan sambil berpegangan tangan.

Kesadarannya kembali saat tangan Devan memegang tangan dirinya, Anya melihat bagaimana tangan lembut Devan menyentuh kulitnya, dirinya kembali melihat handphone untungnya layar tidak di kunci langsung ia mencari nomor yang menurutnya layak untuk di hubungi.

Kata Bunda membuat Anya berhenti mencari lalu mulai memencet tombol telpon, sebenarnya ia cukup canggung harus menghubungi orang tua dari seorang cowok sudah mendapat sahutan dari sebrang sana membuat Anya tersadar.

"Maaf tante, saya Anya saya ingin mengabarkan kalau anak tante mengalami kecelakaan mobil dan sedang di bawa ke rumah sakit". Orang di sabrang sana berteriak kaget, Anya yakin kalau ibunya Devan pingsan karena mendengar kabar ini.

Episodes
1 01 MABA
2 02 MABA
3 03 MABA
4 04 MABA
5 05 MABA
6 06 MABA
7 07 MABA
8 08 MABA
9 09 MABA
10 10 MABA
11 11 MABA
12 12 MABA
13 13 MABA
14 14 MABA
15 15 MABA
16 16 MABA
17 17 MABA
18 18 MABA
19 19 MABA
20 20 MABA
21 21 MABA
22 MABA 22
23 23 MABA
24 24 MABA
25 25 MABA
26 26 MABA
27 27 MABA
28 28 MABA
29 29 MABA
30 30 MABA
31 31 MABA
32 32 MABA
33 33 MABA
34 34 MABA
35 35 MABA
36 36 MABA
37 37 MABA
38 38 MABA
39 39 MABA
40 40 MABA
41 41 MABA
42 42 MABA
43 43 MABA
44 44 MABA
45 45 MABA
46 46 MABA
47 47 MABA
48 48 MABA
49 49 MABA
50 50 MABA
51 51 MABA
52 52 MABA
53 53 MABA
54 54 MABA
55 55 MABA
56 56 MABA
57 57 MABA
58 58 MABA
59 59 MABA
60 60 MABA
61 61 MABA
62 62 MABA
63 63 MABA
64 64 MABA
65 64 MABA
66 65 MABA
67 66 MABA
68 67 MABA
69 68 MABA
70 69 MABA
71 70 MABA
72 71 MABA
73 72 MABA
74 73 MABA
75 74 MABA
76 75 MABA
77 76 MABA
78 77 MABA
79 78 MABA
80 79 MABA
81 80 MABA
82 81 MABA
83 82 MABA
84 83 MABA
85 84 MABA
86 85 MABA
87 86 MABA
88 87 MABA
89 88 MABA
90 89 MABA
91 90 MABA
92 91 MABA
93 92 MABA
94 93 MABA
95 94 MABA
96 95 MABA
97 96 MABA
98 97 MABA
99 98 MABA
100 99 MABA
101 100 MABA
Episodes

Updated 101 Episodes

1
01 MABA
2
02 MABA
3
03 MABA
4
04 MABA
5
05 MABA
6
06 MABA
7
07 MABA
8
08 MABA
9
09 MABA
10
10 MABA
11
11 MABA
12
12 MABA
13
13 MABA
14
14 MABA
15
15 MABA
16
16 MABA
17
17 MABA
18
18 MABA
19
19 MABA
20
20 MABA
21
21 MABA
22
MABA 22
23
23 MABA
24
24 MABA
25
25 MABA
26
26 MABA
27
27 MABA
28
28 MABA
29
29 MABA
30
30 MABA
31
31 MABA
32
32 MABA
33
33 MABA
34
34 MABA
35
35 MABA
36
36 MABA
37
37 MABA
38
38 MABA
39
39 MABA
40
40 MABA
41
41 MABA
42
42 MABA
43
43 MABA
44
44 MABA
45
45 MABA
46
46 MABA
47
47 MABA
48
48 MABA
49
49 MABA
50
50 MABA
51
51 MABA
52
52 MABA
53
53 MABA
54
54 MABA
55
55 MABA
56
56 MABA
57
57 MABA
58
58 MABA
59
59 MABA
60
60 MABA
61
61 MABA
62
62 MABA
63
63 MABA
64
64 MABA
65
64 MABA
66
65 MABA
67
66 MABA
68
67 MABA
69
68 MABA
70
69 MABA
71
70 MABA
72
71 MABA
73
72 MABA
74
73 MABA
75
74 MABA
76
75 MABA
77
76 MABA
78
77 MABA
79
78 MABA
80
79 MABA
81
80 MABA
82
81 MABA
83
82 MABA
84
83 MABA
85
84 MABA
86
85 MABA
87
86 MABA
88
87 MABA
89
88 MABA
90
89 MABA
91
90 MABA
92
91 MABA
93
92 MABA
94
93 MABA
95
94 MABA
96
95 MABA
97
96 MABA
98
97 MABA
99
98 MABA
100
99 MABA
101
100 MABA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!