Ya Allah, dengan menyebut namaMu yang Maha Pengasih dan Penyayang. Aku menerima perjodohan ini. Ayah tak pernah meminta ku untuk apapun, bahkan dia merelakanku untuk tinggal bersama Budhe, karena menuruti kemauanku. Padahal cuma aku yang dia punya, semenjak kematian ibu. Ini caraku membahagiakan Ayah. Ridha Ayah adalah ridhaMu. Aku percaya, ketentuanMu adalah yang terbaik untukku.
Semoga ini benar, aku menghempas apa yang aku rasakan untuk Andra, toh ini hanya sebuah rasa yang tak bernama. Akan pudar seiring waktu berlalu.
Rahma merangkai kata yang dia panjatkan ke langit, jika dia pernah meminta Andra kepada Allah sebagai jodohnya. Namun kini dia justru meminta sebaliknya. Apapun jawaban atas doanya nanti, itulah yang menurut Allah baik.
***
"Assalamu'alaikum." Andra mengucap salam di depan pintu sebuah rumah yang bernuansa putih. Pintu pun terbuka, seorang wanita tersenyum dan mempersilahkannya masuk setelah dia menjawab salam dari Andra.
"Bayu ada Tante?" tanya Andra tanpa basa basi pada pemilik rumah.
"Ada, dia di kamar. Masuk saja, Andra!" Dewi, ibunya Bayu.
Setelah dipersilahkan empunya rumah, Andra melenggang menuju ke lantai dua rumah itu. Dia sudah hafal betul letak kamar Bayu di mana jadi tanpa mengetuk pemuda itu sudah memutar handle pintu.
Cekrekkk..
Andra membuka pintu tanpa mengetuk terlebih dulu, sepertinya memang sudah kebiasaan baginya. Dia menghampiri penghuni kamar yang sedang asik dengan ponselnya.
"Lagi ngapain?" suara Andra tiba-tiba dan mengagetkan Bayu lalu tiduran di sebelah remaja tanggung yang meliriknya pun enggan.
"Kakak ih, kebiasaan masuk ke kamarku tidak salam atau ketuk pintu dulu. Privasi kakkk.." kata Bayu jengkel. Bayu bangkit dari kasur lalu pindah duduk di sofa kamarnya, dengan pandangan yang tak lepas dari layar ponselnya.
"Anak kecil punya privasi juga?" Andra meledek sambil mengacak-acak rambut adiknya itu.
"Jangan panggil aku anak kecil mulu! Kita lagi nggak temenan, ngapain kakak ke sini??" kata Bayu seraya meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidurnya.
"Kok udahan main game-nya?" Andra tanpa rasa bersalah.
"Jangan basa-basi deh, Kakak pasti ada maunya sampe ke sini malam-malam begini?" kata Bayu dengan muka kesalnya.
"Kamu masih marah sama Kakak, gara-gara Kakak lupa datang ke sekolah kamu waktu itu? Kakak minta maaf ya," ucap Andra tulus
Rupanya Bayu ngambek gara-gara Andra lupa datang untuk tanding futsal bersama teman-temannya. Semua temannya mengajak kakak mereka, hanya Andra saja yang tidak datang. Bayu malu, karena semua temannya mengejeknya, mereka bilang kalau kakaknya penakut dan tidak berani datang.
"Lain kali kakak akan datang. Baikan ya?" Andra masih mencoba mengambil hati adik tirinya itu supaya tidak marah lagi.
"Ada syaratnya," kata Bayu sambil tersenyum jahil. Andra menatap anak SMP itu dengan menyatukan kedua alis matanya, curiga.
"Jangan yang aneh-aneh ya," Andra memohon.
"Kamera baru Kakak buat aku!!" kata Bayu antusias.
Andra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu mengiyakan permintaan adik tirinya itu. Sepertinya dia sangat menyayangi pria kecil yang berwajah mirip dengannya itu.
"Ada syaratnya," kata Andra menirukan Bayu. "Katakan bagaimana kamu bisa kenal sama Rahma?? Bisa seakrab itu?" Andra penasaran dan sangat menanti jawaban Bayu. Tapi Bayu malah cuek dan mengambil ponselnya kembali, lalu menyentuh aplikasi game online. Lagi.
Tidak terima karena dicuekin adiknya, Andra meraih ponsel dari tangan adiknya, dia ingin diperhatikan, ingin diberi jawaban atas pertanyaannya.
"Kakak! Balikin ponsel Bayu!" sambil mencoba meraih ponselnya, namun gagal karena Andra jauh lebih tinggi. Akhirnya dia pasrah dan duduk di pinggir ranjangnya.
"Kan kan kan...!! Bayu udah mengira, pasti gara-gara Kak Rahma deh.. Tadi siang, waktu Kakak nyamperin Bayu, kayak orang lagi cemburu. Bayu nggak mau cerita, Kak Rahma itu punya Bayu. Bayu belum bilang sih, tapi segera Bayu akan bilang ke dia, suruh nunggu Bayu!! Lagian Kakak udah punya Kak Raya kan??!" panjang kali lebar pernyataan Bayu, Andra hanya terkekeh mendengarnya.
Andra mengacak rambut anak yang baru beberapa bulan memakai seragam SMP itu. "Kami udah putus!!" Andra terus terang.
"Kapan? Kenapa??" amarah Bayu mereda berganti rasa penasaran.
"Beberapa minggu lalu, dia yang minta putus, demi cowok lain. Sudah, kenapa jadi kamu yang sedih gitu? Kan Kakak yang putus?!" Andra terkekeh melihat tingkah adiknya.
"Jadi itu sebabnya, nanya-nanya soal Kak Rahma? Buat gantiin Kak Raya? Kenap juga mesti saingan sama kakak sendiri? Tak masalah, Kak Rahma bukan tipe cewek yang memprioritaskan ketampanan, kekayaan, atau kepopulera, tapi cowok yang beriman dan berakhlak. Masih ada harapan," spontan Bayu memeluk kakaknya.
"Sesuka itu ya kamu sama dia? Kalian sudah temenan berapa lama?" tanya Andra berusaha mengorek informasi tentang Rahma, tanpa Bayu sadari.
"Tujuh tahun," jawab Bayu datar, karena dia kembali fokus dengan game online-nya.
What??
Andra terperanjat mendengar jawaban Bayu. Kok bisa? Kenal di mana? Kapan???
Andra menjatuhkan dirinya di kasur, berbaring di sebelah adiknya yang sedang fokus dengan layar ponselnya. Lalu dia meraih majalah yang ada di meja samping tempat tidur. Sambil membuka majalah otomotif itu, dia mencoba mencari tahu lebih tentang gadis yang disukai adiknya itu.
"Sifat sok tahu kamu ini menurun dari siapa sih??" tanya Andra santai.
"Siapa yang sok tahu?" jawab Bayu yang masih fokus.
"Dari mana kamu tahu dia tidak memprioritaskan ketampanan, kekayaan,dan kepopuleran? Itu kan Kakak banget." Andra mulai pasang umpan.
"Aku nanya langsung ke dia, Kak Rahma jawabnya kayak gitu.. Kak Rahma itu gadis baik, Kak, nggak seperti cewek-cewek di sekolahku. Dia itu tidak pernah melepas jilbabnya, hanya kalau sendirian saja, selalu pakai kaos kaki juga. Pernah aku tanya kenapa, dan untuk apa? Katanya itu aurat dan itu semua dia lakukan karena dia sayang sama ayahnya, dia tidak mau ayahnya masuk neraka gara-gara dia umbar aurat kemana-mana, karena dosa atas auratnya yang terbuka semua ayahnya yang menanggung. Bahkan sehelai rambut pun dia tak tampakkan. Alangkah beruntungnya cowok yang jadi suaminya nanti. Tuh kan, Bayu kalah!! Kak Andra nanya mulu sih, jadi nggak konsen akunya." Bayu geram lalu mengacak-ngacak rambutnya sendiri.
Andra terdiam dan pikiran melayang entah kemana. Dia bertanya pada dirinya sendiri untuk apa mencari tahu tentang gadis yang entah siapa. Mereka hanya sebatas teman satu sekolah yang tidak pernah berinteraksi sebelumnya. Lagi pula dia juga sudah dipilihkan calon istri oleh kakeknya. Kenapa seperti ada desiran lembut dalam hatinya tiap kali nama Rahma disebut atau sesekali melintas di pikirannya? Yang dia tahu, dia tidak terlalu sakit hati ketika dia diputus pacarnya. Dia rela begitu saja, tak perlu repot untuk bersedih layaknya seseorang yang baru saja putus cinta.
"Kakak pulang. Dapat salam dari Kakek, kamu disuruh maen ke rumah. Hari minggu besok ya mumpung Kakak lagi free. Nanti kita futsal." Andra pamit, lalu bangkit dari ranjang.
"Hari minggu besok Bayu nggak bisa!!! Mau ketemu sang pujaan hati," jawab Bayu sambil tersenyum meledek.
"Rahma??!!" ucap Andra penasaran lalu duduk kembali di ranjang.
"Katanya mau pulang?! Kok duduk lagi? Sumpah demi apa? Bayu curiga deh. Kakak suka Kak Rahma kan?? Arrrgghh!!!!" rengek Bayu. Lalu menarik tangan Andra agar bangkit dari ranjangnya kemudian mendorong tubuh Andra menuju pintu kamar itu. Mengusir paksa.
"Kakak pulang sana! Bayu mau tidur!!"
Andra keluar sambil tertawa geli, melihat tingkah adiknya yang sok dewasa dan menyukai gadis yang lebih tua. Pemuda itu menuruni tangga rumah itu dan belum melepas senyum di bibirnya. Hal itu mengundang rasa penasaran Dewi__ibu tirinya.
"Kok senyum-senyum sendiri? Diapain sama Bayu? Dia bikin ulah lagi?" tanyanya lembut.
Lalu Andra menghampiri ruang tamu dan duduk di sofa yang berhadapan dengan sofa tempat Dewi duduk sambil melihat acara televisi.
"Nggak kok Tant, lucu aja melihat tingkah Bayu. Katanya ada gadis yang dia suka."
"Maksud kamu Rahma??" sontak jawaban Dewi membuat Andra terkejut.
"Tante kenal?" tanya Andra dengan rasa penasaran yang makin menjadi.
"Banget." jawaban singkat Dewi.
Bagai dapat kunci buat akses masuk ke topik utama tak disia-siakan Andra.
"Rahma itu sebenarnya siapa sih Tante? Kenapa anak seumuran Bayu bisa sebegitu sukanya sama dia?" tanya Andra langsung.
"Dia kan satu sekolah sama kamu," jawaban yang kurang memuaskan untuk putra mendiang suaminya itu.
Kalau soal itu Andra sih tahu tante. Batin Andra.
"Oh, Rahma yang itu?" Andra dengan datar.
"Rahma adalah gadis yang diculik Mbak Widya bersama Bayu, tujuh tahun lalu," Dewi menambahkan.
Deg!
Jauhi dia, Andra!!
Jerit Andra dalam hati.
Beberapa detik Andra terdiam. Semua ini apa? Seketika hatinya terasa sakit. Kemudian dia mencoba kembali ke alam sadar, mendengarkan Dewi melanjutkan ceritanya.
"Mereka jadi sangat dekat semenjak peristiwa itu, Rahma menyayangi Bayu seperti adiknya sendiri. Dia anak yang baik, sangat baik. Pintar dan manis, menurut Tante sihh. Ini versi tante lho ya? Oh ya, dia mengisi kajian di sekolah Bayu sebulan sekali. Bayu pun pasti datang, hari minggu besok kalo tidak salah. Ikutlah bersamanya, dan mulailah berteman, Tante lihat selama ini teman kamu cuma Raya dan asisten kamu. Lupakan masa lalumu, bergaullah dengan banyak orang, Sayang."
Mendengar kata-kata Dewi, sekilas memori kelam masa lalunya kembali. Dimana dia di bully teman-temannya.
Dasar anak peculik!
Anak pembunuh!
"Andra akan mencobanya, Tante." Lalu dia pamit pulang.
Bohong jika batinnya tidak bergejolak, semua serba kebetulan. Akhir-akhir ini takdir selalu menghubungkannya dengan Rahma. Pasrah saja, takdir akan melabuhkannya di mana.
***
Sandra memasuki rumahnya yang gelap, dia sudah tahu jika Rahma menginap di rumah Ibrahim karena Nino menelfonnya tadi siang. Itulah kenapa dia putuskan untuk pulang.
Langkahnya tertuju ke kamar keponakannya, membuka pintu kamar itu perlahan. Miris, keponakannya tinggal di kamar yang lebih mirip dengan gudang daripada kamar tidur yang semestinya. Semua itu karenanya, hati Sandra sungguh tersiksa.
Seburuk apapun perlakuannya terhadap Rahma, gadis itu selalu menyayanginya. Memasak untuknya meski terkadang dia membuang apapun yang gadis itu masak, mencuci piringnya kembali meski Rahma telah selesai mencucinya. Bahkan baju yang telah selesai Rahma jemur dia rendam lagi dengan air. Seolah dengan semua tindakannya itu dia mengatakan "pergilah! Aku tak butuh kamu!!".
Namun gadis itu terus bertahan hingga tujuh tahun di rumahnya. Berada jauh dari ayahnya, hingga badannya mengurus, tak nampak seperti dalam foto yang terbingkai cantik di atas nakas di samping tempat tidur Rahma. Foto dirinya dan keponakannya yang masih gemuk, dan sudah seperti anak kandungnya sendiri kala itu.
Air matanya mengalir, terngiang di telinganya perkataan Nino saat putranya itu menelfon dirinya.
"Tujuh tahun berlalu, Ma. Bukalah hati Mama, berbahagialah kembali. Kasihan Rahma, apa salah anak itu hingga Mama renggut masa remajanya? Dia udah bersabar untuk mengisi hari-hari sepi Mama, meski Mama tak menginginkannya. Jadilah mamaku yang dulu. Aku dan Rahma rindu itu."
Butiran air matanya mengalir, seolah ada sesal di hatinya, tujuh tahun dia larut dalam dukanya hingga tak menghiraukan kasih sayang anak-anaknya.
"Maafkan Budhe ya sayang," katanya lirih sambil membelai foto dirinya dan Rahma yang sedang berpelukan dengan tawa yang menghiasi wajah mereka.
***
Rasulullah SAW berdoa,
"Ya Allah berkahilah untuk umatku waktu pagi hari mereka" (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi)
Adzan subuh berkumandang, pagi hari adalah waktu yang secara khusus didoakan oleh Rasulullah. Rahma menyudahi ngajinya, dan bersiap sholat subuh berjama'ah di masjid bersama ayahnya. Dia keluar kamarnya, dan ternyata Ibrahim sudah menunggunya .
"Apa acaramu hari ini, Sayang?" tanya Ibrahim dalam perjalanan ke masjid, tidak jauh hanya seratus meter dari rumahnya.
"Mengisi kajian di sekolah Bayu, Ayah," jawab Rahma.
"Masyaa Allah. Jadi ustadzah nih ceritanya anak Ayah?"
"Ayah jangan kayak teman-teman Bayu, manggil Rahma ustadzah begitu. Rahma cuma sharing pengetahuan saja ke mereka. Ini juga gara-gara Tante Sarah yang minta, awalnya cuma buat sesekali, ternyata peminatnya banyak jadi rutin deh sebulan sekali. "
"Tidak apa-apa, amal jariyah buat Rahma. Insyaa Allah," kata Ibrahim.
Lantas mereka masuk ke dalam masjid dan menunaikan kewajiban bagi setiap muslim.
***
Andra masuk ke pekarangan rumahnya setelah kegiatan rutinnya, lari pagi usai dari sholat subuh di masjid. Keringat bercucuran dia seka dengan handuk kecil yang dia kalungkan di lehernya, lalu duduk di kursi taman. Sebotol air mineral yang memang sengaja dia siapkan di kursi itu sebelum memulai larinya, dia teguk isinya guna menghalau dahaga.
"Mas Andra!!" panggil Prama yang menghampirinya.
Andra yang masih meneguk air minumnya diam saja tak menjawab.
"Tau nggak Mas, gadis yang dijodohkan dengan Mas Andra itu ternyata mbak Rahma!!" wajah supir keluarga itu amatlah antusias.
Bruttt!!
Andra menyeburkan semua air yang tertahan di mulutnya ketika mendengar pernyataan Prama.
"Apa??!" tanya Andra memperjelas.
"Iya, Mbak Rahma. Saya baru tahu tadi malam waktu nganter Tuan ke rumah Pak Ibrahim, ada Mbak Rahma di sana." jelas pak Prama. "Duh.. kok aku jadi seneng gini ya? Padahal kan yang dijodohin Mas Andra bukan saya," lanjutnya.
"Ya sudah, Pak Prama aja yang nikah!" kata Andra sok cuek, padahal seperti ada gemuruh dihatinya. Bahkan detak jantungnya lebih cepat daripada saat berlari tadi.
Oh Allah. Apalagi ini? Benar-benar Engkau Sang Maha Besar, Engkau Sang Pembolak balik Hati, hati ini dalam genggamanMu. Tulisan penaMu adalah yang terbaik.
"Andra masuk dulu Pak, mau mandi, dah gerah banget ini." Andra meninggalkan Prama sendirian di kursi taman. Cara jitu untuk menghindari topik pembicaraan yang belum siap dia bahas.
Rahma? Benarkah?
Tanpa ada yang melihat, senyum kecil telah terbit di wajah pemuda tampan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Murni Aneka
tuh kan bener
2023-01-20
1
Murni Aneka
sati ayah x ya mereka berdua kalau mirip tpi kok saudara tiri jadi heran deh kebanyakan org tdk tau beda saudara tiri dan kandung
2023-01-20
0
sry rahayu
manis banget tor ceritanya🤗
2021-08-22
0