“Aku setuju,” kata Jiny.
“Aku juga setuju,” sahut Charly.
“Aku juga,” jawab Kokoh.
“Oke, kalau semuanya sudah setuju. Karena sebutan nama dan pangkat terlalu formal, bagaimana kalau kita ubah menjadi Agen? Contohnya seperti Agen J, agen Y, Agen M, Agen C dan untuk Kokoh bukan agen sebutannya, tapi menjadi K center,” usul Juna yang memberi sebutan yang berbeda dari yang lainnya.
“Waaahh... pak itu sangat keren, aku merasa kita ini orang terpenting di kepolisian ini,” celetuk Marco.
“Iya pak benar sekali, ide bapak sangat kreatif dan berbeda dari yang lainnya,” sahut Kokoh.
“Oke dua orang setuju, yang lainnya bagaimana?” tanya Juna kepada anggota lainnya.
“Saya setuju, itu lebih mempermudah saya,” ucap Jiny menatap ke Juna.
“Charly dan Yuyun,” ujar Juna.
“.…” Mereka tidak menjawab dengan kata-kata, dan hanya memberi tanda setuju kepada Juna.
“Aaahh... satu lagi, panggil saya Kapten, jangan Pak. Karena usia saya juga tidak terlalu tua dan saya juga belum terlalu senior,” tambah Juna.
“Baik Kap,” jawab semua anggota tim nya.
“Oke, saya akan menjelaskan sedikit tentang cara kerja golden time, yang sudah saya rangkum jadi perhatikan baik-baik,” ucap Juna.
“Cara kerja Golden Time dimulai dari departemen call center, Ko center akan menerima telepon darurat, ingat! Telepon yang benar-benar darurat atau penelepon yang membicarakan hal aneh, kalau Ko center merasa curiga dengan penelepon, cepat sambungkan ke ruangan kita. Setelah itu jika benar-benar terjadi sesuatu yang buruk dengan penelepon, tim lapangan akan langsung berangkat. Sesampainya dekat dengan lokasi korban, kita semua akan mulai berhubungan melalui handsfree,” jelas Juna.
“Agen Ji bertugas melacak dengan cepat keberadaan korban, langsung memberitahu apabila ada perubahan lokasi dan memberikan informasi secara cepat apa yang diminta tim lapangan, aaaah... agen Ji kalau punya alat-alat canggih pada saat penyelamatan itu lebih baik, untuk tim lapangan bekerja seperti biasanya, tapi lebih dipercepat kerja kalian dari pada biasanya, kalian paham kan?” tanya Juna, setelah memberikan penjelasan yang cukup panjang tentang tim golden time.
“Paham Kap,” jawab Kokoh.
“I understand,” jawab Jiny.
“Lebih dari paham,” sahut Marco.
“Sangat paham,” ucap Yuyun.
“Paham Kap,” jawab Charly.
“Baik, karena semuanya sudah paham kita pindah ke ruang yang sudah di persiapkan untuk kita,” kata Juna, yang langsung melangkah keluar ruangan meeting.
-- Setelah sampai di Golden Time Room --
“Uwaaahh... ruangannya bagus banget, lebih luas dari ruangan di departemen kejahatan keras sebelumnya,” kagum Marco memutar bola matanya untuk menatap setiap sudut ruangan.
“OMG... alat-alat disini lebih bagus, dari pada di ruangan departemen kejahatan siber,” cetus Jiny.
“Memang seperti apa di departemen siber?” tanya Juna mengangkat satu alisnya sembari ia menatap wajah kagum Jiny yang terlihat amat bahagia.
“Eeemm... komputernya cuman ada satu, spikernya tidak sebesar, wait!” balas Jiny menghentikan kata-katanya sendiri, karena melihat tulisan yang tertempel di spikernya.
Jiny yang melihat tulisan itu langsung membuka loker mejanya, dan benar saja disana ada kotak berukuran sedang yang bertuliskan....
“Mini phone and mini drone.”
“Kap, lihat ini,” panggil Jiny.
“Ada apa?” tanya Juna yang kebingungan saat dipanggil Jiny.
“Ini alat canggih yang Kapten sebutkan tadi, aku akan buka sekarang,” ucap Jiny.
Perlahan tapi pasti dia membuka kotak itu, ia juga menemukan kotak lain yang berukuran lebih kecil sebanyak 6 buah, selain itu ada 6 benda berbentuk pipih dan di benda tersebut ada sebuah petunjuknya. Jiny yang penasaran mulai melakukan apa yang tertulis di petunjuk kotak tersebut.
Benda pipih tersebut tiba-tiba terbang, saat Jiny mencoba megaturnya dari komputer yang ada dihadapannya....
“Waaaww... mini drone?” celetuk Jiny dengan kagum.
“Waaaahhh... alat itu yang akan kita gunakan untuk bertugas?” ujar Marco, pandangannya terus mengikuti alat yang sedang terbang tersebut.
“Iya, sepertinya begitu. Karena ada diruangan ini sepertinya ini khusus untuk tim golden time,” balas Jiny.
“Benar kata Kapten, kejahatan siber memang memiliki alat-alat yang canggih,” sahut Yuyun tersenyum.
“Aaahh, semuanya sepertinya ini untuk kalian, satu kotak untuk satu orang,” ujar Jiny. Mengeluarkan 5 kotak kecil dari kotak yang lebih besar, dan meletakkannya di atas meja nya.
“Apa ini Agen J?" tanya Charly, membolak-balikan benda yang ia pegang.
“Cara kerjanya sama seperti handsfree, tetapi dalam ukuran yang lebih kecil, dan di kotak ini nama nya tertulis mini phone. Mini phone ini akan langsung terhubung ke spiker ini begitu spiker dan mini phone dinyalakan, coba kalian pakai dulu,” papar Jiny mulai memakai alat yang cukup kecil itu di telinganya.
“Sudah? Oke, kalian dengarkan baik-baik, a... a... a... tes... tes... kalian dengarkan suaraku di telinga kalian?” tanya Jiny yang sedang mengatur mini phone baru nya.
“Oooo... bagus suara nya jernih dan sangat jelas seperti ngomong langsung, lalu bentuknya juga tidak terlalu kelihatan kalau sedang memakai mini phone,” sahut Yuyun sembari ia memegang mini phone yang sudah terpasang di telinganya.
“Terus kalau kita mau ngomong juga tidak perlu pencet tombol, sangat berbeda dengan handsfree,” celetuk Marco tersenyum kagum.
“Iya betul itu, jadi kita lebih berkonsentrasi bertugas,” tutur Juna menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju dengan pendapat Marco.
-- Beberapa menit kemudian --
“Braccckk….”
“Kap! Ada telepon yang melaporkan kalau ditemukan sebuah mayat di sebuah tandon air," seru Kokoh yang tiba-tiba masuk ke dalam Golden time room.
“Ko center tenang sedikit dan jelaskan detailnya,” tanggap Juna yang langsung mengalihkan tatapannya ke Kokoh yang tiba-tiba masuk ke ruangan.
“Seorang ibu-ibu pemilik rumah kos bernama Suyati menelepon, dia menemukan mayat perempuan di tandon air nya yang berada di atap,” jelas Kokoh memasang raut wajah cemas.
“Oke semua kita berangkat sekarang, Ko center pakai ini sekarang, mulai saat ini kita berkomunikasi melalui ini, kalau mau menjawab tidak perlu dipencet dan langsung bicara,” cetus Juna sebelum melangkah keluar dari ruangan.
“Agen Ji, cari tau tentang ibu kos bernama Suyati ini dan kalau sudah langsung sampaikan.” Juna bergegas pergi dari ruangan menyusul anggota tim lainnya yang sudah menuju mobil, untuk ke TKP.
-- Sesampainya di TKP --
Tim golden time memakai penutup sepatu, sarung tangan karet, dan masker, mereka melangkah masuk ke area dalam garis polisi dan ikut melihat secara dekat.
“Cara mengikat kaki dan tangannya, lalu cara membuangnya. Seperti pernah melihatnya, tapi dimana? Apa di salah satu kasus yang aku kerjakan di Seoul?” gumam Juna menatap dengan sangat dekat, ia juga menatap setiap sisi yang menurut dia janggal.
“Agen Y, lihat itu,” celetuk Marco, mengajak bicara Yuyun.
“Ada apa?” tanya Yuyun yang merespon ucapan Marco.
“Kalau melihat apa yang dilakukan Kapten saat ini, bukankah mengingatkanmu pada sesuatu?” balas Marco.
“Apa maksud kamu?” tanya Yuyun balik, karena tidak memahami apa yang dikatakan Marco.
“Lihat dulu itu.” Marco memegang kedua pundak Yuyun dan mengarahkan lurus untuk menatap Kaptennya.
“Aaaa... seperti dr. Kais maksud kamu?” Yuyun yang paham pun langsung berbalik dan menatap Marco.
“Iya, bukankah mereka mirip? Sama-sama tidak takut, tidak jijik dan kalau dilihat dari luar, kepribadian mereka terlihat mirip. Sama-sama sedingin balok es,” ucap Marco.
“Iya benar, bukan cuman mirip, tapi seperti pinang dibelah jadi dua,” sahut Yuyun menganggukkan kepalanya tanda ia setuju.
“Apa karena sama-sama pernah tinggal di Seoul?” gumam Marco yang masih bisa didengar Yuyun yang ada disebelahnya.
“Eh... eh... Kapten datang,” ujar Marco secara tiba-tiba.
“Semuanya tolong cari tau apakah ada rekaman cctv atau saksi yang melihat ada orang aneh dan mencurigakan dengan membawa koper besar atau karung besar, setelah itu laporkan,” pinta Juna, sembari ia menatap sekeliling memastikan apakah ada cctv yang terpasang atau tidak.
“Baik Kap,” jawab mereka dan segera berangkat menjalankan tugas.
-- Beberapa menit kemudian --
“Kap, saya mendapatkan rekaman cctv dari minimarket terdekat.” Charly melaporkan mendapatkan sesuatu ke Juna.
.
.
.
.
.
Bersambung.
***********************************************
*Cuplikan episode 4*
“Hasil menunjukkan, kepala bagian atasnya hancur, semua sidik jarinya terkelupas dan ada memar di tiga bagian, pipi sebelah kanan, tepat dibawa rusuk dan yang terakhir pada bagian kaki. Semakin anehnya bekas memar atau bagian yang hancur selalu menunjukkan bentuk yang sama, awal nya saya pikir itu mungkin cuman kebetulan, tetapi kalau dipikirkan kembali tidak mungkin ada yang sangat kebetulan seperti itu, jadi….”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments