Siang yang sangat cerah pada musim gugur di Seoul-Korea Selatan.
“Pak Juna, Anda di panggil Pak Komisaris ke kantornya sekarang,” panggil salah satu anggota tim 1 menatap ke arah Juna.
“Ada apa? Aaahh... ini pasti gara-gara kasus penculikan anak 7 tahun itu,” keluh seseorang yang biasa dipanggil oleh anggota tim nya dengan Pak Juna.
Meskipun mengeluh, Juna tetap melangkahkan kakinya ke ruangan Pak Komisaris, dia sendiri ada perasaan takut tentang apa yang ada dipikirannya benar terjadi.
-- Ruangan Pak Komisaris --
“Tok... tok....”
“Selamat siang Pak, kalau boleh saya tau ada perlu apa Bapak memanggil saya?” ucap Juna dengan nada sopan, ia langsung masuk setelah mengetuk pintu.
“Ho, Juna silakan duduk terlebih dahulu,” sahut Pak Komisaris yang melihat Juna sudah masuk keruangannya.
“Jadi begini Juna, saya mendapat informasi dari sahabat saya yang ada di Indonesia kalau negara Indonesia sedang mengalami banyak insiden yang sering membuat warganya menjadi khawatir dan tidak tenang, itu sebabnya mereka ingin membentuk sebuah tim golden time seperti yang sudah kita jalankan di kepolisian kita sekarang ini, tetapi permasalahannya mereka belum tau bagaimana sistem dan cara kerja tim tersebut,” jelas Pak Komisaris.
“Karena itu saya berniat memindah tugaskan kamu ke Indonesia untuk membantu mereka, apa kamu bersedia menerima tugas tersebut?” tambah Pak Komisaris menjelaskan alasan Juna di panggil ke ruangannya.
“Tapi kalau boleh saya tau, apa alasan Bapak memilih saya? Setahu saya masih banyak detektif lain yang lebih berpengalaman dari saya,” balas Juna yang merendah.
“Iya banyak, tapi mereka semua harus belajar bahasa Indonesia terlebih dahulu, kalau kamu kan tidak perlu belajar bahasa Indonesia lagi, dan kamu juga lebih mengetahui selah-selah kota Jakarta,” tutur Pak Komisaris.
“Aaah… tenang saja kamu tidak perlu khawatir, disana kamu akan diberi fasilitas sebuah apartemen dan mobil untuk melaksanakan tugas,” tambah Pak Komisaris melempar senyum ramahnya ke Juna.
“Eeeemmm… baiklah kalau begitu saya bersedia Pak, saya akan menjalankan tugas ini,” ucap Juna membalas senyum Pak Komisaris.
“Bagus kalau begitu kamu akan berangkat 2 hari lagi,” cetus Pak Komisaris memasang raut bahagia, karena Juna mau menerima tawarannya.
“Baik kalau begitu Pak,” jawab Juna.
-- 2 Hari Kemudian --
Juna berangkat menuju bandara dengan diantarkan oleh supir pribadi keluarganya, setibanya di bandara ia memasukkan dua koper besarnya di tempat pemeriksaan, lalu ia melangkahkan kakinya menuju pesawat yang akan dia naiki.
-- 7 Jam Telah Berlalu --
Juna sampai juga dibandara Sukarno Hatta, ia berjalan keluar dari pesawat, dan mengambil dua koper besarnya setelah melewati pemeriksaan.
Koper besar yang dia bawa itu, ia naikkan ke trolli untuk membawanya sampai di pintu keluar dari bandara, di sana ia sudah melihat sebuah taxi berjajar yang sudah siap berangkat kapanpun.
Dia memanggil salah satu supir taxi tersebut, dan meminta tolong untuk membantunya memindahkan koper besarnya kedalam taxi.
Semua koper, tas dan barang bawaan lainnya sudah masuk ke dalam taxi, ia segera masuk kedalam taxi tersebut dan mengatakan alamat yang ia tuju kepada supir taxi nya, supir taxi yang mengetahui alamat dan tujuan Juna, langsung menjalankan mobilnya.
-- Setibanya di apartemen Juna --
Juna masuk kedalam gedung apartemen yang bertingkat itu, seorang staf melihat Juna yang kerepotan dan berusaha membantu Juna menurunkan barang-barangnya dari taxi dan membawanya masuk kedalam lobi.
Juna juga meminta tolong ke staf itu untuk membantu membawakan barang bawaannya hingga sampai depan apartemennya.
Ketika sudah didepan apartemennya, Juna segera mendekatkan kunci kamarnya yang berbentuk kartu ke sensor yang ada di atas tuas pintu, staf yang membantu membawakan kopernya juga pergi setelah meletakkan koper besar Juna tepat di pintu masuk apartemennya.
“Tiinngg!” Lampu sensor diatas tuas pintu berubah warna menjadi hijau, pertanda kunci pintu berhasil dibuka.
Juna mendorong pintu yang sudah terbuka itu, lalu ia segera memasukkan satu persatu kopernya dan meletakkannya di ruang tamu terlebih dahulu sebelum memasukkan bajunya kedalam lemari.
“Hhaaaahhh… capeknya, apartemennya bagus juga, bersih dan lumayan besar,” gumam Juna yang duduk di sofa panjang yang berada di ruang tamu, memutar bola matanya untuk menatap setiap sudut ruangan.
“Aku ingin lihat kamarnya,” ujar Juna sembari ia melangkah menuju kamar utama.
“Waaahhh... ini, mirip seperti kamarku dulu,” kagumnya terhadap setiap sudut kamar tidurnya.
Setelah menatap setiap sudut kamar tidurnya, ia kembali ke ruang tamu dan menuju ke arah jendela.
“Sraaaacckkk....”
Dia membuka seluruh tirai yang menutupi jendela kaca tersebut, seketika tampaklah pemandangan sore Ibu Kota Jakarta, yang tampak seperti sebuah lukisan yang cantik.
“Aaahhh… welcomeback Jakarta,” sapa Juna kepada suasana lama yang baru lihat kembali, matanya tidak dapat melepaskan pemandangan yang cantik tersebut melalui sebuah kaca jendela apartemen nya.
-- Keesokan Hari nya --
“Selamat pagi semuanya,” sapa Pak Komisaris kepolisian Jakarta, yang baru masuk ke dalam ruangan.
“Selamat pagi pak,” jawab semua orang, sambil berdiri untuk menghormati kedatangan Pak Komisaris.
“Iya hari ini seperti yang sudah terjadwal kemarin, saya akan mebuat tim baru bernama golden time dan saya sudah menunjuk beberapa anggotanya dari divisi kejahatan keras, kejahatan siber dan call center, tapi karena kita semua belum mengetahui secara pasti cara kerja golden time itu seperti apa, maka dari itu saya menugaskan satu orang lagi yang akan menjadi leader atau pemimpin di tim golden time, silakan masuk,” kata pak Komisaris, ia memanggil seseorang yang masih menunggu di luar ruangan.
“Ceekklleekk....” Orang itu membuka pintu, ia masuk kedalam ruangan meeting, dan semua orang yang ada di ruangan ikut berdiri, orang yang baru datang tersebut membuat semua orang yang ada diruang langsung memasang kedua mata mereka.
“Selamat pagi Pak Komisaris, selamat pagi semua nya. Nama saya Bae Arjuna, biasa dipanggil Juna dari divisi kejahatan berat kepolisian metropolitan Seoul Korea Selatan, di pindah tugaskan ke kepolisian Jakarta dengan alasan harus membantu dan memimpin langsung tim golden time yang baru saja di bentuk,” sapa Juna yang baru masuk kedalam ruangan dan memberi hormat kepada Pak Komisaris, lalu ia berdiri disamping beliau sambil menghadap ke anggota tim golden time lainnya.
“Dia adalah Juna yang akan menjadi pemimpin kalian, dia berhasil memecahkan 15 kasus dalam dua bulan dan dia kesini untuk memimpin dan mengarahkan kalian menjadi tim golden time yang cekatan dan berpikiran cerdas,” tutur Pak Komisaris.
“Ruangan sudah saya siapkan, untuk dari divisi siber dan kejahatan keras kalian akan menempati ruangan baru, dan untuk divisi call center tetap diruangan call center, lalu untuk langkah selanjutnya saya akan serahkan semua kepada Juna, saya tinggal terlebih dahulu karena masih ada keperluan lain,” tambah Pak Komisaris menyampaikan pesan terakhirnya dan pergi meinggalkan ruangan.
“Aaahh... oke, santai saja. Saya sendiri juga tidak terlalu suka dengan sesuatu yang terlalu formal, pertama saya ingin tau nama kalian semua.” Juna mulai memimpin meeting pertamanya dengan sikap yang sedikit santai.
“Pak sebelumnya saya ingin bertanya,” seru seseorang yang langsung mengangkat tangannya.
“Iya, silahkan... tetapi sebelum bertanya perkenalkan nama kamu dulu,” balas Juna menatap orang yang mengangkat tangannya.
“Nama saya Yuyun dari divisi kejahatan berat, apa benar bapak sudah memecahkan 15 kasus dalam dua bulan? Karena menurut saya 15 kasus dalam dua bulan itu jarang ada, dan kalau pun ada, palingan juga cuman kasus kecil,” ucap seorang detektif laki-laki yang bernama Yuyun.
“Eeeemmm, sekarang begini, kasus di tiap negara, aaa... jangankan tiap negara, tiap kota saja kadang sudah berbeda, jadi jawabannya benar, saya berhasil memecahkan 15 kasus dalam dua bulan,” balas Juna.
“Kok bisa? Ya, karena kota Seoul Korea Selatan lebih berbahaya dari pada Jakarta, disana lebih banyak kasus-kasus berat, itu sebabnya di Korea Selatan mewajibkan memasang kamera dasbor untuk semua jenis kendaraan, selain itu juga tiap jalan dan persimpangan terpasang kamera cctv dalam jarak beberapa meter, jadi tidak mematuhi peraturan pengendara akan didenda,” imbuh Juna menyelesaikan penjelasannya.
“Nama saya Jiny dari kejahatan siber, kalau misalkan di Indonesia tidak ada kamera dasbor mobil, apa masih bisa melaksanakan penyelamatan diwaktu genting?” sahut petugas perempuan yang bernama Jiny yang mengangkat tangan selanjutnya.
“Saya dengar dari pak komisaris, divisi siber punya alat yang sangat canggih melebihi dari kamera dasbor mobil, jadi jawaban dari saya bisa, kalau punya alat yang lebih canggih lain kita tetap bisa melaksanakan penyelamatan diwaktu genting,” tutur Juna memecahkan rasa penasaran petugas yang bernama Jiny.
“Oke, apa ada yang mau bertanya lagi? Kalau tidak ada kita lanjutkan perkenalan diri bagi anggota yang belum memperkenalkan nama nya," tanya Juna.
.....
“Baik, jadi tidak ada lagi? Oke, kita mulai dari kamu dulu.” Juna menatap ke arah orang itu dan menunjuknya.
“Eeemm... saya Marco dari divisi kejahatan berat,” ucap detektif yang benama Marco membalas tatapan Juna.
“Saya Kokoh pemimpin divisi call center,” sahut orang yang bernama Kokoh.
“Saya Charly dari divisi kejahatan berat,” celetuk detektif yang bernama Charly, yang duduk di sebelah Kokoh.
“Oke, karena semua sudah memperkenalkan diri kita harus membuat kesepakatan soal panggilan satu sama lain, panggilan yang sangat formal atau panggilan yang semi formal?” Juna memberi dua pilihan ke anggota tim barunya.
“Menurut saya sih pak, lebih baik semi formal.
Karena kalau dalam keadaan genting, lebih mudah menyebutnya” usul Marco.
“Yang lain bagaimana?” tanya Juna dengan menatap yang lainnya.
“Iya lebih baik seperti itu,” celetuk Yuyun.
“Aku setuju,” cetus Jiny.
“Aku juga setuju,” sahut Charly menganggukkan kepalanya.
“Aku juga,” jawab Kokoh.
.
.
.
.
.
Bersambung.
*********************************************
*Cuplikan Episode 3*
“Braccckk….”
“Kap, ada telepon yang melaporkan kalau ditemukan sebuah mayat di sebuah tandon air," kata Kokoh yang tiba-tiba masuk ke dalam Golden time room.
“Ko center tenang sedikit dan jelaskan detailnya,” tanggap Juna.
“Seorang ibu-ibu pemilik rumah kos bernama Suyati menelepon, dia menemukan mayat perempuan di tandon air nya yang berada di atap,” jelas Kokoh.
“Oke semua kita berangkat sekarang, aaa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Felisyah
nyimak dulu thor..😊😊😊
2021-12-15
0
Kurnia Wati
nyimak thoor..💪💪💪
2021-08-29
1