Terlihat dari jauh seorang wanita berbadan ular yang tak lain adalah Dewari tengah menuju rumah pohon membuat aku dan Reka panik.
"Kamu harus pergi dan kembali ke rumah lindung. Kamu akan aman disana" Ujar Reka Panik.
Aku mengerenyitkan dahi. "Rumah lindung yang mana?"
"Rumah kayu, tempat dimana aku menjemputmu tadi" Sahut Reka
"Tapi kamu harus ikut, aku gak mau sendirian" Kata ku.
"Tidak bisa. Rumah lindung itu sudah di kelilingi pagar gaib yang tidak bisa di tembus siluman seperti aku. Karena itu kamu akan aman disana" Ujar Reka dengan wajah cemas.
"Setidaknya kamu anterin aku lah, masa aku pergi sendiri... Aku takut" Ucapku dengan penuh harap.
"Aku harus tetap disini untuk menahan Dewari. Jika kita pergi bersama, Dewari akan dengan cepat menemukan kita" Kata Reka menjelaskan.
"Tapi...." belum sempat aku melengkapi perkataanku, Reka sudah memotongnya.
"Cepat pergi..." Reka menarik tanganku, menggiringku menuruni tangga dan membiarkanku pergi seorang diri.
Aku pun berlari pergi menjauh dari rumah pohon Reka. Setelah sudah cukup jauh berlari, tiba-tiba aku melihat seekor ular jenis Boa berwarna hijau pastel dengan corak yang indah terkurung di dalam sebuah sangkar besi.
Kasihan sekali, aku ingin menolong nya. Tapi jika aku lepaskan, bisa saja aku langsung di lilit dan di telan bulat-bulat oleh ular itu. Aku berharap bisa mengabaikan nya, tapi hati nuraniku mengalahkan rasa takut ku. Lagi pula kenapa aku harus takut, bukankah kata Reka siluman ular tidak memakan manusia?
Aku pun berlari menghampiri ular itu bermaksud membantunya lepas dari sangkar yang mengurung nya.
"Tolong jangan memandangku seperti itu..." Ucapku yang melihat ular itu tengah menatapku tajam. "Aku hanya mau bantu kamu lepas dari sangkar ini."
Sangkar besi itu tidak berukuran besar, tetapi menancap di tanah dengan sangat kuat. Bahkan aku hampir putus asa untuk membuka sangkarnya. Aku mengeluarkan semua tenagaku namun hasilnya nihil.
Bukannya terbuka, malah tanganku yang terkelupas. Perih sekali
Pandanganku tertuju pada sebuah potongan bambu yang tergeletak di tanah. Dengan cepat aku meraihnya untuk dijadikan dongkrak. Setelah beberapa kali gagal akhirnya kini aku berhasil melepaskan sangkar besi itu.
"Ular, sekarang kamu udah bebas. Maaf aku harus segera pergi. Jaga dirimu supaya enggak sampai terjebak lagi di dalam sangkar karena belum tentu aku bakal datang lagi untuk nolongin kamu." Ucapku yang kemudian bergegas pergi.
Aku melanjutkan perjalananku untuk kembali ke rumah kayu yang Reka sebut Rumah Lindung. Telapak kakiku sudah mulai merasakan sakit dan perih karena berlari melewati hutan tampa memakai alas kaki. Telapak tanganku pun terasa panas dan perih karena mengangkat sangkar besi yang begitu berat.
Aku ingin beristirahat, tapi aku takut Dewari akan menemukanku. Aku melihat ke sekelilingku dan mulai merasa bingung
"Aku masih dimana sih? Kenapa belum sampai juga?"
Aku terlalu lelah dan tak tau harus ke arah mana. Aku bersandar pada sebuah pohon. Duduk sejenak untuk beristirahat. Aku mengangkat kedua tangan dan melihat telapak tanganku yang memerah kemudian meniupinya untuk meredakan rasa perih dan panas nya.
"Oh tuhan, aku harus kemana...."
Tiba-tiba muncul di hadapanku seorang pria berparas tampan. Matanya berwarna hijau dengan pupil mata runcing, hidung nya mancung dan kulit nya putih. Dia mengenakan pakaian yang sama dengan Reka. Hampir saja aku mengira dia adalah Reka, namun meskipun dua-duanya sama tampan, tentu saja wajahnya berbeda.
"Aku bisa mengantarmu jika kamu mau" Ucap pria itu dengan tatapan tulus.
"Kamu siapa?" tanyaku heran
"Aku Gama" Sahut pria itu dengan menunjukan senyum hangat. "Hey tenanglah.." Ucap Gama ketika melihat wajah tegang ku. "Aku tidak akan menyakitimu. Kamu sudah Menolongku, sekarang biarkan aku membantumu"
"Apa?" Aku memicingkan mata, melihatnya dengan jelas. Kapan aku menolongnya? Aku bahkan baru saja melihatnya.
"Apa kamu ingat, tadi kamu menyelamatkan seekor ular yang terperangkap dalam sangkar besi? Bahkan kamu mengingatkan ular itu agar menjaga diri, akulah ular itu" Terang Gama.
"Ular??" Aku tercengang karena ternyata yang aku tolong bukan lah ular biasa, melainkan jelmaan ular.
"Sudah lah, tidak Perlu Sekaget itu.." Ucap Gama kala melihat ekspresi kaget di wajahku. "Setelah kamu menyelamatkanku, aku mengikutimu sampai disini. Tangan mu terluka karena menolongku. Kakimu juga terluka karena berlari tampa alas kaki. Apa kamu akan terima tawaranku? Jika tidak, tak mengapa.. Aku akan pergi" Pria itu mulai membalikan badan nya seolah hendak pergi.
"Jangan....!!" Aku mengehentikan nya sebelum ia benar-benar pergi. "Enak aja udah di tolongin bukan nya balas budi malah mau pergi ninggalin aku. Aku mau pulang, tapi aku lupa arah jalan nya."
"Baiklah.." Ucap Gama seraya membalikan kembali badan nya ke arahku dengan begitu semangat. "Tidak perlu marah-marah, aku akan mengantarmu. Anggap saja ini sebagai balas budi"
Gama mengangkat tubuhku yang tidak berdaya. "Maaf aku tidak bermaksud tak sopan, tapi kamu tidak akan bisa berjalan dengan kakimu yang terluka seperti itu"
"Tidak apa-apa, jangan banyak bicara cepat antar aku pulang"
"Dimana rumah mu?" Tanya Gama yang sudah bersiap mengantarkan ku.
"Di rumah kayu yang disebut rumah lindung, itu memang bukan rumah aku tapi aku harus kembali kesitu sekarang"
"Apa??" Lirih Gama seraya memincingkan mata dan mulai memperhatikanku dengan seksama. "Apa namamu Clarisha???"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
KIA Qirana
Oh no, manusia ular
2021-08-31
1
Enci
jadi gama juga sama kayak reka ya, siluman ular juga?
2021-08-30
1
Simplicityme
Apa gama itu anak pertama Dewari yg tdk lain adlh kaka nya rekha? 🤔
2021-08-14
1