Aku masih berjalan santai menuju tempatku bekerja. Aku melihat jam di ponsel ku, waktu menunjukan pukul 06:40 Wib. Aku mendesah lega karena tiba di toko dengan tepat waktu.
Jarak dari tempat kost ke toko tempatku bekerja memang tidak terlalu jauh. Bahkan aku hanya cukup berjalan kaki untuk pulang pergi tampa perlu menggunakan jasa angkutan umum ataupun ojek.
Sudah hampir satu tahun aku bekerja sebagai kasir di toko swalayan dengan waktu delapan jam kerja. ini cukup melelahkan memang, tapi aku harus semangat agar aku tetap bisa membayar kost dan mencukupi kebutuhan ku dengan hasil keringat sendiri.
Sesampainya di toko, seperti biasa aku langsung menyalakan komputer dan mulai melayani pembeli. Setelah tiba di jam istirahat, aku akan pergi untuk makan siang di warung nasi yang berada tepat di sebrang toko Giant Jaya tempatku bekerja.
Belum sempat aku menyebrang, tiba-tiba Ci Yuzzy, bosku datang mengahampiri.
"Clarisha..." Aku menoleh Ci Yuzzy yang masih setengah berlari mengejarku.
"Ada apa, Ci?" Aku menghentikan langkahku dan berbalik ke arah Ci Yuzzy.
"Rish, saya turut berduka cita ya, atas meninggalnya Kakek kamu." Ucap Ci Yuzzy dengan menunjukan wajah sendu "Saya minta maaf ya, karena kemarin saya gak bisa datang. Mungkin saya cuma bisa mendoakan supaya Kakek kamu tenang di alam sana"
"Oh, iya. Gak apa-apa, Ci" Jawabku dengan memasang senyum tulus. "Makasih ya, untuk doanya."
"Iya, Rish. Sama-sama. Tapi kamu kok, langsung masuk kerja sih, Kakekmu kan, baru aja meninggal. Keluarga kamu pasti sekarang lagi sibuk banget bikin hidangan buat tahlil malem ini" Ujar Ci Yuzzy.
Tutur kata Ci Yuzzy memang sedikit cadel karena Ci Yuzzy asli dari China. Namun, besar di Indonesia, lebih tepatnya di Bandung. Sehingga meskipun cadel tapi dia sangat lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia.
"Orang tuaku pasti gak akan butuh tenaga aku kok, Ci.. Karena disana kan udah cukup Pembantu. Lagian kalau aku gak kerja nanti cici repot sendiri."
"Iya, Sih. Emm, ya udah kamu makan siang dulu aja, hati-hati ya, nyebrang nya." Ucap Ci Yuzzy.
***
Sudah jam 15:00 Wib dan aku segera bersiap untuk pulang. Sesampai nya di parkiran toko, aku melihat seorang pria berkulit sawo matang, hidung mancung dan mata teduh yang ku kenal bernama Aldi, sedang melambaikan tangan dan tersenyum hangat kepadaku. Aku berusaha menghindar namun Aldi berhasil meraih tanganku.
"Aku antar pulang, ya?!" Ucap Aldi dengan tatapan lembut sambil menggenggam pergelangan tanganku.
"Aku bisa pulang sendiri." Jawabku ketus. "Lagian kenapa sih kamu masih aja ganggu aku? Kamu itu udah jadi milik orang lain, jadi tolong kamu pergi jauh-jauh dari hidup aku. Apa belum puas kamu nyakitin hati aku??" Dengan mata yang berkaca-kaca aku menatapnya penuh benci.
"Tapi aku tulus sayang sama kamu, Risha." Ucap Aldi lirih "Aku gak bisa lupain kamu, aku gak sanggup kehilangan kamu" Aldi menundukkan kepalanya, menutup mata sambil menghela nafas yang panjang.
"Aku minta sekarang kamu pulang, ucapkan itu sama istri kamu." Aku menyeka air mataku dan segera berlari menjauh.
Aldi hanya melihatku dan tidak berusaha mengejarku. Aku yakin kalimatku sudah cukup membuatnya mengerti. Meskipun dia pria yang keras kepala, takkan bisa menggoyahkan pendirianku yang telah memutuskan untuk melupakannya sejak aku tau ternyata dia sudah beristri.
Sesampai nya di tempat kost, didalam kamar aku menangis terisak-isak sambil memeluk bantal. Kedatangan nya ke toko, membuatku teringat kembali akan kenangan yang mati-matian aku lupakan.
Jelas saja tidak mudah bagiku untuk menghapusnya dari ingatanku. Karena meskipun Aldi bukan cinta pertamaku, tapi dia pria pertama yang berhasil membuatku jatuh cinta.
"Enggak, aku gak boleh cengeng. Aku pasti bisa melewati ini semua" Aku menghapus air mataku lalu berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Seusai mandi aku bergegas mengganti pakaian dengan mengenakan pakaian tidur yang biasa kupakai. Tiba-tiba aku teringat ketika mengenakan baju tidur itu didalam mimpiku.
"Tidur pake baju ini, pas mimpi pun masih pake baju ini.." Aku mendesah kesal.
Aku membuka kembali lemari pakaian dan mengganti baju tidurku. Kali ini aku memakai stelan piyama tangan panjang berwarna hijau botol yang terasa nyaman.
Setelah itu aku memasak mie instan untuk makan malam. Mungkin saat ini orang tuaku di rumah sedang makan dengan ayam goreng paket komplit, disini aku hanya makan mie instan dengan nasi saja. Meskipun begitu, aku tetap merasa hidupku lebih damai.
Sebelum tidur aku mengingat kembali laki-laki bernama Reka yang semalam aku impikan. Aku mulai berandai-andai dia nyata dan jadi kekasih ku.. Mungkin aku akan bisa lebih mudah melupakan Aldi.
"Apa-apaan ini..." aku tercengang ketika mendapati diriku sudah berada di rumah kayu tempat yang sama seperti di mimpiku yang kemarin. Aku melihat pakaian yang ku kenakan, ternyata tidak ada yang berubah.
"Ternyata aku benar-benar kembali lagi ke tempat ini"
Aku teringat kata-kata terakhir Reka bahwa dia akan menungguku disini, aku pun langsung membuka pintu untuk menemui nya. Terlihat Reka sedang berdiri tepat di depan pagar rumah ini.
"Kenapa kamu gak masuk aja kesini sih" Teriak ku ketika melihat Reka yang menatapku begitu dingin.
"Itu tidak mungkin, aku bisa terbakar jika memaksa masuk" Aku mengerutkan kening merasa heran dengan ucapannya.
"Emang kenapa sih?" Tanyaku seraya berjalan menghampirinya.
"Nanti aku jelaskan, sekarang kita pergi dulu" Kata Reka bersiap untuk menggendongku.
"Tunggu-tunggu" Aku menghentikannya sebelum Reka benar-benar menggendongku. "Kali ini aku gak mau di gendong.. Aku pengen jalan santai aja bisa gak?"
"Nanti kakimu kotor, Risha.." Aku terkejut ketika mendengar dia menyebut namaku.
"Kamu tau namaku? Perasaan kita gak pernah kenalan.. Kamu cuma ngenalin diri kamu aja, gak ada tuh kamu nanyain nama aku"
"Nanti kamu akan tau segalanya. Sekarang kita pergi dulu" Reka meraih tanganku dan menggenggam nya dengan erat.
Aku dan Reka pergi berjalan santai, dengan tangan nya yang menggenggam tanganku erat. Akhirnya kami menepi di sebuah rumah pohon yang tak lain adalah milik Reka.
"Reka, kemarin kamu bilang mau jelasin semuanya sekarang dan mau bantuin aku terbebas dari sini sepenuhnya" Ucapku yang kini berhadapan dengan Reka di balkon rumahnya.
"Iya, itu benar. Tapi sebelum itu aku ingin memberikan ini kepadamu" Reka menunjukan aku sebuah cincin. Emban cincin itu berwarna perak dengan batu permata berwarna merah.
"Cincin?" Aku mengerutkan dahi seraya menyentuh batu permata cincin itu yang berbentuk oval.
"Iya, biar aku pasangkan di jarimu" Reka meraih tanganku dan hendak memasangkan cincin itu di jari manisku, namun aku langsung mengepalkan jariku tanda menolak nya.
"Ada apa?" Tanya Reka heran.
"Maaf, Reka... Tapi aku gak suka memakai cincin. Apalagi cincin itu sama persis dengan cincin batu akik yang biasa di pakai oleh kakek ku dulu"
"Tapi cincin ini...." Tiba-tiba pandangan Reka beralih dan menunjukan expresi panik.
"Hey.. Ada apa??" Tanyaku seraya menoleh ke arah pandang Reka. "Ya tuhan, makhluk itu lagi"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
KIA Qirana
semangat kerjanya
2021-08-31
1
Enci
yah gak jadi deh dengar penjelasan si reka
2021-08-30
1
ᵂⁱᵇᵘ ᴼᶠ ᴸᵉᵍᵉⁿᵈ
👍
2021-08-30
1