"Halo.."
"..
"Aku lagi di taman kampus."
"..
"Hah...kalo buat keluar kayaknya nggak bisa!"
"..
"Ya terserah, Tapi kalo buat aku keluar selain di kampus nggak mungkin bisa deh!"
"..
"Oh..iya aku bisa mungkin dalam dua jam."
"..
"Ok, bye.."
Itulah percakapan yang dapat Cindy dengar dari sahabat nya itu.
"Cieeee ... uhuyyy, Mau kencan ya?" Godanya.
"Nggak lah, baru kenal juga masa iya udah kencan." Mentari berucap dengan pipi yang berubah kemerahan.
"Dih.. dia malu, mukanya kek udang rebus, Sana lu dandan dulu ke toilet tuh muka makeup dikit, biar agak berseri." Cindy mendorong Mentari agar beranjak ke toilet untuk sekedar memberi sentuhan pada wajahnya yang sebenarnya memang sudah cantik.
"Apa sih lu, ribet banget deh?" Mentari sedikit salting namun dia tetap beranjak dan melangkahkan kaki nya menuju toilet.
Cindy tertawa melihat kelakuan sahabat nya.
"Semoga kamu bahagia, dan menemukan semangat hidup." ucapnya dalam hati, mengingat kekangan dan kejenuhan yang sahabatnya alami.
Cindy tersadaar ketika suara ponsel Mentari berbunyi, ada notif pesan dari Dafa menanyakan di mana kampusnya berada.
"Dih.. janjian tapi kagak tau kemana mau di tuju!" tawanya sambil membalas pesan pada Dafa memberikan alamat kampusnya.
Mentari pun datang dengan wajahnya yang terlihat lebih segar dengan sedikit polesan.
"Cie... dia dandan juga!" Cindy kembali menggoda sahabatnya itu.
Mentari hanya menatapnya jengah.
"Dek.. belum pulang?" Tiba-tiba kak bintang duduk di bangku sebelah mentari.
"Lah.. ngapain duduk di sini?" Mentari terlihat panik mendapati sang kakak malah duduk di sebelah nya sedangkan dia menunggu kedatangan Dafa.
Bintang menatap mentari dengan alis yang berkerut.
"Lah .. emang gue salah duduk di mari?" Tanya Bintang pada mentari dengan suara sedikit kesal.
Mentari dan Cindy hanya saling tatap , bingung untuk berkata.
"E.. enggak sih, cuma masa cowok mau nimbrung sama obrolan cewek!" sanggah Mentari memberi alasan.
"Siapa yang mau ngobrol Ama kalian? gue nungguin Santi mau jalan kita!" Bintang mengedipkan matanya nakal.
"Hadeuuhhh ... dah ganti lagi sekarang jadi Santi." Mentari menepuk jidatnya melihat tingkah sang kakak.
"Nyari pasangan harus pilih-pilih yang cocok dan srekk dengan hati kita." Ujarnya membela diri.
"Preettt..." ucap Mentari dan Cindy berbarengan.
Tawa Bintang pun pecah melihat kedua sahabat itu yang selalu kompak.
Dan seorang perempuan menghampiri mereka dengan celana skinny, baju yang sedikit terbuka, juga warna rambut yang berwarna menyala.
"Kalian dah nggak ada kelas? tanyanya
"Dosennya nggak masuk, cuma ngumpulin tugas doang!" jawab Cindy
"Telepon mang Unang biar jemput!" titah Bintang menatap Mentari.
sebelum menjawab tiba-tiba seorang wanita menghampiri mereka.
"Hai sayang, yuk kita pergi." Bintang bangkit dan langsung tangan wanita yang di sebutkan bernama Santi itu melingkar di lengan Bintang.
"Gue duluan, buruan lu pulang kalo dah nggak ada kelas." Ucap Bintang sambil mengusap pucuk kepala Mentari.
"Biarin ahh... aku mau mejeng dulu kak, kalo dah pulang kakak tau sendiri kan!" Mentari memelaskan wajahnya.
Bintang tersenyum, tau betul bagaimana kekangan yang adiknya dapat.
"Ya udah hati-hati, jangan bertindak yang aneh-aneh. Tar para killer ngamuk lagi." Ucapnya sambil berlalu.
Sebuah notif pesan terdengar dari ponsel Mentari.
"Dia udah di parkiran." Mentari terlihat gugup.
"Buruan lu samperin, keburu dia di embat cewek lain." Goda Cindy di iringi kekehan tawa.
*
Mentari melihat posisi Dafa berhadapan dengan sang kakak, mereka seperti berbicara namun kemudian kakaknya itu mendorong pundak Dafa. Dan Dafa hanya tersenyum sinis.
"Apa mereka saling kenal?" Mentari terlihat bingung menyaksikan interaksi ke dua pria itu.
Hingga dia menatap kakaknya mengendarai mobilnya dan berlalu keluar dari area parkir kampus.
Ponsel Mentari kembali berdering, Mentari mengangkatnya sambil berjalan ke arah dafa yang menyandar pada mobil Pajero sport hitam miliknya.
"Haii..." Sapa mentari tak melepaskan ponsel di telinganya.
Dafa membalikkan tubuhnya ke arah suara berasal.
"Dihh... ngapain masih di terima tlp aku, kalo kamu dah Deket." Ujarnya sambil memutus sambungan TLP.
Mentari hanya tersenyum malu, entah kenapa badannya merasakan getaran-getaran aneh yang belum pernah dia rasakan. Bahkan tangannya berkeringat.
"Duh kenapa ini jantung aku deg-degan kek mau ujian." Gumam nya dalam hati.
"Heiii.. malah ngelamun?" Dafa menyentuh lengan Mentari
Mentari refleks melihat tangan yang Dafa pegang.
"Eh.. sorry aku lancang." Dafa tertawa sambil melepaskan genggaman tangannya dari lengan Mentari.
"Kita mau ngobrol di mana? taman atau di kantin?" tanya Mentari memecah suasana canggung.
"Di kantin yuk, aku laper sehari ini belum keisi makanan, baru se gelas kopi yang usus aku giling." jawab Dafa.
"Serius kamu belum makan? ini udah ampir jam tiga!" tanya Mentari kaget mendengar penuturan Dafa.
Dafa hanya tersenyum dan mengangguk
"Yuk laper banget nih!" Dafa mengusap-usap perutnya.
Mentari yang notabenenya sangat peduli pada orang-orang sekitarnya langsung menarik tangan Dafa. Dafa hanya tersenyum melihat perlakuan yang ia dapatkan dari mentari.
*
*
Sesampainya di kantin Mentari dan Dafa sudah duduk di kursi yang berhadapan.
"Pesen apa neng Tari?" seorang ibu penjual menghampiri nya.
Mentari melihat ke arah Dafa, "Mau pesan apa?" tanya nya.
Dafa mengedikkan bahunya "Terserah, bebas gimana kamu aja!" ucapnya.
"Kalo aku pengen mie ayam ya Bu, sama es jeruk!" pesan Mentari pada si penjual di kantin yang terlihat sudah dekat.
"Aku samain aja kayak kamu!" Dafa ikut memesan sambil pandangan nya tak terlepas dari wajah wanita cantik di depannya.
"Jangan kamu belum masuk nasi, nggak baik langsung mie, aku pesenin nasi capcay sama ayam goreng ya, di sini best banget menu itu!"
"Bu nasi cacay sama ayam goreng nya satu, minumnya teh manis anget!" Mentari kembali memesan makanan untuk Dafa.
Dafa hanya tersenyum mendapatkan perhatian dari Mentari.
"Eh.. nggak apa-apa kan kamu makan itu?"
tanya nya gugup karena mengatur pesanan menu untuk lelaki yang baru saja dia kenal.
"Nggak apa-apa, aku pemakan segala." Dafa menjawab Mentari di iringi tawa kecil.
Mentari menunduk dan mengalihkan kontak mata mereka berpura-pura memainkan ponselnya mengalihkan rasa gugup dan sedikit goncangan di jantungnya.
Tak berapa lama pesanan mereka datang dan langsung mereka mulai menyantapnya.
keadaan hening hanya tatapan mata yang sesekali bertemu.
"Kamu jangan biasakan telat makan, nggak baik apalagi langsung kopi, kasian lambungnya." Mentari kembali berucap setelah menyelesaikan makannya.
Dafa juga yang tengah meminum teh manis hangat nya tertawa.
"kenapa ada yang lucu?" Mentari sedikit bingung
"Nggak.. aku nggak pernah dapet perhatian kayak gini dari orang, terus ini aku kayak yang sakit kalo minum teh manis hangat!" Dafa mengacungkan gelas yang berisi teh itu.
Mentari mengerutkan keningnya tak mengerti akan ucapan pria di depannya itu.
"Maksudnya gimana? aku nggak ngerti!"
"Aku nggak pernah dapet perhatian kek gini, terus kalo minum teh hangat gini kalo aku sakit mbok di rumah pasti bikinin teh hangat kayak gini." Jelasnya.
"Masa nggak dapet perhatian kayaknya kamu tipe-tipe buaya deh? masa iya nggak ada yg ngasih perhatian?" Ucap Mentari sedikit memancing pria yang terlihat se tipe dengan kakaknya itu.
Hanya tawa yang keluar dari mulut Dafa.
"Ishh... dia cuma ketawa, berarti ngaku!" cibir Mentari.
"Iya.. emang ada beberapa kali aku pacaran tapi kek nya mereka cuma manfaatin aku nggak ada yang tulus ya udah aku manfaatin mereka juga, kalo mereka main-main ngapain aku seriusin." Jawabnya dengan lugas.
Mentari menatapnya penuh rasa bingung dan takut.
"Aku kok jadi serem ya, Deket sama kamu?" Mentari memundurkan tubuhnya .
"Ngapain takut, emang kamu ngapain aku terus aku ngapain kamu?" tawa kembali keluar dari mulut Dafa.
Obrolan seru pun berlanjut di antara mereka tawa selalu menggema dari keduanya seketika hati Mentari benar-benar merasa hangat ada rasa yang berbeda yang dia rasakan , rasa yang membuat hatinya seperti di penuhi bunga-bunga, terasa senang dan semangat.
"Oh iya usia kamu berapa sih?"tanya Mentari sambil meminum es jeruknya.
"Dih kamu kepoo! mau tau atau mau tau banget?" goda Dafa.
Mentari menatap jengah pada Dafa.
"Terserah deh mau jawab atau nggak juga, nggak penting." Mentari membuang pandangannya namun terlihat kesal.
"Ngambekkk ni yeh... iya aku jawab umur aku dah mau 26, harusnya si aku dah ngajuin skripsi S2 aku tapi akhir taun kemaren aku ngajuin cuti!" terangnya.
"eummm seusia sama kakak ku, dia juga mau 26 dan ambil S2 juga, sama-sama buaya lagi." Mentari membekap mulutnya yang tertawa.
"Jahatnya baru kenal dah nuduh yang enggak-enggak." Dafa menyentil kening Mentari dengan telunjuk dan ibu jari yg di satukan.
"Awww.... sakit, tuh kan sama persis kakak ku suka nyentil jidat aku." Mentari mengusap keningnya.
"kenapa ngambil cuti?" ucapnya lagi
"Aku lagi seriusin karir di dunia balap, sama boxing, jadi kalo sewaktu-waktu kamu liat aku babak belur jangan aneh ya!" terang nya.
Mentari menatap ngeri lelaki di hadapannya, "nggak ada yang lebih extrim lagi tuh bidang yang di gelutin?" tanya Mentari
Dafa kembali tertawa
"Ada sih nge DJ, tapi resikonya aku pulang pasti mabok, dan besoknya latihan balap nggak akan bisa fokus!" Terangnya lagi.
"Oh iya, aku juga punya kenalan yang juga kuliah di sini , tapi mungkin kamu nggak kenal dia se usia sama aku, kita dulu pernah satu SMA." ucapnya
"Namanya Bintang," Ujarnya
Deg..
Mentari menatap wajah di depannya itu.
"Bintang apa? nama panjangnya siapa maksud aku?" Mentari mencondongkan tubuhnya
"Bintang Rijaldi Wijaya.. Dia punya Abang laki-laki, dan adik cewek yang cengeng tapi aku lupa nama adiknya Acha apa Chaca gitu." terang nya.
Mentari melamun , entah dia harus bersikap bagaimana, terlihat pertemuan Dafa dan kakaknya tadi di area parkir seperti pertemuan musuh.
"Kalian ada masalah apa? pasti rebutan cewek ya? Mentari mencoba mengorek informasi.
"Dia Cemen... aku suka sama cewek , si cewek malah milih si Bintang eh dia malah nyelingkuhin tuh cewek aku bogem aja dia, lah malah kakaknya yang nagamuk." Dafa tertawa mengingat kejadian yang hampir tujuh tahun berlalu.
"Aku Chaca.. adiknya Kak Bintang." Mentari akhirnya mengaku.
Terlihat Dafa menatap Mentari dengan pandangan yang tak percaya namun kemudian dia tertawa .
"Dunia sempit ternyata.. hahahaha!" Tawanya pecah
*
Hingga tak terasa langit mulai menggelap ketika mereka berjalan ke arah area parkir yang letaknya lumayan jauh dari letak kantin.
"Mau hujan kayaknya ya, duh mana belum di jemput lagi!" Mentari berujar sambil menatap ke arah langit yang menggelap.
"Aku anterin aja mau?" Tawar Dafa
"Jangan .. bisa-bisa aku di kurung sama ayah!"
Mentari menggerakkan kedua tangannya.
Dafa menatapnya dengan tatapan penuh arti.
"Yah.. hujan kan benerr."
Dafa melepas kemeja flanel yang dia pakai menyisakan kaos hitam yang membentuk tubuh tegapnya, mengarahkan kemeja itu pada kepala Mentari.
"Eh..
ucapan mentari terhenti saat Dafa menggenggam tangannya dan menariknya berlari menuju mobil miliknya.
"Kok ke mobil kamu?" tanya Mentari ketika dia di bukakan pintu mobil oleh Dafa
"Dah masuk aja dulu, masa mau ujan-ujanan!" ucap Dafa yang masih menutupi kepala mentari dengan kemeja flanel nya.
Mentari pun masuk di ikuti Dafa yang memutari mobilnya itu.
Mentari sedikit basah namun Dafa basah kuyup, karena hujan yang turun langsung deras.
"Kamu jadi basah, kenapa lepasin kemeja kamu?" Mentari ikut menyeka wajah Dafa yang basah kuyup.
"Tuh kaos kamu juga basah banget!" Ketika tak sengaja Mentari menyentuh kaos yang ternyata basah itu.
"Dari pada kamu yang basah, ntar malah bahaya!" Ujar Dafa yang mengedikan matanya
Mentari merasa bingung dengan ucapan Dafa lalu melihat ke arah pakaian nya, mata nya melotot saat melihat kemeja putihnya yang sedikit basah membuat bungkusan dalamnya yg berwarna hitam sedikit berbayang.
Dia langsung mengeratkan Kemeja flanel milik Dafa menutupi dadanya.
Dafa hanya tersenyum melihat gelagat panik dari Mentari.
"Kan bahaya!" Kekehnya
Langsung pukulan mendarat di pundaknya
"Kamu... ihhhhh ... mesum!" Mentari terus memukul pundak Dafa dengan raut wajah yang merona menahan malu.
Tangan yang sedang memukul itu di genggam Dafa. Lalu tatapan mereka saling mengunci.
"Aku merasa nyaman sama kamu, kamu mau jadi pacar aku?" kalimat itu tiba-tiba keluar dari mulut Dafa.
"Hah... t..tapi kita baru kenal kan?" Mentari seolah ingin menolak.
"Kita coba aja dulu jalanin, sambil menjajaki dan saling mengenal." Kembali Dafa berucap,
Tangannya tak melepaskan genggaman nya pada tangan Mentari.
Mentari tertunduk bingung, sesungguhnya dia merasa senang hatinya serasa di penuhi rasa yang menyenangkan, Ingin rasanya tubuh ini loncat-loncat gembira. Namun jika ayah dan Abang nya tau maka taruhannya adalah kebebasan nya, bahkan mungkin Dafa juga akan ikut terancam, dulu waktu SMA pun pria yang mencoba mendekatinya di bogem oleh Abang langit nya itu.
"Ayolah kita coba bina hubungan, aku merasa nyaman dengan kamu!" Ucap Dafa lagi.
Mentari pun mengangguk pelan dan tersenyum
"Yes..." sorak Dafa sambil mengepalkan tangannya senang.
"Makasih ya, jadi mulai sekarang kita pacaran?"
tanya nya meyakinkan wanita cantik di depannya.
Mentari hanya mengangguk malu-malu.
Jemari Dafa mengulur mendekati wajah Mentari mengusap pelan pipi lembut itu.
Tubuh Mentari seketika menegang dia gugup, untuk pertama kalinya dia mengalami ini semua, benar yang di katakan Cindy ini seperti penambahan imun dan pemberi semangat
Wajahnya semakin dekat hembusan nafas terasa hangat saling menyapu kulit wajah mereka.
Bibir Dafa hampir mendarat di bibir Mentari
Bersambung ❤️❤️❤️
terimakasih yang sudah mampir 🙏🙏, mohon tinggalkan jejak like juga komentar kalian, itu sangat berharga buat aku🙏🙏😘😘.
Terima kasih banyak 😘😘🙏🙏❤️❤️
untuk visual aku tinggalkan di capt 1 ya, semoga sukaaa 🤭😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
.
baru baca sampek sini aja udh kereeeen uiiiiii,,, 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2022-04-13
1
Reni Apriliani
wahh gila c Daffa baru ketemu dan jadian maen sosor wae. awas weh mun macem2, ciwit ginjalna
2022-02-12
3
fiendry🇵🇸
langsung ya 😂😂😂😂
2022-02-11
1