Jadian

"Halo.."

"..

"Aku lagi di taman kampus."

"..

"Hah...kalo buat keluar kayaknya nggak bisa!"

"..

"Ya terserah, Tapi kalo buat aku keluar selain di kampus nggak mungkin bisa deh!"

"..

"Oh..iya aku bisa mungkin dalam dua jam."

"..

"Ok, bye.."

Itulah percakapan yang dapat Cindy dengar dari sahabat nya itu.

"Cieeee ... uhuyyy, Mau kencan ya?" Godanya.

"Nggak lah, baru kenal juga masa iya udah kencan." Mentari berucap dengan pipi yang berubah kemerahan.

"Dih.. dia malu, mukanya kek udang rebus, Sana lu dandan dulu ke toilet tuh muka makeup dikit, biar agak berseri." Cindy mendorong Mentari agar beranjak ke toilet untuk sekedar memberi sentuhan pada wajahnya yang sebenarnya memang sudah cantik.

"Apa sih lu, ribet banget deh?" Mentari sedikit salting namun dia tetap beranjak dan melangkahkan kaki nya menuju toilet.

Cindy tertawa melihat kelakuan sahabat nya.

"Semoga kamu bahagia, dan menemukan semangat hidup." ucapnya dalam hati, mengingat kekangan dan kejenuhan yang sahabatnya alami.

Cindy tersadaar ketika suara ponsel Mentari berbunyi, ada notif pesan dari Dafa menanyakan di mana kampusnya berada.

"Dih.. janjian tapi kagak tau kemana mau di tuju!" tawanya sambil membalas pesan pada Dafa memberikan alamat kampusnya.

Mentari pun datang dengan wajahnya yang terlihat lebih segar dengan sedikit polesan.

"Cie... dia dandan juga!" Cindy kembali menggoda sahabatnya itu.

Mentari hanya menatapnya jengah.

"Dek.. belum pulang?" Tiba-tiba kak bintang duduk di bangku sebelah mentari.

"Lah.. ngapain duduk di sini?" Mentari terlihat panik mendapati sang kakak malah duduk di sebelah nya sedangkan dia menunggu kedatangan Dafa.

Bintang menatap mentari dengan alis yang berkerut.

"Lah .. emang gue salah duduk di mari?" Tanya Bintang pada mentari dengan suara sedikit kesal.

Mentari dan Cindy hanya saling tatap , bingung untuk berkata.

"E.. enggak sih, cuma masa cowok mau nimbrung sama obrolan cewek!" sanggah Mentari memberi alasan.

"Siapa yang mau ngobrol Ama kalian? gue nungguin Santi mau jalan kita!" Bintang mengedipkan matanya nakal.

"Hadeuuhhh ... dah ganti lagi sekarang jadi Santi." Mentari menepuk jidatnya melihat tingkah sang kakak.

"Nyari pasangan harus pilih-pilih yang cocok dan srekk dengan hati kita." Ujarnya membela diri.

"Preettt..." ucap Mentari dan Cindy berbarengan.

Tawa Bintang pun pecah melihat kedua sahabat itu yang selalu kompak.

Dan seorang perempuan menghampiri mereka dengan celana skinny, baju yang sedikit terbuka, juga warna rambut yang berwarna menyala.

"Kalian dah nggak ada kelas? tanyanya

"Dosennya nggak masuk, cuma ngumpulin tugas doang!" jawab Cindy

"Telepon mang Unang biar jemput!" titah Bintang menatap Mentari.

sebelum menjawab tiba-tiba seorang wanita menghampiri mereka.

"Hai sayang, yuk kita pergi." Bintang bangkit dan langsung tangan wanita yang di sebutkan bernama Santi itu melingkar di lengan Bintang.

"Gue duluan, buruan lu pulang kalo dah nggak ada kelas." Ucap Bintang sambil mengusap pucuk kepala Mentari.

"Biarin ahh... aku mau mejeng dulu kak, kalo dah pulang kakak tau sendiri kan!" Mentari memelaskan wajahnya.

Bintang tersenyum, tau betul bagaimana kekangan yang adiknya dapat.

"Ya udah hati-hati, jangan bertindak yang aneh-aneh. Tar para killer ngamuk lagi." Ucapnya sambil berlalu.

Sebuah notif pesan terdengar dari ponsel Mentari.

"Dia udah di parkiran." Mentari terlihat gugup.

"Buruan lu samperin, keburu dia di embat cewek lain." Goda Cindy di iringi kekehan tawa.

*

Mentari melihat posisi Dafa berhadapan dengan sang kakak, mereka seperti berbicara namun kemudian kakaknya itu mendorong pundak Dafa. Dan Dafa hanya tersenyum sinis.

"Apa mereka saling kenal?" Mentari terlihat bingung menyaksikan interaksi ke dua pria itu.

Hingga dia menatap kakaknya mengendarai mobilnya dan berlalu keluar dari area parkir kampus.

Ponsel Mentari kembali berdering, Mentari mengangkatnya sambil berjalan ke arah dafa yang menyandar pada mobil Pajero sport hitam miliknya.

"Haii..." Sapa mentari tak melepaskan ponsel di telinganya.

Dafa membalikkan tubuhnya ke arah suara berasal.

"Dihh... ngapain masih di terima tlp aku, kalo kamu dah Deket." Ujarnya sambil memutus sambungan TLP.

Mentari hanya tersenyum malu, entah kenapa badannya merasakan getaran-getaran aneh yang belum pernah dia rasakan. Bahkan tangannya berkeringat.

"Duh kenapa ini jantung aku deg-degan kek mau ujian." Gumam nya dalam hati.

"Heiii.. malah ngelamun?" Dafa menyentuh lengan Mentari

Mentari refleks melihat tangan yang Dafa pegang.

"Eh.. sorry aku lancang." Dafa tertawa sambil melepaskan genggaman tangannya dari lengan Mentari.

"Kita mau ngobrol di mana? taman atau di kantin?" tanya Mentari memecah suasana canggung.

"Di kantin yuk, aku laper sehari ini belum keisi makanan, baru se gelas kopi yang usus aku giling." jawab Dafa.

"Serius kamu belum makan? ini udah ampir jam tiga!" tanya Mentari kaget mendengar penuturan Dafa.

Dafa hanya tersenyum dan mengangguk

"Yuk laper banget nih!" Dafa mengusap-usap perutnya.

Mentari yang notabenenya sangat peduli pada orang-orang sekitarnya langsung menarik tangan Dafa. Dafa hanya tersenyum melihat perlakuan yang ia dapatkan dari mentari.

*

*

Sesampainya di kantin Mentari dan Dafa sudah duduk di kursi yang berhadapan.

"Pesen apa neng Tari?" seorang ibu penjual menghampiri nya.

Mentari melihat ke arah Dafa, "Mau pesan apa?" tanya nya.

Dafa mengedikkan bahunya "Terserah, bebas gimana kamu aja!" ucapnya.

"Kalo aku pengen mie ayam ya Bu, sama es jeruk!" pesan Mentari pada si penjual di kantin yang terlihat sudah dekat.

"Aku samain aja kayak kamu!" Dafa ikut memesan sambil pandangan nya tak terlepas dari wajah wanita cantik di depannya.

"Jangan kamu belum masuk nasi, nggak baik langsung mie, aku pesenin nasi capcay sama ayam goreng ya, di sini best banget menu itu!"

"Bu nasi cacay sama ayam goreng nya satu, minumnya teh manis anget!" Mentari kembali memesan makanan untuk Dafa.

Dafa hanya tersenyum mendapatkan perhatian dari Mentari.

"Eh.. nggak apa-apa kan kamu makan itu?"

tanya nya gugup karena mengatur pesanan menu untuk lelaki yang baru saja dia kenal.

"Nggak apa-apa, aku pemakan segala." Dafa menjawab Mentari di iringi tawa kecil.

Mentari menunduk dan mengalihkan kontak mata mereka berpura-pura memainkan ponselnya mengalihkan rasa gugup dan sedikit goncangan di jantungnya.

Tak berapa lama pesanan mereka datang dan langsung mereka mulai menyantapnya.

keadaan hening hanya tatapan mata yang sesekali bertemu.

"Kamu jangan biasakan telat makan, nggak baik apalagi langsung kopi, kasian lambungnya." Mentari kembali berucap setelah menyelesaikan makannya.

Dafa juga yang tengah meminum teh manis hangat nya tertawa.

"kenapa ada yang lucu?" Mentari sedikit bingung

"Nggak.. aku nggak pernah dapet perhatian kayak gini dari orang, terus ini aku kayak yang sakit kalo minum teh manis hangat!" Dafa mengacungkan gelas yang berisi teh itu.

Mentari mengerutkan keningnya tak mengerti akan ucapan pria di depannya itu.

"Maksudnya gimana? aku nggak ngerti!"

"Aku nggak pernah dapet perhatian kek gini, terus kalo minum teh hangat gini kalo aku sakit mbok di rumah pasti bikinin teh hangat kayak gini." Jelasnya.

"Masa nggak dapet perhatian kayaknya kamu tipe-tipe buaya deh? masa iya nggak ada yg ngasih perhatian?" Ucap Mentari sedikit memancing pria yang terlihat se tipe dengan kakaknya itu.

Hanya tawa yang keluar dari mulut Dafa.

"Ishh... dia cuma ketawa, berarti ngaku!" cibir Mentari.

"Iya.. emang ada beberapa kali aku pacaran tapi kek nya mereka cuma manfaatin aku nggak ada yang tulus ya udah aku manfaatin mereka juga, kalo mereka main-main ngapain aku seriusin." Jawabnya dengan lugas.

Mentari menatapnya penuh rasa bingung dan takut.

"Aku kok jadi serem ya, Deket sama kamu?" Mentari memundurkan tubuhnya .

"Ngapain takut, emang kamu ngapain aku terus aku ngapain kamu?" tawa kembali keluar dari mulut Dafa.

Obrolan seru pun berlanjut di antara mereka tawa selalu menggema dari keduanya seketika hati Mentari benar-benar merasa hangat ada rasa yang berbeda yang dia rasakan , rasa yang membuat hatinya seperti di penuhi bunga-bunga, terasa senang dan semangat.

"Oh iya usia kamu berapa sih?"tanya Mentari sambil meminum es jeruknya.

"Dih kamu kepoo! mau tau atau mau tau banget?" goda Dafa.

Mentari menatap jengah pada Dafa.

"Terserah deh mau jawab atau nggak juga, nggak penting." Mentari membuang pandangannya namun terlihat kesal.

"Ngambekkk ni yeh... iya aku jawab umur aku dah mau 26, harusnya si aku dah ngajuin skripsi S2 aku tapi akhir taun kemaren aku ngajuin cuti!" terangnya.

"eummm seusia sama kakak ku, dia juga mau 26 dan ambil S2 juga, sama-sama buaya lagi." Mentari membekap mulutnya yang tertawa.

"Jahatnya baru kenal dah nuduh yang enggak-enggak." Dafa menyentil kening Mentari dengan telunjuk dan ibu jari yg di satukan.

"Awww.... sakit, tuh kan sama persis kakak ku suka nyentil jidat aku." Mentari mengusap keningnya.

"kenapa ngambil cuti?" ucapnya lagi

"Aku lagi seriusin karir di dunia balap, sama boxing, jadi kalo sewaktu-waktu kamu liat aku babak belur jangan aneh ya!" terang nya.

Mentari menatap ngeri lelaki di hadapannya, "nggak ada yang lebih extrim lagi tuh bidang yang di gelutin?" tanya Mentari

Dafa kembali tertawa

"Ada sih nge DJ, tapi resikonya aku pulang pasti mabok, dan besoknya latihan balap nggak akan bisa fokus!" Terangnya lagi.

"Oh iya, aku juga punya kenalan yang juga kuliah di sini , tapi mungkin kamu nggak kenal dia se usia sama aku, kita dulu pernah satu SMA." ucapnya

"Namanya Bintang," Ujarnya

Deg..

Mentari menatap wajah di depannya itu.

"Bintang apa? nama panjangnya siapa maksud aku?" Mentari mencondongkan tubuhnya

"Bintang Rijaldi Wijaya.. Dia punya Abang laki-laki, dan adik cewek yang cengeng tapi aku lupa nama adiknya Acha apa Chaca gitu." terang nya.

Mentari melamun , entah dia harus bersikap bagaimana, terlihat pertemuan Dafa dan kakaknya tadi di area parkir seperti pertemuan musuh.

"Kalian ada masalah apa? pasti rebutan cewek ya? Mentari mencoba mengorek informasi.

"Dia Cemen... aku suka sama cewek , si cewek malah milih si Bintang eh dia malah nyelingkuhin tuh cewek aku bogem aja dia, lah malah kakaknya yang nagamuk." Dafa tertawa mengingat kejadian yang hampir tujuh tahun berlalu.

"Aku Chaca.. adiknya Kak Bintang." Mentari akhirnya mengaku.

Terlihat Dafa menatap Mentari dengan pandangan yang tak percaya namun kemudian dia tertawa .

"Dunia sempit ternyata.. hahahaha!" Tawanya pecah

*

Hingga tak terasa langit mulai menggelap ketika mereka berjalan ke arah area parkir yang letaknya lumayan jauh dari letak kantin.

"Mau hujan kayaknya ya, duh mana belum di jemput lagi!" Mentari berujar sambil menatap ke arah langit yang menggelap.

"Aku anterin aja mau?" Tawar Dafa

"Jangan .. bisa-bisa aku di kurung sama ayah!"

Mentari menggerakkan kedua tangannya.

Dafa menatapnya dengan tatapan penuh arti.

"Yah.. hujan kan benerr."

Dafa melepas kemeja flanel yang dia pakai menyisakan kaos hitam yang membentuk tubuh tegapnya, mengarahkan kemeja itu pada kepala Mentari.

"Eh..

ucapan mentari terhenti saat Dafa menggenggam tangannya dan menariknya berlari menuju mobil miliknya.

"Kok ke mobil kamu?" tanya Mentari ketika dia di bukakan pintu mobil oleh Dafa

"Dah masuk aja dulu, masa mau ujan-ujanan!" ucap Dafa yang masih menutupi kepala mentari dengan kemeja flanel nya.

Mentari pun masuk di ikuti Dafa yang memutari mobilnya itu.

Mentari sedikit basah namun Dafa basah kuyup, karena hujan yang turun langsung deras.

"Kamu jadi basah, kenapa lepasin kemeja kamu?" Mentari ikut menyeka wajah Dafa yang basah kuyup.

"Tuh kaos kamu juga basah banget!" Ketika tak sengaja Mentari menyentuh kaos yang ternyata basah itu.

"Dari pada kamu yang basah, ntar malah bahaya!" Ujar Dafa yang mengedikan matanya

Mentari merasa bingung dengan ucapan Dafa lalu melihat ke arah pakaian nya, mata nya melotot saat melihat kemeja putihnya yang sedikit basah membuat bungkusan dalamnya yg berwarna hitam sedikit berbayang.

Dia langsung mengeratkan Kemeja flanel milik Dafa menutupi dadanya.

Dafa hanya tersenyum melihat gelagat panik dari Mentari.

"Kan bahaya!" Kekehnya

Langsung pukulan mendarat di pundaknya

"Kamu... ihhhhh ... mesum!" Mentari terus memukul pundak Dafa dengan raut wajah yang merona menahan malu.

Tangan yang sedang memukul itu di genggam Dafa. Lalu tatapan mereka saling mengunci.

"Aku merasa nyaman sama kamu, kamu mau jadi pacar aku?" kalimat itu tiba-tiba keluar dari mulut Dafa.

"Hah... t..tapi kita baru kenal kan?" Mentari seolah ingin menolak.

"Kita coba aja dulu jalanin, sambil menjajaki dan saling mengenal." Kembali Dafa berucap,

Tangannya tak melepaskan genggaman nya pada tangan Mentari.

Mentari tertunduk bingung, sesungguhnya dia merasa senang hatinya serasa di penuhi rasa yang menyenangkan, Ingin rasanya tubuh ini loncat-loncat gembira. Namun jika ayah dan Abang nya tau maka taruhannya adalah kebebasan nya, bahkan mungkin Dafa juga akan ikut terancam, dulu waktu SMA pun pria yang mencoba mendekatinya di bogem oleh Abang langit nya itu.

"Ayolah kita coba bina hubungan, aku merasa nyaman dengan kamu!" Ucap Dafa lagi.

Mentari pun mengangguk pelan dan tersenyum

"Yes..." sorak Dafa sambil mengepalkan tangannya senang.

"Makasih ya, jadi mulai sekarang kita pacaran?"

tanya nya meyakinkan wanita cantik di depannya.

Mentari hanya mengangguk malu-malu.

Jemari Dafa mengulur mendekati wajah Mentari mengusap pelan pipi lembut itu.

Tubuh Mentari seketika menegang dia gugup, untuk pertama kalinya dia mengalami ini semua, benar yang di katakan Cindy ini seperti penambahan imun dan pemberi semangat

Wajahnya semakin dekat hembusan nafas terasa hangat saling menyapu kulit wajah mereka.

Bibir Dafa hampir mendarat di bibir Mentari

Bersambung ❤️❤️❤️

terimakasih yang sudah mampir 🙏🙏, mohon tinggalkan jejak like juga komentar kalian, itu sangat berharga buat aku🙏🙏😘😘.

Terima kasih banyak 😘😘🙏🙏❤️❤️

untuk visual aku tinggalkan di capt 1 ya, semoga sukaaa 🤭😘😘

Terpopuler

Comments

.

.

baru baca sampek sini aja udh kereeeen uiiiiii,,, 🥰🥰🥰🥰🥰🥰

2022-04-13

1

Reni Apriliani

Reni Apriliani

wahh gila c Daffa baru ketemu dan jadian maen sosor wae. awas weh mun macem2, ciwit ginjalna

2022-02-12

3

fiendry🇵🇸

fiendry🇵🇸

langsung ya 😂😂😂😂

2022-02-11

1

lihat semua
Episodes
1 rencana
2 pertemuan di balik kekangan
3 Jenuh
4 Jadian
5 kenangan (BUNDA)
6 Rumah sakit dan rasa malu
7 Mass.. dan suny..
8 Mulai candu
9 Teman tidur
10 Kecurigaan
11 Semakin gilaa
12 cowok mesum
13 adik aku
14 adik aku muntah
15 Pemandangan indah
16 ketahuan
17 aku kangen
18 cinta dan dendam
19 Dendam masa lalu
20 Bogeman dan sebuah ide
21 marah dan rencana
22 bocah petualang
23 Bye... anak-anakku
24 Pilihan sulit
25 Melawan restu
26 tersesat dan sebuah misi
27 Gerebek
28 SAH... yang mengecewakan
29 bukan malam pertama
30 belut listrik & penolakan ayah
31 Gagal
32 jamur kuncup
33 cuti
34 partner In my life, dan gua KW
35 Sebuah surat.
36 Sakit
37 gagal... no way
38 golll... tapi ribet
39 argumen di atas kasur
40 kamu tempat aku pulang
41 perjuangan
42 Dokter Lukman
43 aku sakit , dia tetap kekar
44 panti
45 501 ...
46 Abang...
47 dua mata pisau
48 double
49 nggak peduli...
50 Kejutan manis
51 Kebahagiaan dan musibah
52 Manusia tidak berguna
53 pekerjaan
54 Menolak
55 aktifitas baru
56 genjatan senjata
57 mengalihkan amarah
58 Selamatkan anakku
59 takut kehilangan
60 awal yang baru
61 pencarian
62 sikap aneh
63 Bunda... mau ayam bakar
64 pertemuan
65 aku kangen, Yuk...
66 Sama-sama kangen
67 Temu kangen
68 bersatu kembali
69 transfer rasa sakit.
70 pasien kurang ajar
71 Perjuangan
72 Kelahiran
73 Kangen banget
74 Rengekan Bintang
75 old member
76 Sebuah nama
77 Kualat nya Bintang
78 Tak mau kalah
79 Janji dengan Naya
80 Mami nina
81 mungkin hamil
82 Langit dan Cindy
83 Pasrah
84 perdana untuk Bintang
85 Kecewanya Bintang
86 Pertemuan
87 selangkah lagi
88 Akhirnya
89 menyelesaikan masalah
90 Maaf
91 terlalu menyakitkan
92 Berjuang dari awal
93 Mengulang kabur
94 Sama-sama mau
95 Bunda... curhat dong
96 Astagaaa
97 Buka puasa
98 Kehangatan sebenarnya
99 Makan siang
100 melemaskan yang tegang
101 Sidang
102 Nasib Bintang
103 Double VS Single
104 Rumah kita
105 Iklan terosss
106 semacem doang
107 tak terhenti kan
108 Posisi apa??
109 Membandingkan ukuran
110 akting ngelindur
111 jamu dan orang gila
112 Rencana (Langit dan Cindy )
113 Anti mainstream
114 satu sendok
115 Cerita Papa
116 Sakit perut dan drama Bintang
117 Menuju Acara.
118 Hari Bahagia Abang
119 luar biasa
120 Kebahagiaan
121 salah paham
122 kondisi Mentari
123 Sebuah pelukan
124 bertubi-tubi
125 pertemuan ke 2
126 Sebuah keputusan
127 Perdebatan
128 bibit penyakit
129 Akhir dari kekesalan
130 Ulet
131 kumpul keluarga
132 Tamu di kantor
133 Merajuk
134 Baby moon (real)
135 Gentle birth
136 Tanda-tanda
137 kontraksi
138 percakapan saling menguatkan
139 Welcome baby
140 Mitos
141 Kebahagiaan
142 Galau nya Bintang
143 Hair lotion
144 Bedak dingin
145 Best husband
146 Kepanikan
147 Sebab sakitnya Dafa
148 Dafa merajuk
149 Buka puasa
150 Semakin cinta
151 pertanda
152 Tak ingin kehilangan.
153 Janji
154 kecurigaan dan memastikan
155 Dugaan yang benar
156 Indahnya cinta
157 Dua Ayah hebat
158 bisikan tengah malam
159 Makan-makan
160 panik dan trauma
161 Bahagia mereka
162 Happy anniversary
163 Happy pluss.. plus..
Episodes

Updated 163 Episodes

1
rencana
2
pertemuan di balik kekangan
3
Jenuh
4
Jadian
5
kenangan (BUNDA)
6
Rumah sakit dan rasa malu
7
Mass.. dan suny..
8
Mulai candu
9
Teman tidur
10
Kecurigaan
11
Semakin gilaa
12
cowok mesum
13
adik aku
14
adik aku muntah
15
Pemandangan indah
16
ketahuan
17
aku kangen
18
cinta dan dendam
19
Dendam masa lalu
20
Bogeman dan sebuah ide
21
marah dan rencana
22
bocah petualang
23
Bye... anak-anakku
24
Pilihan sulit
25
Melawan restu
26
tersesat dan sebuah misi
27
Gerebek
28
SAH... yang mengecewakan
29
bukan malam pertama
30
belut listrik & penolakan ayah
31
Gagal
32
jamur kuncup
33
cuti
34
partner In my life, dan gua KW
35
Sebuah surat.
36
Sakit
37
gagal... no way
38
golll... tapi ribet
39
argumen di atas kasur
40
kamu tempat aku pulang
41
perjuangan
42
Dokter Lukman
43
aku sakit , dia tetap kekar
44
panti
45
501 ...
46
Abang...
47
dua mata pisau
48
double
49
nggak peduli...
50
Kejutan manis
51
Kebahagiaan dan musibah
52
Manusia tidak berguna
53
pekerjaan
54
Menolak
55
aktifitas baru
56
genjatan senjata
57
mengalihkan amarah
58
Selamatkan anakku
59
takut kehilangan
60
awal yang baru
61
pencarian
62
sikap aneh
63
Bunda... mau ayam bakar
64
pertemuan
65
aku kangen, Yuk...
66
Sama-sama kangen
67
Temu kangen
68
bersatu kembali
69
transfer rasa sakit.
70
pasien kurang ajar
71
Perjuangan
72
Kelahiran
73
Kangen banget
74
Rengekan Bintang
75
old member
76
Sebuah nama
77
Kualat nya Bintang
78
Tak mau kalah
79
Janji dengan Naya
80
Mami nina
81
mungkin hamil
82
Langit dan Cindy
83
Pasrah
84
perdana untuk Bintang
85
Kecewanya Bintang
86
Pertemuan
87
selangkah lagi
88
Akhirnya
89
menyelesaikan masalah
90
Maaf
91
terlalu menyakitkan
92
Berjuang dari awal
93
Mengulang kabur
94
Sama-sama mau
95
Bunda... curhat dong
96
Astagaaa
97
Buka puasa
98
Kehangatan sebenarnya
99
Makan siang
100
melemaskan yang tegang
101
Sidang
102
Nasib Bintang
103
Double VS Single
104
Rumah kita
105
Iklan terosss
106
semacem doang
107
tak terhenti kan
108
Posisi apa??
109
Membandingkan ukuran
110
akting ngelindur
111
jamu dan orang gila
112
Rencana (Langit dan Cindy )
113
Anti mainstream
114
satu sendok
115
Cerita Papa
116
Sakit perut dan drama Bintang
117
Menuju Acara.
118
Hari Bahagia Abang
119
luar biasa
120
Kebahagiaan
121
salah paham
122
kondisi Mentari
123
Sebuah pelukan
124
bertubi-tubi
125
pertemuan ke 2
126
Sebuah keputusan
127
Perdebatan
128
bibit penyakit
129
Akhir dari kekesalan
130
Ulet
131
kumpul keluarga
132
Tamu di kantor
133
Merajuk
134
Baby moon (real)
135
Gentle birth
136
Tanda-tanda
137
kontraksi
138
percakapan saling menguatkan
139
Welcome baby
140
Mitos
141
Kebahagiaan
142
Galau nya Bintang
143
Hair lotion
144
Bedak dingin
145
Best husband
146
Kepanikan
147
Sebab sakitnya Dafa
148
Dafa merajuk
149
Buka puasa
150
Semakin cinta
151
pertanda
152
Tak ingin kehilangan.
153
Janji
154
kecurigaan dan memastikan
155
Dugaan yang benar
156
Indahnya cinta
157
Dua Ayah hebat
158
bisikan tengah malam
159
Makan-makan
160
panik dan trauma
161
Bahagia mereka
162
Happy anniversary
163
Happy pluss.. plus..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!