"Mati....kita, sial.. kenapa sih gue selalu ngikutin semua rencana lu." Geraman kesal keluar dari mulut Bintang.
Kini Mentari sudah duduk di mobil Bintang menuju ke kediaman mereka.
"Sorry kak...aku nggak nyangka ayah mau cek store yang di Lembang." jawabnya sambil meremat tas miliknya.
"Satu kebohongan pasti akan membawa kebohongan yang lain." Kekehan Bintang membuat Mentari semakin takut menghadapi sang ayah.
kini mobil telah masuk ke pekarangan rumah.
Terlihat Mobil milik ayah dan abangnya telah terparkir rapih di garasi.
"Duh.. kak aku beneran takut banget." Mentari menggenggam tangan Bintang saat akan membuka pintu rumah.
"Cih.. harusnya ini lu pikirin sebelumnya." Bintang menjentikkan jarinya pada kening sang adik.
"Dah lah , kita masuk ." Bintang membuka pintu dan melangkah masuk diikuti Mentari.
Terlihat di ruang keluarga Ayah dan bang Langit sudah duduk dengan menatap ke arah mereka.
"Ayah mau bicara sama kalian, duduk!" perintah Ayah .
Bintang dan Mentari kini duduk dengan mentari duduk di sebelah Abang Langit tepat berseberangan dengan Ayah.
"Ayah kecewa sama kalian, bersekongkol hanya untuk kesenangan sesaat. Apa salah seorang Ayah melindungi Anak-anaknya terutama kamu sebagai anak perempuan satu-satunya!"
"Kalian malah membohongi Ayah.. Ayah tidak kaget kalau yang melakukan itu Bintang karena dari dulu dia sering membangkang Ayah. Tapi ini gadis kesayangan Ayah tega berbohong hanya untuk kesenangan sesaat." Ucap ayah panjang lebar.
Air mata jatuh di pipi Mentari, sungguh dia merasa bersalah telah berbohong. Dia juga merasa bersalah telah melibatkan sang kakak hanya untuk kebebasan sesaat yang dia inginkan.
"Maaf ayah.. ini semua salah Mentari." suaranya terisak dengan air mata yang terus berjatuhan.
"Apa yang kamu mau de? ayah membebaskan semua gitu? yang harus kamu ingat ayah melakukan semua ini demi kebaikan kalian. Tidak mudah ayah membesarkan kalian tanpa campur tangan seorang yang kalian sebut bunda."
"Atau mungkin sikap kalian yang pembangkang menurun dari bunda kalian?" Ucapnya sinis.
"Cukup yah.. jangan selalu menyalahkan bunda dalam setiap kenakalan yang anak-anak ayah lakukan, bunda pasti punya alasan meninggalkan kita." Dengan lantang Bintang membela sang bunda.
plak..
sebuah tamparan mendarat dengan keras di pipi Bintang. Wajah ayah terlihat merah menandakan kemarahan nya.
"Oh.. jadi kamu tau apa penyebab bunda kalian pergi?" tanya sang ayah menggelegar di ruangan luas itu.
"Ayah udah yah.. maafin aku, ini semua salah Chaca." dia memeluk kaki sang ayah bersimpuh mencoba membela sang kakak dari kemarahan Ayahnya itu.
"Kamu tau penyebab bunda kalian pergi, karena ingin bebas tidak mau terikat oleh kita, dia memilih karir nya sebagai seorang model dari pada tanggungjawab nya sebagai seorang istri dan ibu." Ayah kembali membentak namun terdengar kepiluan dalam hatinya.
Pria paruh baya itu meringis memegangi dadanya.
Abang langit langsung sigap berdiri memegangi ayah lalu menuntunnya masuk ke dalam kamar.
Hening hanya ada Mentari dan Bintang yang masih termenung di ruangan itu.
Bintang mendekati Mentari yang masih duduk bersimpuh di atas karpet itu, di peluknya gadis manja kesayangannya itu.
Tangis Mentari semakin menjadi ketika dia sudah dalam pelukan sang kakak.
"Sudah...berisik nih telinga gue." Ucapnya dengan nada meledek namun terdengar lirih.
Mentari mendongakkan wajahnya pada sang kakak nya itu dan berkata "Maaf..ini semua salah Chaca."
"Kakak bakal jagain dan belain kamu terus, selama kamu bahagia karena kakak sayang banget sama kamu Cha.."
"Dan kakak akan terus cari bunda , Kakak ingin tau apa penyebab bunda pergi dari kita." Bintang berucap lembut sambil mengusap punggung adiknya itu.
"Nggak usah kamu cari seseorang yang udah ninggalin kita, membuat lubang luka menganga di hati ayah." Langit yang baru keluar dari kamar sang ayah mendengar semua perkataan adik-adiknya.
Dia tau bagaimana perjuangan sang ayah membesarkan anak-anaknya dan menutup pintu hatinya untuk menikah lagi, pikirannya adalah bagaimana jika istri barunya tidak menyayangi anak-anaknya. lebih baik tanpa kehadiran seorang istri dari pada menyakiti anak-anak. Selalu saja kata-kata itu yang Ayah nya ucapkan bila Langit menyuruh ayahnya itu membina rumah tangga kembali.
Dia tidak memungkiri kesalahan bunda nya yang pergi meninggalkan mereka, namun beberapa kali dia melihat bunda berkunjung namun dapat penolakan keras dari sang ayah.
"Entah masalah apa yang bunda dan ayah hadapi, yang utama yang harus kita ketahui adalah bagaimana ayah mendidik dan menjaga kita dengan sepenuh hatinya." Ucapnya sambil berlalu.
*
*
Hari-hari berlalu kehidupan mereka sudah kembali normal , dengan rasa patuh semakin Mentari terapkan walaupun kadang hatinya meronta-ronta ingin terlepas dari semua belenggu.
Mentari menjalankan hari nya dengan kegiatan monoton nya. Pergi kuliah pulang dan langsung berdiam diri di kamar.
Ayah dan Abang nya semakin menjaganya dengan sangat ketat. Bahkan untuk kegiatan di luar rumah bahkan acara sekolah pun supirnya terus mengikutinya.
"Haaahhh..." Mentari mendudukkan tubuhnya di bangku taman kampusnya.
"Nape ...lu?" Cindy yang baru datang membeli jus di kantin ikut duduk di samping sahabat nya itu.
"Gue jenuh Cindy... jennuuh banget, pengen kabur jauh rasanya, pengen nyari bunda gue pengen curhat semua perlakuan yang gue terima. Rasanya gue bukan anak kesayangan tapi kayak tawanan di rumah itu." Mentari meluapkan semua keluh kesahnya pada Cindy.
Cindy terlihat menatapi keluhan sang sahabat.
"Rumit ya... gue nggak bisa bayangin ada di posisi lu Tar." Cindy mencoba menguatkan sahabat nya itu.
"Eh... cowok cepak udah ngehubungin lu belum?" tanya nya tiba-tiba.
Mentari menoleh ke arahnya.
"CK..aku lagi curhat lu mah mikirnya cowok mulu!" Mentari memukul bahu sahabatnya itu.
"Hahaha.... bukan maksud gue siapa tau do'i bisa jadi penghibur lu, terus Mayan kan bikin imun naik kalau hati terhibur." Jawabnya dengan tawanya yang terkekeh.
"Anjirr lu... otak macam apa sih lu?" Mentari mencebikkan bibirnya
"Lu anjir yang mikir kejauhan... maksud gue bukan yang aneh-aneh tapi ya nambah temen curhat gitu, siapa tau nyaman gitu ya ke sono nya gimana lu aja." kekehan kembali dari mulut Cindy.
Mentari diam memang beberapa kali menerima pesan dari si pria cepak bernama Dafa itu.
Tapi karena suasana hatinya sedang kacau dan kecewa jadi dia tidak membalas pesan chat dari Dafa.
"Beberapa kali sih dia ngirim pesan, tapi nggak aku bales pesannya males." Jawabnya.
"Hidihhh.... sok jual mahal lu mah, cobain deh pacaran. sumpah nambah imun dan semangat hidup." Cindy kembali menjadi kompor untuk sahabatnya itu.
Drttt..drttt...
getaran ponsel dari Mentari membuyarkan ocehan Cindy, Mentari merogoh ponsel di dalam tasnya.
Tertera nama Dafa di layar ponsel keluaran terbaru itu.
"Cieee... panjang umur dia ,lagi di omongin juga dia dah nelpon, jodoh ini mah." Cindy kembali menggoda Mentari.
"Ssshhhttt.. Diem.." Mentari mengulurkan jarinya pada bibir Cindy sebelum mengangkat panggilan itu.
"Ya halo..."
Bersambung...❤️❤️❤️
terimakasih yang sudah mau mampir, tinggalkan jejak ya like komen nya🙏😘
Jejak kalian sangat berharga 😘😘
Sehat dan bahagia selalu untuk kalian
Terimakasih 🙏🙏🙏😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 163 Episodes
Comments
Reni Apriliani
kadang tiap2 manusia jarang mensyukuri keadaan tiap masing2. yg satu pngn banget kyk tmnnya, tapi temannya pngn jadi dia. nah itu, manusia ga ada puasnya.. 😊😚
2022-02-12
1
fiendry🇵🇸
semua memang demi kebaikan tapi kalau dibuat begitu siapa juga yg tahan
2022-02-09
1
aurel chantika
seru & penasaran.
2021-11-23
1