3 Bulan

Dimas dan Dini masih berada di kafe. Entah kenapa Dimas merasa suasana kafe mendadak mencekam sepeninggalan klien nya.

Ia merasa sepasang mata siap menerkamnya saat itu juga.

"Mau pesen lagi?" tanya Dimas berbasa basi.

"Nggak usah, ayo keluar!" jawab Dini.

Dimas menurut, setelah mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar, ia segera meninggalkan kafe.

"Kamu baik baik aja sayang?" tanya Dimas ketika mereka sudah berada di dalam mobil.

"Baik, aku baik baik aja, karena aku sekarang nggak perlu khawatir lagi sama tunanganku ini," jawab Dini dengan tersenyum, bukan senyum manis seperti biasa, melainkan senyum yang mengandung racun bagi Dimas.

"Mmmm... kenapa?" tanya Dimas ragu.

"Karena tiap hari selalu ada yang nganterin makan siang buat tunanganku, iya kan, sayang?" ucap Dini dengan menekankan kata "sayang".

"Andi, lo cari mati ya!" batin Dimas yang sudah menduga jika Dini diberitahu Andi tentang hal itu.

"Itu..... dia cuma klien kok, dia....."

"Klien macam apa yang setiap hari bawain makan siang Dimas? kamu pasti tau lah kalau dia suka sama kamu, iya kan?"

"Aku selalu hindarin dia Andini, aku nggak pernah makan makanan yang dia kasih!"

"Bohong!"

"Iya, awalnya aku terima, aku cuma......"

"Tuh kan bohong!"

"Cuma sekali sayang, aku nggak tau kalau besok besoknya dia jadi sering dateng dan bawain makanan, aku udah nolak tapi dia tetep dateng, itu kenapa aku selalu ngajak kamu makan siang bareng, tapi kamu nggak pernah mau!"

"Aku nggak pernah makan siang di luar Dimas, kamu tau itu!"

"Aku tau sayang, makanya aku nggak maksa kamu, kamu nggak pernah mau aku anter juga aku nggak maksa kan? aku tau kesibukan kamu dan aku menghargai keputusan kamu," ucap Dimas yang masih berusaha menahan emosinya karena ia tau gadisnya sedang cemburu saat itu.

"Dia cantik?" tanya Dini.

"Cantik, tapi aku lebih pilih kamu," jawab Dimas.

"Andi bilang dia kerja di perusahaan papa kamu juga!"

"Iya, asisten manajer di divisi kamu," jawab Dimas.

"asisten manajer divisi pemasaran? berarti yang Andi maksud mbak Gita Kintana, duuuhh saingan berat, udah cantik banget, mulus, seksi, pinter, asisten manajer lagi, kalau di liat secara fisik emang cocok sih sama Dimas, aaahhh enggak enggak, cuma aku yang cocok sama Dimas, mbak Kintan kan usianya 3 tahun di atasku, nggak mungkin kan Dimas mau sama tante tante, tapi kalau tante tantenya kayak mbak Kintan sih siapa yang nolak, huuuaaaa aku harus gimana!!!!" batin Dini yang tanpa ia sadar ekspresinya membuat Dimas menahan tawa.

Bagaimana tidak, bola mata Dini bergerak gerak seolah sedang memikirkan sesuatu, sesekali keningnya mengekerut dan raut wajahnya yang tampak berpikir keras itu membuat Dimas semakin gemas.

"Sayang, aku milik kamu, selamanya cuma buat kamu, nggak ada seorangpun yang bisa ganti posisi kamu di hati aku, nggak peduli seberapa cantik dan hebatnya perempuan lain, hatiku tetap pilih kamu, kamu percaya kan sama aku?" ucap Dimas dengan menggenggam tangan Dini.

"Beneran ya?"

"Apa kamu ragu sama aku?"

Dini menggeleng.

Dimas tersenyum lalu memeluk Dini.

"Aku sayang banget sama kamu Andini, tinggal selangkah lagi buat kita sampai di tujuan kita, aku harap nggak akan ada masalah yang bikin kita salah paham, selalu komunikasikan apapun yang mengganggu pikiran kita, oke?"

"Iya, aku minta maaf kalau hari ini aku terlalu menyebalkan buat kamu," ucap Dini dengan melepaskan dirinya dari pelukan Dimas.

"Kamu nggak menyebalkan, kamu menggemaskan," balas Dimas dengan mencium kening Dini.

Dini hanya tersenyum, Dimas lalu melajukan mobilnya ke arah rumah Dini.

"Ibu lagi nggak di rumah, kamu langsung pulang aja ya!" ucap Dini ketika mereka sudah sampai di depan rumah Dini.

"Ya udah kalau gitu, nanti malem aku jemput ya!"

Dini mengangguk, ia segera turun dari mobil setelah Dimas mencium keningnya seperti biasa.

Setelah Dimas pergi, Dini segera masuk ke dalam rumah. Ia tau ibunya sedang berada di rumah dan memperhatikannya dari balik jendela.

Ia sengaja berbohong pada Dimas karena untuk sementara waktu, ia akan menjauhkan Dimas dengan ibunya.

"Dini pulang!" ucap Dini dengan melangkahkan kakinya memasuki rumah.

"Ibu mau ngomong sama kamu!" ucap ibu Dini lalu duduk di sofa ruang tamu.

Dini pun mengikuti sang ibu duduk, namun memilih sofa yang berbeda dengan sang ibu.

"Din, ibu mohon sama kamu, turuti permintaan ibu buat....."

"Jauhin Dimas? nggak bisa bu, ibu harus kasih alasan yang jelas kenapa Dini harus jauhin Dimas!"

Ibu Dini diam, ia tak ingin anak semata wayangnya mengingat kembali masa lalu kelamnya ketika masih kecil.

"Bu, Dini sama Dimas udah berkomitmen buat serius sama hubungan kita, kita udah tunangan bu, kita akan menikah setelah semua impian kita tercapai, tolong jangan halangi hubungan Dini sama Dimas bu," ucap Dini memohon.

Ibu Dini masih diam, pandangannya menatap nanar ke depan.

"Apapun masalah ibu, ibu harus cerita, nggak cuma sama Dini tapi juga sama Dimas dan keluarganya, kita selesaikan semuanya baik baik bu, Dini yakin akan ada jalan keluar kalau ibu mau cerita," lanjut Dini.

"Satu satunya jalan keluarnya adalah selesaikan hubungan kamu dengan Dimas dan keluarganya, kamu bisa kerja di perusahaan lain, dengan kemampuan kamu ibu yakin nggak akan susah buat kamu dapat kerjaan baru!"

"Dini nggak bisa egois kayak gitu bu, gimanapun juga hubungan Dini udah melibatkan dua keluarga, bukan cuma antara Dini dan Dimas, Dini nggak mau kecewain keluarga Dimas yang udah baik sama Dini bu!"

"Jadi kamu lebih pilih buat nggak kecewain keluarganya Dimas dan kecewain ibu kamu sendiri?"

"Enggak bu, bukan gitu maksud Dini, Dini nggak mau kecewain siapa siapa, Dini sayang sama ibu lebih dari siapapun, tapi Dini nggak bisa turutin kemauan ibu yang satu ini, tolong ibu mengerti posisi Dini bu," ucap Dini dengan bersimpuh dan menggenggam tangan ibunya.

"Ibu kasih kamu waktu 3 bulan buat kamu resign dan selesaikan hubungan kamu sama Dimas dan keluarganya!" ucap ibu Dini dengan menarik tangannya dari genggaman Dini lalu masuk ke kamarnya, meninggalkan Dini yang masih bersimpuh di lantai.

Dini hanya diam dengan air mata yang menggenang di kedua sudut matanya. Tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikirannya jika sang ibu akan menentang hubungannya dengan Dimas setelah pertunangannya.

Toookk Toookk Toookk

Suara ketukan pintu membuat Dini segera menghapus air mata yang belum sempat menetes. Ia mengibas ngibaskan tangannya berusaha menghilangkan kesedihan di wajahnya.

Ia segera membuka pintu dan mendapati Andi berdiri di hadapan rumahnya dengan membawa batu karang di tangannya.

"Rumahnya Anbi," ucap Andi dengan menunjukkan batu karang buatan yang ia bawa.

Dini hanya tersenyum lalu mempersilakan Andi masuk.

"Kamu baik baik aja Din?" tanya Andi sebelum ia memasukkan batu karang ke dalam akuarium milik Dini.

Dini hanya diam dengan menundukkan kepalanya, ia sudah berusaha menyimpan kesedihannya namun rupanya tak bisa.

Andi yang menyadari jika Dini sedang tidak baik baik saja segera mendekat dan membawa Dini ke dalam pelukannya, membuat Dini meluapkan semua tangisnya dalam pelukan Andi.

Tanpa Andi dan Dini tau, ibu Dini melihat kejadian itu.

Terpopuler

Comments

Hanna Devi

Hanna Devi

GK kebayang punya emak kayak ibunya Dini 😬

2021-11-14

1

Neti Jalia

Neti Jalia

aku mampir kk, mampir jg dikaryaku ya🤗🙏

2021-09-13

1

Alifah Ardian

Alifah Ardian

apakah peran Anita akan digantikan sama mbak2 Gita? 😐

2021-07-20

4

lihat semua
Episodes
1 Penolakan Tak Beralasan
2 Selalu Ada
3 Harapan Ibu Andi
4 3 Bulan
5 Sikap yang Berbeda
6 Berjuang Bersama
7 Keputusan Mutlak
8 Keputusan Dini
9 Backstreet
10 Sebuah Do'a
11 Makan Siang
12 Identitas
13 Menjenguk
14 Malam
15 Roof Top
16 Selalu Tau
17 Resign
18 Kupon Ice Cream
19 Kabar Bahagia
20 Debaran dalam Hati
21 Berkunjung
22 Kenapa?
23 Percaya
24 Malam Indah Andi
25 Hari Pertama
26 Bimbang
27 Hari Berat
28 Perubahan
29 Cerita Masa Lalu
30 Prasangka
31 Kejadian di Kantor
32 Gosip yang Beredar
33 Kepergian Sang Mentari
34 Mimpi atau Pertanda?
35 Di Home Store
36 Keputusan Bersama
37 Kesedihan
38 Bukan Hal Mudah
39 Penyelesaian
40 Sakit
41 Penawaran
42 Senja di Pantai
43 Kebohongan
44 Kekesalan
45 Rasa Bersalah
46 Sakit (2)
47 Adik dan Kakak
48 Aditya Putra
49 Sebuah Tanya
50 Batas Kesabaran Dini
51 Masalah yang Datang dan Pergi
52 Kesalahpahaman
53 Kesalahan yang Sama
54 Asumsi
55 Sebuah Usaha
56 Setangkai Mawar
57 Bahagia dan Duka
58 Penjelasan
59 Restu
60 Nama yang Sama
61 Mama?
62 Kilau Pasir Pantai
63 Sebuah Kejujuran
64 Sebuah Pengakuan
65 Alergi
66 Rasa yang Tak Dimengerti
67 Berlibur ke Vila
68 Masa Lalu
69 Berlibur ke Vila (2)
70 Video Ancaman
71 Alasan yang Disembunyikan
72 Tanda Tanya
73 Masalah Baru
74 Disekap
75 Menguatkan Diri
76 Jangan Over Thinking!
77 Makan Malam
78 Tatapan dan Harapan
79 Menangislah!
80 Penyesalan Ana
81 Beautiful in White
82 Malu
83 Lebih Indah dan Bahagia
84 Kecupan Ajaib
85 Hari Ulang Tahun
86 Bukan Anak SMA
87 Menunggu
88 Malam Indah
89 Hari Libur
90 Hari Libur (2)
91 Hari Libur (3)
92 Hari Libur (4)
93 Kembali ke Kantor
94 Kamu adalah Aku
95 Fakta yang Terungkap
96 Kecelakaan
97 Transplantasi Ginjal
98 Masih dalam Kesedihan
99 Perasaan yang Asing
100 Cerita dari Ibu
101 Andi dan Dimas
102 Fakta yang Telah Terbuka
103 Cerita dari Mama Siska
104 Ragu dan Bimbang
105 Sebuah Penawaran
106 Kembali Pulang
107 Ikuti Kata Hati
108 Berteman?
109 Pilihan Akhir Andi
110 Hanya Ada Aku
111 Hari Pertama Andi
112 Sebuah Pelukan
113 Andi dan Adit
114 Andi dan Adit (2)
115 Andi dan Adit (3)
116 Weekend
117 Weekend (2)
118 Weekend (3)
119 Minggu
120 Pulang
121 Memulai Kerja Sama
122 Hati yang Menyimpan Cinta
123 Ketiduran
124 Minta Maaf
125 Ragu?
126 Ragu? (2)
127 Badai Berlalu
128 Malam
129 Kecemburuan Ana
130 Ke Bioskop
131 Menjadi Detektif
132 Menginap
133 Menginap (2)
134 Ulang Tahun Anita
135 Persahabatan?
136 Makna Cinta Menurut Adit
137 Dua Penjelasan
138 Rasa Kecewa
139 Rasa Kecewa (2)
140 Tidak Ada Rahasia Lagi
141 Bus
142 Bicara Bertiga
143 Disini atau Pergi
144 Liburan Dini dan Dimas
145 Liburan Dini dan Dimas (2)
146 Perjanjian
147 Sikap Dini
148 Cerita Adit
149 Takdir yang Kembali
150 Takdir yang Kembali (2)
151 Nostalgia
152 Rencana Dini
153 Berempat
154 Berempat (2)
155 Kelicikan Anita
156 Putaran Takdir yang Cepat
157 Rencana
158 Rencana (2)
159 Home Store Baru
160 Rencana yang Gagal
161 Ucapan Mama Siska
162 Balasan Dimas
163 Kesalahpahaman Mama Siska
164 Menemui Anita
165 Sebuah Ungkapan
166 Mimpi
167 Bicara Baik-Baik
168 Belajar Masak
169 Belajar Masak (2)
170 Andi dan Anita
171 Hasil Masak Dini
172 Kepergian yang Tiba-Tiba
173 Keputusan Anita
174 Waktu Telah Berganti
175 Pengarang Cerita
176 Masalah Adit
177 Menemui Dimas
178 Menemani Dimas
179 Memperjuangkan?
180 2 Bulan Lagi
181 Jika Saja
182 Melewati Batas??
183 Canggung
184 Terungkapnya Fakta
185 Berbohong
186 Makan Malam
187 Andi dan Mama Dimas
188 Menunggu
189 Keraguan
190 Tamparan
191 Tekanan
192 Kepercayaan
193 Kembali Pulang
194 Siapa A?
195 Hari Pertama Dimas
196 Pertemuan Formal
197 Gaun
198 Gaun (2)
199 Tanggal yang Ditentukan
200 Biarkan Aku Egois!
201 Biarkan Aku Egois! (2)
202 Keputusan Besar
203 Keputusan Besar (2)
204 Keputusan Besar (3)
205 Persahabatan yang Tulus
206 Secret Admirer
207 Double Date?
208 Seseorang Siapa?
209 Menemui Mama
210 Menemui Mama (2)
211 Pelukan Terakhir?
212 Akad dan Resepsi
213 Hari Pertama Dini dan Dimas
214 Hari Pertama Dini dan Dimas (2)
215 Malam Kedua
216 Surga Dunia
217 Kembali ke Kantor
218 PENGUMUMAN NOVEL BARU
219 Bulan Madu
220 Kembali ke Rumah
221 Kecewa
222 Melepaskan Pergi
223 Berlibur
224 Dua Garis
225 Resign dari Kantor
226 Adit dan Ana
227 Adit dan Ana (2)
228 Membuat Kue
229 Dibalik Senyum
230 Efek dari Obat
231 Melupakannya?
232 Kesalahan Satu Malam
233 Kesepakatan
234 Perhatian
235 Darah
236 Melepaskan
237 Hari yang Ditunggu
238 Baby Alana
239 Kemarahan Mama
240 Berdamai dengan Kesedihan
241 Melepaskan Rindu Dini dan Andi
242 Dua Tahun Berlalu
243 Tembakan
244 Permintaan Dimas
245 Dunia yang Runtuh
246 Kesedihan yang Belum Berlalu
247 Tahun Berlalu
248 Senyum yang Kembali
249 Mimpi
250 Surat yang Ditemukan
251 Harapan Alana
252 Ungkapan yang Dinanti
253 Akhir Kisah Dini (Last Episode)
254 Bulan Madu (Extra Part)
255 Kabar Bahagia (Extra Part)
256 Dini, Andi dan Dimas (Ending)
Episodes

Updated 256 Episodes

1
Penolakan Tak Beralasan
2
Selalu Ada
3
Harapan Ibu Andi
4
3 Bulan
5
Sikap yang Berbeda
6
Berjuang Bersama
7
Keputusan Mutlak
8
Keputusan Dini
9
Backstreet
10
Sebuah Do'a
11
Makan Siang
12
Identitas
13
Menjenguk
14
Malam
15
Roof Top
16
Selalu Tau
17
Resign
18
Kupon Ice Cream
19
Kabar Bahagia
20
Debaran dalam Hati
21
Berkunjung
22
Kenapa?
23
Percaya
24
Malam Indah Andi
25
Hari Pertama
26
Bimbang
27
Hari Berat
28
Perubahan
29
Cerita Masa Lalu
30
Prasangka
31
Kejadian di Kantor
32
Gosip yang Beredar
33
Kepergian Sang Mentari
34
Mimpi atau Pertanda?
35
Di Home Store
36
Keputusan Bersama
37
Kesedihan
38
Bukan Hal Mudah
39
Penyelesaian
40
Sakit
41
Penawaran
42
Senja di Pantai
43
Kebohongan
44
Kekesalan
45
Rasa Bersalah
46
Sakit (2)
47
Adik dan Kakak
48
Aditya Putra
49
Sebuah Tanya
50
Batas Kesabaran Dini
51
Masalah yang Datang dan Pergi
52
Kesalahpahaman
53
Kesalahan yang Sama
54
Asumsi
55
Sebuah Usaha
56
Setangkai Mawar
57
Bahagia dan Duka
58
Penjelasan
59
Restu
60
Nama yang Sama
61
Mama?
62
Kilau Pasir Pantai
63
Sebuah Kejujuran
64
Sebuah Pengakuan
65
Alergi
66
Rasa yang Tak Dimengerti
67
Berlibur ke Vila
68
Masa Lalu
69
Berlibur ke Vila (2)
70
Video Ancaman
71
Alasan yang Disembunyikan
72
Tanda Tanya
73
Masalah Baru
74
Disekap
75
Menguatkan Diri
76
Jangan Over Thinking!
77
Makan Malam
78
Tatapan dan Harapan
79
Menangislah!
80
Penyesalan Ana
81
Beautiful in White
82
Malu
83
Lebih Indah dan Bahagia
84
Kecupan Ajaib
85
Hari Ulang Tahun
86
Bukan Anak SMA
87
Menunggu
88
Malam Indah
89
Hari Libur
90
Hari Libur (2)
91
Hari Libur (3)
92
Hari Libur (4)
93
Kembali ke Kantor
94
Kamu adalah Aku
95
Fakta yang Terungkap
96
Kecelakaan
97
Transplantasi Ginjal
98
Masih dalam Kesedihan
99
Perasaan yang Asing
100
Cerita dari Ibu
101
Andi dan Dimas
102
Fakta yang Telah Terbuka
103
Cerita dari Mama Siska
104
Ragu dan Bimbang
105
Sebuah Penawaran
106
Kembali Pulang
107
Ikuti Kata Hati
108
Berteman?
109
Pilihan Akhir Andi
110
Hanya Ada Aku
111
Hari Pertama Andi
112
Sebuah Pelukan
113
Andi dan Adit
114
Andi dan Adit (2)
115
Andi dan Adit (3)
116
Weekend
117
Weekend (2)
118
Weekend (3)
119
Minggu
120
Pulang
121
Memulai Kerja Sama
122
Hati yang Menyimpan Cinta
123
Ketiduran
124
Minta Maaf
125
Ragu?
126
Ragu? (2)
127
Badai Berlalu
128
Malam
129
Kecemburuan Ana
130
Ke Bioskop
131
Menjadi Detektif
132
Menginap
133
Menginap (2)
134
Ulang Tahun Anita
135
Persahabatan?
136
Makna Cinta Menurut Adit
137
Dua Penjelasan
138
Rasa Kecewa
139
Rasa Kecewa (2)
140
Tidak Ada Rahasia Lagi
141
Bus
142
Bicara Bertiga
143
Disini atau Pergi
144
Liburan Dini dan Dimas
145
Liburan Dini dan Dimas (2)
146
Perjanjian
147
Sikap Dini
148
Cerita Adit
149
Takdir yang Kembali
150
Takdir yang Kembali (2)
151
Nostalgia
152
Rencana Dini
153
Berempat
154
Berempat (2)
155
Kelicikan Anita
156
Putaran Takdir yang Cepat
157
Rencana
158
Rencana (2)
159
Home Store Baru
160
Rencana yang Gagal
161
Ucapan Mama Siska
162
Balasan Dimas
163
Kesalahpahaman Mama Siska
164
Menemui Anita
165
Sebuah Ungkapan
166
Mimpi
167
Bicara Baik-Baik
168
Belajar Masak
169
Belajar Masak (2)
170
Andi dan Anita
171
Hasil Masak Dini
172
Kepergian yang Tiba-Tiba
173
Keputusan Anita
174
Waktu Telah Berganti
175
Pengarang Cerita
176
Masalah Adit
177
Menemui Dimas
178
Menemani Dimas
179
Memperjuangkan?
180
2 Bulan Lagi
181
Jika Saja
182
Melewati Batas??
183
Canggung
184
Terungkapnya Fakta
185
Berbohong
186
Makan Malam
187
Andi dan Mama Dimas
188
Menunggu
189
Keraguan
190
Tamparan
191
Tekanan
192
Kepercayaan
193
Kembali Pulang
194
Siapa A?
195
Hari Pertama Dimas
196
Pertemuan Formal
197
Gaun
198
Gaun (2)
199
Tanggal yang Ditentukan
200
Biarkan Aku Egois!
201
Biarkan Aku Egois! (2)
202
Keputusan Besar
203
Keputusan Besar (2)
204
Keputusan Besar (3)
205
Persahabatan yang Tulus
206
Secret Admirer
207
Double Date?
208
Seseorang Siapa?
209
Menemui Mama
210
Menemui Mama (2)
211
Pelukan Terakhir?
212
Akad dan Resepsi
213
Hari Pertama Dini dan Dimas
214
Hari Pertama Dini dan Dimas (2)
215
Malam Kedua
216
Surga Dunia
217
Kembali ke Kantor
218
PENGUMUMAN NOVEL BARU
219
Bulan Madu
220
Kembali ke Rumah
221
Kecewa
222
Melepaskan Pergi
223
Berlibur
224
Dua Garis
225
Resign dari Kantor
226
Adit dan Ana
227
Adit dan Ana (2)
228
Membuat Kue
229
Dibalik Senyum
230
Efek dari Obat
231
Melupakannya?
232
Kesalahan Satu Malam
233
Kesepakatan
234
Perhatian
235
Darah
236
Melepaskan
237
Hari yang Ditunggu
238
Baby Alana
239
Kemarahan Mama
240
Berdamai dengan Kesedihan
241
Melepaskan Rindu Dini dan Andi
242
Dua Tahun Berlalu
243
Tembakan
244
Permintaan Dimas
245
Dunia yang Runtuh
246
Kesedihan yang Belum Berlalu
247
Tahun Berlalu
248
Senyum yang Kembali
249
Mimpi
250
Surat yang Ditemukan
251
Harapan Alana
252
Ungkapan yang Dinanti
253
Akhir Kisah Dini (Last Episode)
254
Bulan Madu (Extra Part)
255
Kabar Bahagia (Extra Part)
256
Dini, Andi dan Dimas (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!