Dini masih berada di kamarnya, ia menimang nimang ponsel di tangannya. Ia masih memikirkan kata kata Andi beberapa waktu lalu mengenai seorang perempuan yang sedang berusaha mendekati Dimas.
"aku nggak boleh lengah, nggak akan ada lagi yang namanya orang ketiga, cukup masalah sama ibu yang harus jadi prioritas pikiranku, jangan ada yang lain," batin Dini dalam hati.
Dini lalu segera menghubungi Dimas. Dua panggilan tidak terjawab, membuat kekesalan Dini meningkat hampir menyentuh ubun ubunnya.
"satu kali lagi nggak kamu angkat, itu artinya kamu udah nabuh genderang perang sama aku," batin Dini kesal.
Ia lalu kembali menghubungi Dimas, dan....
"Halo sayang, maaf tadi masih sibuk," suara Dimas terdengar di ujung sambungan ponsel.
"selamat kamu Dimas," batin Dini dengan senyum jahatnya.
"Kamu dimana?"
"Aku masih sama klien, bentar lagi selesai kok," jawab Dimas.
"Aku tanya kamu dimana Dimas bukan sama siapa?" tanya Dini dengan nada yang tidak bersahabat.
"Aku di kafe X sayang, kamu....."
Tuuuuttt Tuuuuttt Tuuuuttt
Sambungan terputus, setelah mengetahui keberadaan Dimas, Dini segera menutup panggilannya begitu saja. Sedangkan di sisi lain, Dimas merasa macan yang sedang tertidur kini tampak sudah bangun dan siap menerkamnya sewaktu waktu.
Dini segera berganti pakaian, berdandan tipis dan membiarkan rambut panjangnya tergerai indah dengan jepit rambut berwarna perak yang menghiasi rambutnya.
Dini menyambar tas kecilnya lalu segera memasukkan dompet dan ponselnya, bersiap untuk mendatangi kafe tempat Dimas bertemu klien nya.
**
Di tempat lain, Andi sedang mengerjakan desain baju dengan duduk di lantai ruang tamunya.
"Sibuk Ndi?" tanya ibu Andi yang datang dengan membawa sepiring pisang goreng dan menaruhnya di meja.
"Enggak bu," jawab Andi dengan mengambil pisang goreng di hadapannya.
"Rasanya ibu masih nggak rela deh Ndi kalau Dini nggak jadi menantu ibu," ucap ibu Andi yang duduk di sofa belakang Andi.
"Bu, Andi sama Dini kan udah deket dari kecil, ibu sendiri yang bilang kalau kita udah kayak saudara, ibu juga udah anggap Dini anak ibu sendiri kan?"
"Iya, ibu bilang gitu biar Dini bisa anggap ibu ini kayak ibunya sendiri, kalau kita makin deket kan Dini makin nyaman sama keluarga kita jadi besar kemungkinan kalau Dini bakalan mau jadi menantu ibu," jawab ibu Andi.
"Andi sama Dini itu cuma sahabat bu, kita udah deket dari kecil sebagai teman, sahabat, bukan yang lain."
"Justru itu Ndi, karena kalian udah deket dari kecil kalian jadi saling mengerti satu sama lain, jadi nggak akan susah buat kalian jalin hubungan yang lebih serius, iya kan?"
"Sekarang Andi sama Dini udah dewasa bu, kita punya jalan kita masing masing, Dini udah punya pilihannya sendiri dan sebagai sahabat yang baik Andi cuma bisa dukung apa yang Dini pilih selagi itu memang baik buat Dini," jawab Andi.
"Emang kamu yakin kalau Dimas baik buat Dini? Dimas itu bukan dari kalangan kita Ndi, keluarganya punya level yang tinggi, jauh dari kita, ibu cuma nggak mau kalau akhirnya Dini bakalan punya mertua yang semena mena dan jahat sama dia kayak di novel novel biasanya!"
"Ibu jangan kebanyakan baca novel yang kayak gitu deh, keluarganya Dimas baik kok, mereka nerima Dini apa adanya, mereka juga sayang sama Dini dan soal Dimas, Andi yakin kalau dia emang yang terbaik buat Dini, Andi tau dia serius sama Dini bu," balas Andi.
"Kamu sok tau, kenapa sih kamu nggak ngelamar Dini duluan, siapa tau Dini mau!"
"Mereka udah deket dari SMA bu, mereka udah banyak lewatin suka duka sama sama dan satu yang harus ibu tau, Andi sayang sama Dini tanpa berharap apapun, Andi cuma mau Dini bahagia dan keputusannya buat sama Dimas itu yang bikin dia bahagia."
"Terserah kamu lah, pokoknya ibu cuma mau Dini yang jadi menantu ibu," ucap ibu Andi lalu meninggalkan Andi.
Andi hanya bisa menarik napasnya dalam dalam dan menghembuskannya pelan. Tak lama kemudian sang ayah datang dan duduk di hadapannya.
"Makanya cepetan cari pacar, bawa ke rumah, kenalin sama ayah ibu!"
"Emangnya ayah pikir cari pacar kayak beli benang, tinggal ke toko pilih warna yang dicari, tinggal bayar, dapet, bawa pulang!" balas Andi yang kembali sibuk dengan laptop di hadapannya.
"Ya nggak gitu juga, tapi kalau kamu mau, ayah yakin nggak akan susah buat kamu cari pacar, anak ayah yang ganteng dan pinter ini pasti banyak dikejar kejar cewek kan?"
"Enggak juga," jawab Andi.
"Kamu aja yang terlalu dingin Ndi, coba yang ramah gitu sama cewek!"
"Andi nggak kayak gitu yah!"
"Apa mau ayah jodohin sama anaknya temen ayah? hehehe....."
"Enggak enggak, nggak mau, ayah ada ada aja, ini udah tahun berapa yah, udah nggak ada yang namanya perjodohan!"
"Hahaha..... takutnya dikira orang kamu 'belok' gara gara dari dulu nggak punya pacar hahaha...."
"Ya ampun ayah jahat banget," ucap Andi dengan menggeleng gelengkan kepalanya.
"Bu, Andi minta di jodohin nih!" ucap ayah Andi dengan berteriak lalu segera pergi keluar rumah.
"Enggak bu, enggak, ayah bohong!" teriak Andi sebelum sang ibu menyetujui ucapan ayahnya.
Ayah Andi hanya tertawa puas di depan rumahnya.
**
Di depan sebuah kafe, Dini masuk dengan pelan. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Dimas di sana.
"Permisi kak, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang waiters yang tiba tiba menghampirinya.
"Mmmmm..... saya......" Dini masih menyapu seluruh ruangan itu dengan tatapan penuh selidik.
"Saya mau duduk dulu, nanti aja saya pesannya!" ucap Dini setelah ia menemukan keberadaan Dimas.
Dini lalu duduk di bangku yang tak jauh dari tempat Dimas duduk bersama kliennya.
"apa dia yang namanya Gita? cantik sih, tapi diliat dari fisiknya sih kayaknya usianya di atas Dimas, masak iya Dimas mau sama tante tante hehehe..."
"Sayang!" sapa Dimas dengan melambaikan tangannya ke arah Dini.
Dini hanya tersenyum canggung dan membalas lambaian tangan Dimas.
Dimas lalu menghampiri Dini.
"Sendirian?" tanya Dimas.
"Mmmm... sama Cika, tapi barusan dia ngabarin kalau nggak jadi dateng," jawab Dini berbohong.
"Ayo gabung sama aku!"
"Nggak papa?"
"Nggak papa dong, ayo!"
Dini menurut, ia mengikuti Dimas untuk bergabung dengan kliennya.
"Andini, kenalin ini mbak Atika, istrinya saudara jauh Yoga," ucap Dimas memperkenalkan kliennya.
"Salam kenal," ucap Atika pada Dini.
Dini hanya menganggukkan kepalanya membalas Atika.
"Andini ini tunangan saya mbak," ucap Dimas pada Atika.
"Waaahh, bentar lagi nikah dong, undang mbak juga ya!"
"Siap mbak, di tunggu aja!"
15 menit berlalu, setelah menyepakati beberapa hal, Atika berpamitan untuk pulang terlebih dahulu meninggalkan Dimas dan Dini di sana.
"Sidang" pun dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 256 Episodes
Comments
Hanna Devi
like lagi KK 😍
2021-11-14
1
Miracle Tree
semangat
2021-10-09
1
syafridawati
3 like dan fav mendatar saling dukung ya
2021-08-17
1