Episode 3

Sebagaimana ruangan depan tadi, kamar berukuran empat kali enam ini pun terasa gelap sekali.

Hanya saja bedanya kamar yang satu ini selalu menyebarkan bau wangi semerbak yang tidak habis-habisnya.

"Selain aku tidak ada seorang pun yang tahu bahwa di bawah kamar ini terdapat ruangan lain. Tapi aku khawatir pada keselamatan benda-benda yang ada di dalamnya jika Den Wijaya membongkar rumah ini nanti! lalu kemana akan kubawa koleksi kesayangan Tuan Widura?" ucapnya lirih.

Pak Rudi kemudian mengitari kamar yang di dalamnya hanya terdapat sebuah dipan yang tua.

Dengan hati-hati ia menggeser dipan itu, bukan main beratnya dipan yang bisa di tempati oleh tiga laki-laki dewasa.

Pak Rudi terpaksa menguras tenaga tuanya untuk menggeser dipan tersebut ke samping kanan.

Setelah dipan tergeser Pak Rudi segera berjongkok dan berlutut di tempat dipan tadi berada.

Dengan hati berdebar ia segera mencongkel salah satu sisi dari empat garis yang ternyata sebuah pintu rahasia menuju ruangan bawah tanah.

ketika ubin besar penutup lantai terbuka, angin keras dan wangi itu menerpa kulit wajahnya dan meraih sebuah stop kontak lainnya.

Kliikk!!

Pak Rudi sedikit mengulurkan kepalanya ke arah ruangan bawah. Ia pun bergegas menuruni tangga menuju ruangan bawah tanah.

Dalam ruangan yang diterangi cahaya merah yang beberapa watt itu, Pak Rudi memperhatikan barang-barang koleksi peninggalan Tuan Widura.

Segalanya masih tampak seperti dulu. Tidak ada yang pernah berubah meski sedikit pun mulai dari patung singa yang di belinya di luar negeri, patung beruang kutub serta berbagai jenis patung hewan lainnya.

Pak Rudi melangkah lagi kesebuah tempat lainnya. Pandangan matanya mencari-cari di antara patung laki-laki dan perempuan.

Sebentar saja ia memperhatikan patung itu, "Ah...!" Pak Rudi kembali mengeluh.

Jantungnya berdetak tidak karuan, entah mengapa setiap ia mendekati patung perempuan yang berusia gadis-gadis remaja ini membuat darahnya berdesir.

Patung yang terbuat dari kayu Cendana ini senantiasa menebarkan bau harum semerbak yang tidak pernah luntur dari dulu hingga sekarang.

Patung itu begitu sempurna, penampilannya menggambarkan betapa pemahatnya memiliki kharisma seni yang sangat tinggi.

Bagian wajah yang dikerjakan dengan imajinasi kesempurnaan wajah seorang gadis yang paling cantik di atas dunia ini, halus, lembut, dan sentuhan dengan polesan yang mengagumkan.

Ia tidak dapat membayangkan jika suatu hari kelak keluarga Tuan Subardi tau tentang patung-patung yang dikoleksi oleh almarhum ayahnya.

Pak Rudi kembali melihat patung yang berada di samping nya itu.

"Ahhh...oohh..!" bibir Pak Rudi mendesis dengan mata setengah terpejam.

Kemudian ia merasakan ada sesuatu yang tidak terlihat merayapi wajahnya, mengelus lembut kulitnya.

Lelaki itu jatuh terduduk lunglai di sisi patung perempuan itu.

Bibirnya menyungging kan senyum puas. Kemudian matanya agak cengkung itu mendongak ke atas.

"Kemana aku harus memindahkan mu? Orang-orang itu sangat tidak berperasaan terhadap keberadaan rumah ini, terlebih terhadap keberadaan kalian. Aku tidak ingin berpisah denganmu, bahkan dengan kalian semua, tapi...!" ucap Pak Rudi melirik patung itu, Ia sangat tidak rela berpisah dari mereka

Apa yang harus ia lakukan? Wijaya pasti tidak pernah merubah niatnya untuk membangun usaha di atas tanah peninggalan kakeknya.

Dia tidak punya kekuatan untuk mencegah keinginan Wijaya.

"Bagaimana, Dewi! apa yang harus kuperbuat untuk menyelamatkanmu?" ucap Pak Rudi mulai putus asa.

Tidak terdengar suara apupun hanya saja udara di ruangan itu tiba-tiba berhembus kencang dan bergoncang sehingga membuat beberapa patung itu jatuh dan pecah seolah-olah memberikan reaksi atas ucapan Pak Rudi tadi.

Kening lelaki itu mulai berkedut, suatu gagasan muncul di benaknya, entah kekuatan dari mana tiba-tiba ia menemukan jalan keluar dari masalah itu kemudian ia melihat patung 'Dewi Rasa' itu sambil tersenyum.

"Dewi aku punya firasat sesuatu akan terjadi di tempat ini. Tapi dengan kekuatanmu, tolong kau kunci menuju ruangan bawah tanah ini agar mereka tidak menemukan keberadaan kalian. Biarkan saja orang kaya itu mebongkar rumah yang di atas, tapi jagan biarkan mereka menginjak tempat ini apalagi ingin menyentuhmu...!" kata Pak Rudi menutup pembicaraan.

Hari sudah mulai gelap, malam yang sunyi menambah kesan menyeramkan bagi siapa saja yang melihatnya.

Pak Rudi sudah keluar dari rumah tua itu dan segera menuju kamarnya.

Entah apa yang difikirkannya sejak tadi, hanya saja ia agak merasa heran.

Tanpa dapat mengambil kesimpulan apapun, akhirnya sekitar pukul sebelas malam Pak Rudi mulai terlelap.

~Makasih udah baca...

jangan lupa like dan vote ya...~

Terpopuler

Comments

Yunita

Yunita

next

2021-08-07

45

hahahah

hahahah

lagi

2021-08-07

44

Gaby Ana Susanti Silalahi

Gaby Ana Susanti Silalahi

jangan pendek"

2021-08-07

42

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!