chapter 2. Menjadi Sekertaris

***

" Adara Syakila Putri? " suara berat itu menyadarkan Dara dari lamunan

" iya? " jawab Dara gelagapan

" Kamu Adara? " tanyanya pria itu sekali lagi

Dara menganggukan kepala seperti anak kecil

" mau jadi sekertaris saya? " tanya pria itu sedikit meremehkan

" di iklannya lagi mencari sekretaris kan pak? " tanya Dara polos

pria itu mengangkat alisnya sebelah seolah bingung dengan pertanyaan Dara.

" bener kan pak? " tanya Dara memastikan

pria itu menganggukan kepala angkuh

" terus kenapa bapak nanya lagi? " ucap Dara spontan

beberapa saat Dara dan pria itu terdiam tidak ada yang bersuara. pria itu hanya memandang Dara sedangkan Dara yang di pandang nya hanya menampakan muka polosnya.

" duduk lah! " perintah pria itu

Dara hanya menurut saja duduk di hadapan pria itu. Pria itu menyodorkan sebuah kertas.

" baca yang cermat. lalu tanda tangan. " ucap pria itu penuh dengan otoriternya

Dara membaca isi kertas itu yang ternyata peraturan kerja yang harus di setuju. Dara memandang pria itu bingung. Dia bingung, apa dia langsung di terima? kenapa pria itu langsung menyodorkan peraturan atau kontrak kerja? Pria itu sadar jika di perhatikan Dara dan akhirnya pria itu memandang dara.

" ada pertanyaan? " ucap pria itu

" saya langsung di terima pak? " ucap Dara bingung

" baca saja dulu! jika setuju, kamu bisa langsung bekerja " jelas pria itu yang tidak lepas dengan otoriternya

Dara yang di suruh pun hanya menurut untuk membaca peraturan. Dari awal sampai di pertengahan Dara melihat salah satu peraturan yang ga masuk akal.

" 'siap di panggil kapan pun?' ini serius pak? " tanya Dara

pria itu menganggukan kepala

" ini saya Sekretaris apa babu pak? " tanya Dara memastikan

" menurut kamu? " ucap pria itu

" babu? " ucap Dara tanpa mikir

pria itu menahan kesal mendengar perkataan Dara yang ceplas-ceplos.

" Baca! " perintah pria itu lagi

Dara menurut lagi hingga matanya melihat nominal Gaji yang di luar nalar.

" satu, dua, tiga , empat... sepuluh juta?! " Dara terlonjak kaget

" serius ini pak gajinya segini? " antusias Dara

pria itu menggelengkan kepala, pusing melihat tingkah Dara.

Dara dengan semangat mentanda tanganin kontrak kerja itu.

" kapan saya mulai kerja? " tanya Dara dengan sumringahnya

Dara tidak tahu apa yang akan terjadi nanti kedepannya. mungkin sekarang sampai sebulan kedepan dia bakal bahagia karena gajinya yang lumayan besar. Dia tidak tahu bahwa penderitaan di depan sana menunggunya.

" saya Arsen prabu Baskara " ucap pria itu yang ternyata bernama Arsen

" Saya Adara Syakila Putri, tolong kerja samanya " ucap Dara sambil menjabat tangan Pak Arsen yang terjulur ke arahnya.

***

Hari itu pula Dara dan Papa Kamil langsung mencari tempat kostan atau kontrakan yang terdekat dari perusahaan. Karena Besok sudah harus bekerja, terpaksa Dara harus berangkat pagi dari Bogor ke Jakarta. Dia pergi ke Jakarta pagi pagi sendiri lalu nanti siangnya mama dan papa menyusul untuk membawakan barang barang ke tempat tinggalnya nanti.

Dara mendapat kontrakan yang lumayan besar dengan harga yang lumayan mahal. menurut papa nya tidak apa apa mahal asal fasilitas nya bagus dan membuat Dara nyaman.

kontrakan ini seperti apartemen karena berunit. rata rata penyewa disini adalah pegawai di tempat Dara bekerja. karena aksesnya yang dekat dengan perusahaan sehingga tidak perlu mengeluarkan uang transportasi.

paginya sekitar jam 4 Dara sudah rapih dan berangkat ke stasiun kereta bersama papa Kamil. Dari stasiun Bogor ke stasiun Jakarta dara berangkat sendiri tanpa papa kamil.

dua jam perjalanan di kereta Hingga Dara sampai di Stasiun Jakarta kota. Dari stasiun Dara naik ojek online agar langsung menuju perusahaan yang di tuju.

Belum saja Dara menampakan kaki turun dari ojek ponsel Dara berbunyi.

Dara buru buru membayar ojek tersebut dan langsung merogoh tasnya untuk mengeluarkan ponselnya.

Ternyata yang menelepon nomor tidak di kenal. Karena penasaran akhirnya Dara mengangkat telepon itu.

" Hallo " ucap Dara

" Belikan saya kopi! " perintah dari orang yang di sebrang telepon sana

Dara mengerutkan dahi bingung

" maaf ini siapa? " tanya Dara

" kamu tidak save nomor saya? " ucap pria di sebrang sana

" saya aja ga kenal mau gimana saya save " ucap Dara kesal

" saya Arsen, Adara. " ucap pria itu yang ternyata pak arsen penuh dengan tekanan

Dara gelagapan bingung, dia ga nyangka kalau pak arsen meneleponnya sepagi ini. Niat dia berangkat lebih pagi ingin bersantai dulu, ini langsung di suruh. padahal jam kerja belum di mulai.

" Adara! kamu dengar saya?! " sentak pak arsen yang buat Dara tersadar

" saya de..dengar pak " ucap Dara gugup

" saya tunggu di ruangan saya " ucapnya

setelah itu telepon terputus begitu saja. Dengan kekuatan supernya Dara menyebrang jalan sambil liat kanan kiri. Dara memasuk kopi shop, ketika ingin memesan Dara baru inget tadi dia tidak menanyakan apa yang harus di pesan. Dengan perasaan berat Dara menghubungi pak Arsen kembali.

Nada sambung masih terus berbunyi dan tidak ada tanda tanda pemiliknya akan mengangkatnya. setelah mencoba beberapa kali akhirnya panggilan Dara tersambung.

" maaf pak, saya mau nanya bapak mau kopi apa? " ucap Dara sopan

" americano Tut...Tut.. " hanya satu kata dan panggilan itu terputus

Dara memaki hpnya yang berada di tangannya, padahal dia inginnya memaki pria yang tadi dia hubungi namun apa daya pria itu bos nya.

Setelah mendapat pesanannya Dara pun berjalan dengan terburu buru ke kantornya. lobby sudah mulai penuh karena orang kantor sudah mulai berdatangan.

" alamat ga bisa sarapan dulu ini mah " gerutu Dara ke diri sendiri

Dara memencet tombol lift yang langsung menuju lantai 50 yang biasa di pakai oleh petinggi. banyak orang berbisik sambil memandang Dara. Dara bingung kenapa orang melihatnya seperti itu. tanpa ambil pusing akhirnya Dara masuk ke dalam lift.

Sesampainya di lantai 50, Dara melihat pak Robi di mejanya yang sibuk dengan laptopnya.

" pagi pak " sapa Dara sopan

" pagi Ra, udah di tunggu sama pak Arsen di dalam " ucap pak Robi

Dara pun mendekati pintu ruang pak arsen dan mengetuknya. Setelah mendapat sahutan dari dalam Dara pun membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut.

" ini kopinya pak " ucap Dara sambil menaruh kopi di atas meja Pak Arsen

alih alih mengambil kopi itu pak Arsen menyodorkan sebuah buku ke arah Dara. Dara menerima bu itu dan membukanya. Ternyata itu jadwal Pak Arsen.

" bukannya yang memegang jadwal bapak itu pak Robi? " tanya Dara

" mulai sekarang itu tanggung jawab kamu " ucap pak Arsen tegas

tanpa bisa membantah Dara hanya mengiyakan nya saja.

" suruh Hardi menghadap saya! " perintah pak Arsen ke pak Robi melalui telepon

Dara hanya berdiri di sisi pak Arsen sambil memegang buku jadwal. Dara melihat Pak Arsen dari samping, memang dia terlihat tampan bahkan dari samping aja ganteng apalagi dari depan, gantengnya bukan main main. Dara mulai mengkhayal kalau dia yang jadi pacar Pak Arsen mungkin dia bakal bahagia, apalagi kalau jadi istrinya mungkin hidup Dara nyaman dan sejahtera. Dara mulai senyum senyum sendiri sampai seseorang masuk ke dalam ruangan itu dan membuat Dara Diam dan menatap pria yang baru masuk itu.

BUG~~~

map di lempar ke lantai dengan kasar oleh pak Arsen membuat Dara dan pria terkaget.

" kenapa bisa tidak akurat?! " suara Pak Arsen membuat suasana menjadi lebih mencengkeram

Dara memandang Pak Arsen dan pria yang di depannya saling bergantian. Pria itu terdiam kaget campur ketakutan. Sedangkan Pak Arsen dengan muka kerasnya seperti mengintimidasi.

" ma...maaf pak " ucap pria itu menunduk

" ulang! " ucap pak Arsen dengan nada yang meninggi

Pria itu dengan cepat mengambil map yang di lempar tadi dan pamit keluar. Pak Arsen memijat pelipis dahinya pelan, sepertinya pekerjaan pria itu membuat pak Arsen pusing.

" bapak mau teh hangat? " tawar Dara

Pak Arsen seperti terkaget mendengar suara Dara. Dia baru sadar Bahwa Dara belum keluar dari ruangannya sejak tadi.

" tidak. kamu bisa keluar " perintahnya

Dara yang ga bisa membantah pun menurut dan keluar dari ruangannya.

" dia ngamuk lagi? " tanya pak Robi

" iya, seperti pak Arsen ga enak badan pak " ucap Dara sedikit khawatir

" dia terlalu memforsir badannya " jelas pak Robi

" Dara " panggil Pak Robi

Dara yang baru saja duduk di kursinya pun menoleh ke arah pak Robi.

" iya pak? " jawab Dara

" bisa minta tolong? " ucap pak Robi

Dara menganggukan kepala

" Pak Arsen biasanya kalau sedang stress dia susah buat makan. bisa minta tolong belikan cheesecake? di sebrang kantor ada toko kue kamu bisa beli disana. kalau udah beli kamu langsung kasih ke pak Arsen. saya mau rapat dulu, ok? " jelas pak Robi

" ok " ucap Dara sambil tersenyum lebar

TBC

©nukeya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!