05

Kini aktivitas Aluna sudah penuh. Pagi hari ia bekerja pada perusahaan travel dan sore hari ia akan mengajar bimbel. Beberapa kali bahkan hingga malam ia mengajar menggantikan teman lainnya yang berhalangan hadir. Tentu saja bonus kehadirannya bertambah bila menggantikan guru lain.

Ia bisa membawa diri di dunia mengajar. Semua dirasa jauh lebih baik. Hingga suatu waktu Aluna bertemu Dirga di mini market saat Aluna membeli cemilan pesanan Ms. Rose.

"Aluna?" tanya Dirga yang berdiri tak jauh dari Aluna. Aluna terperangah menatap Dirga, lalu ia segera sadar dan membalikkan badan menyelesaikan belanjaannya. Tak peduli panggilan Dirga di belakangnya membuat banyak pasang mata melihatnya.

Aluna segera menyelesaikan kegiatannya di kasir dan segera keluar. Ternyata Dirga mengejarnya.

"Lun, sebentar. Kasih aku waktu sedikit aja," pintanya.

"Waktumu sudah habis, minggir!" Aluna berjalan melewatiya.

"Sebentar! Please," Kali ini Dirga sudah berdiri di hadapannya.

"Mau apa lagi sih? Tuh istrimu!" kata Aluna menunjuk seseorang tak jauh dari mereka. Aluna tak ingin istri Dirga salah paham padanya. Aluna segera pergi saat Dirga lengah. Ia menyebrang jalan dan memasuki tempat bimbel.

Aluna tak ingin tahu apa yang terjadi pada Dirga dan istrinya. Bukannya sekali istri Dirga mengiriminya pesan agar menjauh. Tak pernah sekalipun pesan wanita itu dibalas oleh Aluna. Jika dibalas bukan tak mungkin mereka bertengkar.

"Mana pesananku?" tanya Leo tapi matanya masih fokus pada bacaannya, sedangkan tangannya meminta minumannya.

Aluna memberikan minuman isotonik yang biasa diminum Leo. Leo mengangkat wajahnya saat menyadari pesanannya salah.

"Traktiran perkenalan," senyum Aluna membuat Leo tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Aluna segera menyerahkan pesanan teman lainnya sambil memberikan sebotol minuman yang dibelinya.

"Sering-sering ya, Luna." kata Marta, Nisya menyenggol siku Marta.

"Apa?"

"Makasih Nona, bukan sering-sering," kata Nisya membenarkan.

"Biarlah, aku suka kalau ditraktir, bersyukur aku. Makasih ya Luna," kata Marta dengan logatnya. Aluna tertawa.

"Makasih Cantik," Jo menerima pesanannya saat Aluna memberikan bagiannya. Aluna mengacungkan jempolnya.

Setelah semua mendapatkan makanannya, Aluna tidak segera pulang. Ia masih ingin ngobrol dengan Ms. Rose.

"Aku keatas dulu ya," Aluna pamit dan segera ke ruangan Ms. Rose karena seorang muridnya sedikit bermasalah pada temannya. Setelah mengadukan masalahnya, Aluna kembali turun ke bawah.

"Lun, tolong aku masuk kelas ya, gantikan aku, perutku sakit," kata Marta memegang perutnya.

"Lah? Kenapa?"

"Biasa, bulanan,"katanya, lalu pamit pulang setelah melapor pada Ms. Rose.

Tepat pukul 20.30 Aluna keluar dari kelasnya dan langsung melangkah keluar. Hari ini tenaganya terkuras habis. Ia berjalan gontai menuju parkiran.

Seseorang menghentikan tangannya saat akan membuka pintu mobil. Aluna melirik ke samping.

"Dirga? Kamu lagi? Ngapain sih?"

"Lun, aku kangen. Please kita duduk sebentar ya,"

"Nggak! Ini salah. Udahlah kamu pulang sana. Jangan ganggu aku, kasihan istrimu," kata Luna memegang handle pintu dan menariknya terbuka.

"Sebentar aja, aku janji,"

Luna benar-benar muak. Entah kenapa dia dulu mencintai laki-laki di depannya.

"Aku capek, aku mau istirahat," Aluna akan masuk ke mobilnya tapi segera ditarik Dirga dan ia memeluk Aluna. Aluna berontak melepaskan diri lalu melayangkan tamparan.

Aluna kaget karena gerakan refleksnya, begitu juga dengan Dirga yang tak menyangka akan ditampar. Aluna tak pernah sekasar itu.

"Ehem...!" seseorang batuk di belakang Luna.

"Leo?" bisik Aluna

"Ada apa ya? Tempat parkir ini gelap. Kamu siapa?" tanya Leo.

"Aku pacarnya," jawab Dirga membuat Aluna geram.

"Jangan mengada-ada, aku tunangannya. Pergi kamu sebelum aku panggil satpam menyeretmu karena melakukan tindakan pelecehan," kata Leo berdiri tegak dan terlihat berwibawa. Ia berdiri di depan Aluna, melindungi gadis itu yang kini gemetaran.

"Awas kamu!" Ancamnya, ia pergi melaju dengan mobilnya.

"Kamu nggak apa-apa?" Leo berbalik bertanya

"Nggak apa-apa. Makasih ya," suara Aluna sedikit bergetar.

"Kamu gemetaran, sini aku bawa mobilnya. Kita ngopi dulu ya, biar rileks," Leo membawanya ke sebuah kafe. Memesan cappuccino dan beberapa roti untuknya dan Aluna.

Aluna segera menyesap cappucino miliknya dan mulai terasa rileks.

"Makasih ya Leo," kata Aluna.

"Sama-sama," jawab Leo singkat. Mereka bersiam diri mencoba menikmati minuman masing-masing tanpa ada percakapan. Aluna bersyukur Leo tidak menanyakan tentang Dirga.

Lima belas menit berlalu, mereka berusaha menikmati suasana kafe. Tapi lama-lama membosankan.

"Gimana kelasmu hari ini?" Akhirnya Leo bertanya. Aluna mendongak dari gelasnya dan tersenyum.

"Sangat baik, lelah sih tapi aku suka," jawab Aluna.

"Setelah ini mau pulang?"

"Iya, aku sedikit lelah,"

"Ya sudah, aku antar?" tanya Leo. Aluna mengangguk.

Leo mengantar Aluna sampai ke apartemennya. Lalu segera pulang tanpa turun dari mobilnya.

Aluna memasuki apartemennya dan segera membersihkan diri. Dirga semakin membuatnya takut. Entah apa lagi yang diinginkannya darinya. Rasanya Aluna ingin pindah ke lain kota atau ikut tinggal bersama orangtuanya. Tapi ia baru saja memulai karirnya, membangun impiannya di sini.

Tapi jika ingin jujur, Aluna memang belum bisa melupakan Dirga. Sekian tahun bersama lalu berpisah secara cepat bukanlah hal yang mudah. Aluna butuh waktu untuk melupakan semua. Kini sejak Dirga menikah, semakin membuat rasa cinta dihatinya untuk Dirga telah terkikis sedikit demi sedikit. Tapi untuk melupakan tentu saja ia belum bisa.

Aluna berbaring di kamarnya yang nyaman. Menelpon Lea, mengabarkan tentang pekerjaannya, lalu tentang Leo. Pria yang menyelamatkannya dari Dirga. Ia sengaja bercerita sedikit, memancing pertanyaan demi pertanyaan dari Lea. Tentu saja itu membuat Lea semakin penasaran.

Setelah hampir satu jam menelpon Lea, ia menelpon mama Rena. Ia bercerita banyak tentang pekerjaan dan anak-anak didiknya. Semua yang diceritakannya membuat mama Rena tersenyum senang dan bahagia. Akhirnya Aluna bisa bangkit dari rasa cintanya pada Dirga. Dari rasa sakit hati dan kecewa.

Kantuk menyerang Aluna, ia melirik jam disamping tempat tidurnya. Sudah pukul sepuluh malam. Karena sibuk dari pagi sampai sore terkadang bisa sampai malam membuat Aluna cepat lelah dan mengantuk. Tidak ada waktu lagi untuk memikirkan tentang hubungan masa lalunya.

Aluna tertidur hingga subuh. Azan subuh membangunkannya. Lalu ia buru-buru bangkit dan melaksanakan solat subuhnya. Setelah itu ia mulai memikirkan sarapannya. Ia ingin membuat sarapan dan belajar mandiri bukan mengandalkan warung nasi lagi. Ia mulai menanak nasi dan membuat omelet. Juga membuat teh hangat. Ia tersenyum senang melihat hasil karyanya meskipun bentuk omeletnya tidak sempurna dan nyaris gosong. Ia tersenyum geli lalu mulai menyuap sarapannya.

Setelah sarapan ia memakai setelan kerjanya di travel. Memakai sepatunya, lalu memastikan semuanya aman. Ia menutup pintu apartemen dan pergi bekerja.

Leo menunggunya di basemen. Ia lupa bahwa mobilnya dibawa Leo. Dan kini pria itu menawarkan mengantarnya ke tempat kerjanya. Ternyata di Leo tidak sendiri, ada seorang gadis cantik di dalamnya. Aluna penasaran tapi ikut naik dan duduk disamping Leo. Gadis itu duduk sendiri di belakang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!