04

Aluna sedang berdiri di balkon menatap jalanan di bawahnya. Menikmati pemandangan sesaknya jalanan karena kesibukan. Semua orang sudah melakukan aktivitasnya, bahkan Lea sudah bekerja sejak masa kuliah. Lea bekerja di salah satu perusahaan travel milik orangtuanya. Sedang Aluna tidak bekerja.

Sebuah pesan masuk di ponselnya. Mama Rena yang merupakan ibunya mengirim kabar bahwa ia akan mampir. Aluna tersenyum dan membalas pesan mamanya.

Menjelang tengah hari mamanya datang, Aluna memeluknya. Rasa rindu sedikit terobati karena kedua orangtuanya tinggal di kota yang berbeda.

"Mama sama siapa?" tanya Aluna.

"Sama Pak Narno, kamu kok kurusan sih?" mamanya balik bertanya.

"Ehehehe... Males masak Ma, papa mana? Kok nggak diajak sekalian?" tanya Aluna.

"Papa sibuk. Mama nginap sini yah dua atau tiga hari," kata Mama Rena.

"Seminggu sampai sebulan juga boleh banget, Ma," jawab Aluna sambil tersenyum

"Hmmmh... Maunya!" kata Mama Rena sambil mencolek hidung Aluna. Aluna membawakan koper mamanya ke kamar.

"Jadi apa kegiatan kamu setelah lulus?" tanya mama basa-basi sambil duduk di sofa.

"Belum ada ma, kemarin ngelamar di salah satu bimbel. Belum ada kabar," jawab Aluna.

"Papamu tu selalu nanyain, mbok ya kamu itu kerja ikut papa atau om Ibra," kata Mama Rena . Om Ibra adalah adik mama Rena.

"Aluna sudah nyaman di sini ma,"

"Kalau gitu kamu kerja di tempat om Ibra aja, kan baru buka cabang,"

"Freelance boleh nggak ma?"

"Iiih fulltime dong!"

"Aluna mau ngajar aja ma, seneng aja ngumpul sama anak-anak,"

"Makanya kamu kayak anak-anak. Nggak dewasa." kata Mama Rena memeluk anak gadisnya

"Ehehehehe biarin, yang penting bisa puas manja sama mama," kata Aluna membalas pelukan mamanya.

"Gimana perasaan kamu sekarang?" tanya Mama Rena yang tahu bila anaknya menghadiri pesta pernikahan mantannya.

"Semakin membaik ma, doakan Luna bisa move on. Sekarang mau cari kesibukan,"

"Bagus, mama bersyukur kamu baik-baik saja," Mama Rena tersenyum lega melihat anak gadisnya tidak terpuruk. Biar bagaimanapun dia sudah mengenal Dirga.

"Iya ma," Aluna semakin nyaman di pelukan mamanya, menutupi matanya yang sedikit berkaca-kaca.

"Dan jadwal hari ini kamu temenin mama yah,"

"Kemana?"

"Jalan-jalan dong,"

"Mama nggak capek?"

"Nggak, yuk ah!" ajak sang mama. Aluna segera berganti pakaian mengikuti mamanya yang masih energik di usia lima puluhan.

Mereka menghabiskan hari dengan berjalan-jalan. Mama Rena sangat mengerti dengan kondisi hati anaknya tapi ia tak akan menanyai lebih lanjut. Ia paham Aluna tak akan mau cerita bila diminta tapi bila ia ingin bercerita tanpa sungkan ia akan menceritakan segalanya.

Tiga hari mama Rena menginap. Hingga hari terakhir sebelum berpamitan, mama Rena meminta Aluna untuk mempertimbangkan kembali tawaran orangtuanya. Aluna meminta waktu untuk menjawab.

Ternyata hari itu adalah hari keberuntungan Aluna, ia ditelepon oleh pemilik bimbel untuk datang pada hari Senin. Ia diterima kerja di sana. Aluna merasa senang dan tak sabar menunggu Senin berikutnya.

Hari Senin pagi ia mendatangi bimbel tersebut. Dan pemiliknya bu Rose mengatakan bahwa ia memiliki jadwal sore pukul 15.30 sampai pukul 17.00. Aluna berterimakasih dan memulai pekerjaannya sore nanti.

Setelah dari bimbel ia memutuskan menemui om Ibra di kantornya.

"Hai om...!" sapa Aluna.

"Nah, akhirnya muncul juga. Sini duduk!" Ibra merasa antusias keponakannya bisa datang di kantor barunya.

"Apa kabar, Om?" tanya Aluna

"Sehat, kamu gimana?"

"Alhamdulillah, sehat Om,"

"Kok nggak bilang om mau main ke sini? Kan om bisa jemput,"

"Sekalian mampir om, tadi dari tempat kursus,"

"Iya, kata mamamu, kamu malah milih ngajar di sana daripada kerja sama om. Padahal om bisa pertimbangkan waktu freelance buat kamu. Karena kan kantor ini masih baru,"

"Serius bisa freelance?"

"Serius, biasanya juga pake dua shift"

"Wah, mau om. Tapi minta shif pagi sampe siang boleh nggak?" tanya Aluna antusias

"Bisa dong, tapi apa nggak capek kerja?"

"Nggak, yang penting dicoba dulu,"

"Bagus, om suka semangat kamu!" kata Ibra mengacungkan jempolnya.

Mereka ngobrol hingga siang dan om Ibra mengajarkan pada Aluna cara kerjanya. Dan mereka berjanji untuk mulai bekerja besok. Aluna senang ia bisa menyibukkan diri dengan bekerja. Ia akan mudah melupakan Dirga.

***

Sore itu Aluna sudah bisa mengajar. Kelas yang diajarkan adalah anak-anak yang masih di kelas dua SD. Aluna mengajar didampingi bu Rose yang akan memberi bimbingan cara mengajar. Aluna sedikit gugup tapi akhirnya bisa menguasai kelas. Aluna mengajarkan cara menghafal perkalian cara mudah. Bu Rose puas dengan caranya.

"Gimana kelasnya?" tanya bu Rose saat Aluna keluar kelas membawa buku panduan selesai mengajar.

"Luar biasa bu, mereka hebat semua,"

"Kamu suka pekerjaan ini?"

"Sangat,"

"Syukurlah, oh ya tu kelas lain juga udah pada bubar. Biasanya mereka ngumpul. Kamu di sini dulu nanti saya kenalkan dengan guru lainnya,"

"Baik bu,"

Satu per satu guru lainnya datang dan duduk di ruang resepsionis. Ada satu meja penerimaan tamu dan dua kursi tamu. Di belakang meja penerimaan terdapat dua buah lemari berisi buku panduan dan file siswa.

Sedangkan di belakang kursi tamu terdapat dua kursi panjang yang menempel pada dinding. Sudah ada dua orang yang duduk. Mereka tersenyum dan mengangguk pada Aluna.

"Hai... Everybody! Uncle Jordy here!" katanya berlari menuruni tangga. Seorang pemuda berkulit putih dengan pakaian serba putih, berhidung mancung, beralis tebal. Ia juga membawa buku materi turun dari kelasnya.

"Hai... Uncle Jo," sapa dua orang di hadapan Aluna. Yang bernama Uncle Jo melambai lalu beralih pada Aluna.

"Wuaw... Assalamualaikum " sapa Uncle Jo pada Aluna sambil menangkupkan tangannya.

"Waalaikumsalam," jawab Aluna menangkupkan kedua tangannya juga.

"Baru ya? Kenalin aku Jordy, pegang kelas inggris sore sampai malam," dia mengenalkan diri dan duduk di samping Aluna.

"Saya Aluna,"

"Uncle Joooo... kami pulang dulu, daaah uncleee...!" teriak beberapa siswa dari luar. Ia melambai pada mereka penuh semangat.

Tak lama menyusul dua orang lagi duduk bersama.

"Hai, aku Marta," Gadis keturunan Batak itu mengenalkan diri, ia berambut pendek dan badan sedikit berisi.

"Aku Nisya,"

"Uncle Jooo," Jordy juga mengenalkan diri dan dapat lirikan tajam dari Marta dan Nisya.

"Dimana Mr. Leo ?" tanya Jordy pada Marta.

"Masih di kelasnya," Marta menjawab.

Mereka asyik ngobrol, tak lama bu Rose datang menghampiri membawa cemilan dan minuman yang langsung diserbu anak buahnya.

"Gimana hari ini?" Tanya bu Rose pada Aluna.

"Luar biasa, saya suka," Jawab Aluna.

"Yang lain gimana? Ada kendala? Mr. Leo mana?" tanya bu Rose yang tak mendapati orang yang bernama Leo.

"Aman Mrs,"

"Good!" Jawab Jo mengacungkan jempol.

"Nisya?"

"Masih harus ekstra sabar," jawabnya dengan tersenyum

"Sore!" sapa seseorang turun dari tangga, mungkin dia yang bernama Leo. Menggunakan kemeja berwarna navy, celana jins dan sepatu. Ia menyerahkan file pada Ms. Rose.

"Sore juga," semua membalas sapaannya, kesan pertama yang ditangkap Aluna adalah dia lelaki pendiam, tipe serius. Berbanding terbalik dengan Jo.

"Sudah kenal? Rekan baru kita, Aluna. Aluna, ini Leo," Mrs. Rose mengenalkan mereka. Leo hanya mengangguk, Aluna tersenyum.

Ternyata setelah sesi mengajar selesai mereka istirahat sampai setelah magrib. Pukul 19.00 akan dimulai kembali kegiatan belajar mengajar. Untunglah jadwal Aluna hanya sampai sore dan satu kelas. Berbeda dengan yang lain harus memegang banyak kelas.

Saat ini Aluna tak ingin terlalu memforsir tenaganya, toh dengan kesibukan seperti ini saja sudah lumayan membuatnya melupakan Dirga.

Terpopuler

Comments

Nur hikmah

Nur hikmah

jodohy aluna...leo kah???? hihihi

2021-12-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!