Gia Karina Syahputri (Riri)
Diovano Putra Wira Anggara (Dio)
Fikri Dinata
Yu Jiah Syahputri (Jiah)
Riri terbangun dari tidurnya, saat melihat jendela ternyata hari sudah gelap, jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.
Riri pun bergegas membersihkan diri dan juga rumah nya, lalu memasak untuk makan malamnya sendiri.
Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, dia pun bergegas untuk makan malam karena daritadi dia tidak memiliki ***** untuk makan. Saat makan dia terpikirkan sesuatu yang sangat aneh menurutnya
"dia sangat dingin, tapi kenapa bisa membopongku tadi, bahkan menungguku sampai siuman di Rumah Sakit", ucap Riri sambil memiringkan kepalanya
"dasar manusia dingin, dia bilang jangan berfikir kalau dia khawatir padaku, padahal sudah jelas terlihat dimatanya kalau dia sedang khawatir, segengsi itukah dia?", ucap Riri sambil tersenyum tipis mengingat kejadian di Rumah sakit tadi
"dia bilang dia menyukaiku tapi sama sekali tak memberi kabar semenjak terakhir kali bertemu?", ucap Riri kesal sambil menatap kontak Fikri di layar ponselnya
Sesi makan selesai, tak terasa sudah menunjukkan pukul 10 malam. Riri biasanya begadang dan tidur jam 2 pagi, tapi kini matanya terasa sangat berat karena efek obat yang diminumnya, dia pun tertidur di kursi depan TV
Tiba tiba ada yang membunyikan bel rumahnya, Riri pun terkejut dan terbangun dari tidurnya, lalu melihat jam, ternyata sudah jam 12 malam
"loh? aku ketiduran disini?", ucapnya kaget.
"Mama dan ayah belum pulang? ini sudah lewat tengah malam, tak bisakah mereka lepas dari pekerjaannya itu?!", ucap Riri kesal saat menyadari dia masih sendirian dirumahnya itu.
Tibatiba suara bel rumahnya membuatnya terkejut (lagi).
"mama dan ayah?", ucapnya kaget. "tidak mungkin, mereka punya kunci rumah, kenapa malah membunyikan bel", lanjutnya yang semakin heran. bel berbunyi lagi, kali ini diiringi suara ketukan di pintu
tok! tok! tok!
tok! tok! tok!
"siapa yang bertamu malam malam begini?", ucap Riri yang masih tak bergerak dari tempat duduknya itu, dia terus memandangi arah pintu. Bel dan suara ketukan terdengar lagi, Riri yang kesal pun berjalan cepat kearah pintu lalu membuka pintu dengan ekspresi akan marah, tapi dia malah terkejut (lagi).
"loh?!", ucap Riri yang terkejut
Tidak ada siapa siapa di depan pintu
"oh berarti setan", ucap Riri datar sambil berjalan menutup pintu. Saat sudah beberapa langkah dari pintu,, bel berbunyi lagi. Riri pun marah dan mengambil pisau buah yang ada di meja, lalu membuka pintu
Happy birthday Ririi!!
Ucap teman teman Riri yang sedang tertawa memberi ucapan ke Riri. Riri pun terkejut melihat dirinya diberi surprize oleh teman temannya, karena ini pertama kali dia diberi kejutan ulang tahun. Bahkan Riri saja lupa kalau dirinya akan berulang tahun
happy birthday Ririi
happy birthday Ririi
Happy birthday Riri galak
Happy birthday Ririi
Happy Sweet Seventeen Gia Karina Syahputri!!
'ucap teman temannya yang sedang bernyanyi untuk Riri'
Riri pun tersenyum dan menatap Fikri yang Sedang membawa kue didepannya
"Doa dulu, lalu tiup lilinnya", ucap Fikri dengan senyum bahagia. Riri memejamkan mata dan berdoa
"bidadari darimana ini ya allah", batin Fikri saat melihat Riri tersenyum
"sudah", jawab Riri,
"tiup lilinnya dong", ucap Fikri sambil menyodor kue yang dihiasi lilin dengan angka 17 diatasnya
"happy sweet seventeen Riri", ucap Fikri pelan
"makasih banyak ya teman teman, eh yuk masuk jangan didepan pintu", ucap Riri sambil membuka pintu rumahnya dan mempersilahkan teman temannya masuk
"Ri, kenapa kau bawa pisau buah?", tanya Bryan yang heran melihat Riri menggenggam pisau
"aku kira maling", jawab Riri sambil tersenyum
"lalu?", tanya Selly bingung
"untuk berjaga jaga saja", ucap Riri sambil tersenyum smirk
"gila kau", ucap Sisi kaget
mereka semua bercanda ria dirumah Riri, tak terasa waktu berlalu begitu cepat, dan jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, mereka memutuskan untuk berpamitan dan pulang
Riri merasa sangat bahagia karena sangat tidak disangkanya dia akan mendapatkan kejutan ulang tahun dari teman temannya itu, setelah menutup pintu, Riri pun membereskan rumahnya yang berantakan akibat acara yang mendadak tadi. lalu dia teringat sesuatu
"mama dan ayah belum juga pulang?", tanya Riri
Riri mengambil handphonenya dan menelfon mamanya
"mama dimana?"
"ohiya mama lupa kasih kabar, mama dan ayah tidak pulang malam ini, karena lagi ada acara"
"oh yasudah kalau begitu, aku tutup telfonnya"
Riri sudah tidak bisa marah, dia sudah terlalu kecewa dengan sikap orang tua nya yang bahkan tidak ada saat hari ulang tahunnya. Dia melanjutkan pekerjaannya untuk berberes rumah, setelah semuanya selesai, waktu sudah menunjukkan pukul 3 pagi
"aku tidak mengantuk lagi", ucap Riri didepan TV. Dia mengambil cardigannya dan berjalan keluar rumah, dia berniat membeli cemilan diminimarket 24 jam didekat rumahnya, sekaligus ingin menghirup udara malam
"apakah diumurku yang sudah menginjak 17 tahun ini akan seindah kisah kisah yang diceritakan di novel remaja? atau tidak? aku yakin sudah ada kejutan menanti ku didepan, aku bisa merasakannya"
"pertanyaanku adalah apakah aku akan sanggup?"
"semoga saja"
kalimat itulah yang melayang dipikiran Riri sekarang, dia seperti merasakaan sesuatu dihatinya
Saat sedang diminimarket, Riri secara tidak sengaja melihat Fikri yang sedang berjalan dengan seorang wanita. Fikri merangkul wanita tersebut dengan raut wajah sangat bahagia.
loh? siapa ni cewe?
Riri tidak terkejut, dia tidak heran melihat pemandangan didepannya, karena memang dia sudah tau sifat Fikri yang sebenarnya, oleh karena itu dia tidak percaya begitu saja saat Fikri menyatakan perasaan kepadanya
Riri pun memalingkan wajah dan tidak peduli dengan apa yang dia lihat barusan. Saat keluar dari minimarket dia melihat Dio yang sedang duduk didepan minimarket, dengan bir di tangannya
"loh kak Dio?", sapa Riri
"hallo", jawab Dio yang sedang setengah sadar karna minuman itu
"kakak mabuk ya?", tanya Riri pelan
"tidakk, aku hanya, sedang setengah sadar", jawab Dio sambil tersenyum
"oh yauda kak hati hati ya", ucap Riri datar, saat ingin melangkah pergi, tangannya ditahan oleh Dio,
"kauu", ucap Dio
"kenapa kak?", tanya Riri bingung
"kau sudah sangat merepotkanku kemarin, aku akan memberimu hukuman", ucap Dio
"hah? tapi kak...",
"antarkan aku pulang", jawab Dio sambil menutup mulut Riri
"hah? loh? kok?...", ucap Riri yang sedang bingung dengan kakak purnanya itu
"jika kau menolak, kutambah hukumanmu", ancam Dio
"baik kak", jawab Riri gercep, dia memilih tidak melawan karena malas berurusan lebih panjang lagi
Riri memanggil taxi dan menuntun Dio masuk ke mobil. Setelah sampai dirumah Dio, Riri bingung karena tidak tau sandi rumah Dio
"kak sandi nya apa?", tanya Riri
"tempelkan saja jariku", jawab Dio yang sudah sangat mabuk
"ohiya kan bisa pakai sidik jari", batin Riri
Setelah masuk, Riri pun membawa Dio kekamar, lalu mendorong tubuh Dio ke ranjang begitu saja
Brukk!!
Dio mengerang kesakitan karena didorong Riri
"kalau tidak tahan minum, kenapa harus minum?", ucap Riri kesal. Riri pun membukakan sepatu Dio dan membenarkan posisi tidur Dio, Namun tiba tiba tangannya ditarik Dio dan membuatnya terjatuh ke ranjang
Sekarang Riri ada dibawah Dio dengan kedua tangannya di genggam erat Dio
"k-kak?", ucap Riri gugup, dan berusaha melepaskan tangannya
"aku sudah menyukaimu sejak awal, sejak pertama kali melihatmu, tapi kenapa? kau sangat dingin kepadaku", ucap Dio yang sudah sadar dari mabuknya itu
"hah?", ucap Riri yang tiba tiba terdiam mendengar pengakuan Dio barusan
"iyaa, aku menyukaimu, sangat menyukaimu, bisakah kau balas perasaanku?", tanya Dio yang mendekatkan wajahnya ke Riri
"hah?", Riri masih tak percaya dengan apa yang didengarnya,
"haruskah kubuktikan perasaanku sekarang?", tanya Dio lagi
"caranya? apa yang mau kakak buktikan padaku?", tanya Riri yang masih tidak mengerti, pikirannya ngeblank sekarang
Dio mendengus pelan dengan senyuman smirk, lalu matanya menatap mengarah bibir Riri
Riri yang paham pun kaget dan langsung memalingkan muka
"jangan macam macam", ucap Riri
"kalau begitu terima cintaku", jawab Dio yang semakin mendekatkan wajahnya ke Riri
"tapi aku tidak punya perasaan apapun ke kakak, aku hanya sekedar mengagumi kakak sebagai seniorku, tidak lebih dari itu, dan juga apa yang kakak harapkan dari anak kelas 2 SMA sepertiku? dari jarak umur saja, kita sudah berbeda jauh", jelas Riri yang berani menatap Dio
"aku bisa menunggumu sampai sekolahmu selesai, dan sambil menunggu kau menyelesaikan sekolahmu, kita bisa membangun perasaan disitu, tidak ada yang tidak mungkin Riri", jawab Dio
"aku tidak percaya", jawab Riri singkat
"aku akan terus berusaha sampai kau percaya padaku", jawab Dio
"apakah bisa?"
"bisa"
"kakak yakin?"
"yakin"
"lakukan saja kalau begitu, aku tunggu", ucap Riri
"baiklah", jawab Dio tersenyum senang dan melepas genggaman tangannya
Riri pun berdiri dan bergegas pulang,
"mau kemana?", tanya Dio
"pulang, yakali aku tidur disini", jawab Riri kesal
"tunggu disitu, aku panggil mang Didi agar mengantarmu pulang", jawab Dio
"tidak perlu, aku bisa pulang sendiri", jawab Riri datar
"kalau kau menolak aku tidak akan memberimu pintu keluar", jawab Dio dengan santai
Riri yang kesal pun terpaksa menuruti perintah Dio. Setelah sampai rumah Riri, waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi, saat baru masuk kekamar, Riri mendengar mamanya pulang, dan dia pun bergegas keluar kamar
"eh Riri, kamu sudah bangun?", jawab mama Riri
"em, aku akan membuat sarapan untuk mama dan ayah", sahut Riri
"padahal aku tidak tidur tadi", batin Riri
"baiklah, mama mandi dulu ya", jawab mama Riri
Riri tahan banget ya melek semalaman
Nantikan episode selanjutnya ya manteman
Terima kasih sudah mampir kesini
Bye bye >~<
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments