*Flasback on*
3 hari sebelum hari H, Dimas, Bryan, dan Risky sedang nongkrong bersama si sebuah cafe dipusat kota, lalu Risky meminjam hp Bryan dengan niat ingin meminta kontak cewe yang ada di hp Bryan, tapi jarinya salah pencet dan justru masuk ke galeri, dan tanpa sengaja melihat foto Riri, Selly, Sisi, dan Putri, foto kebersamaan mereka berempat menarik perhatian Risky
"ini siapa Bry?", tanya Risky sambil menunjukkan foto tersebut
"oh itu, kawan touring, geng ku haha", ucap Bryan ketawa, "kenapa?", sambung nya
jari Risky menggeser foto foto tersebut lalu menemukan foto Riri
"em yang ini lumayan juga, bodynya juga wah haha, kenalin yang ini dengan ku", ucap Risky sambil menunjuk foto Riri
Bryan terkejut, tapi seketika muncul ide dikepalanya itu
"oh, boleh, tapi, kau yakin?", ucap Bryan
"yakin dong, masa nggaa", ucap Risky dengan percaya diri, "oke", sahut Bryan.
Risky pamit ke toilet, lalu Dimas mendekati Bryan
"kau yakin?", bisik Dimas
"dia cewe yang pintar, gak gampang dibodohi apalagi sama laki laki, nantinya juga kau tau sendiri gimana dia", jelas Bryan
"ohiya, sebenarnya yang ini namanya Riri, tapi tadi aku kenalkan ke Risky dengan nama Selly, kau diam saja", ucap Bryan
"loh? jadi Riri dengan Selly itu kau tukar gitu?", tanya Dimas
lalu Bryan tersenyum sambil nge-wink ke Dimas
"okee, biar tau rasa tu anak", jawab Dimas menyindir Risky sambil tersenyum
*Flashback off*
Setelah Riri kembali ke tempat duduknya, dia sangat menikmati angin pantai, dan tanpa sadar terukir senyum indah di wajahnya.
"Ri, yuk foto", ajak Selly
"kuy", jawab Riri, mereka ber-selfie dengan hp Selly, setelah mendapatkan foto yang lumayan banyak, tiba tiba Putri dan Sisi ikut menyambar juga
"aku juga dongg", ucap Sisi sambil lari
"aku jugaa woii tungguin", ucap putri teriak
setelah mereka selfie Selly dengan sibuknya memilih foto foto yang bagus, sementara Sisi dan Putri sedang menanyai Riri
"Ri, kau tadi kenapa?", tanya Putri
"kapan?",
"tadi, waktu Dimas menawarkan bir ke Fikri, kenapa kau tiba tiba menyambar bir nya, dan justru marah ke Dimas", tanya Putri
"oh itu", jawab Riri singkat
"iya itu, kenapa?", tanya Putri yang agak memaksa, padahal dia sudah tau jelas bahwa Riri tak suka
"tanya aja dengan Dimas, aku sudah bilang alasannya ke dia tadi, didepan kalian semua juga kan", jawab Riri datar
"sstt", bisik Sisi sambil menyenggol lengan Putri, Sisi tau bahwa Putri sengaja memancing emosi Riri, karena dari awal bertemu, Putri memang sudah tak suka dengan Riri.
Riri kesal, lalu berjalan menyelusuri bibir pantai, sesekali kakinya menyentuh air pantai
"aku benci menjadi dingin, tapi aku tak bisa kembali ceria seperti dulu sebelum ada Zidan", gumam Riri sambil menghela nafas
"kenapa denganku?! ada apa?! aku ingin menjadi hangat seperti dulu, tapi kenapa?! kenapa gak bisa?!", tanya Riri teriak ke arah pantai sambil membentangkan tangannya di daerah yang sepi agar tak ada orang yang melihatnya, tanpa sadar dia pun menangis
Tiba tiba ada sosok lelaki yang menggenggam kedua tangannya, dan meletakkan dagu di leher kanan Riri, dan berbisik "mungkin kau butuh cinta", bisik nya
Riri terkejut, lalu menunduk menangis, sosok itupun memutar badan Riri dan memeluknya
"sini, ada dadaku, ada bahuku, kau bisa meletakkan kepalamu disini, sesak rasanya kalau menangis sambil menunduk", ucap sosok tersebut
Riri pun mendongak keatas, sosok itu adalah Fikri, lalu Fikri mengusap pipi Riri yang basah itu, sambil tersenyum, lalu memeluk Riri yang sedang menangis dengan erat
Beberapa menit berlalu, dan Riri berhenti menangis, mereka masih dalam posisi yang sama dan tak bergerak sama sekali
"sudah?", tanya Fikri
"em", respon Riri
"senyum dong, ntar luntur loh cantiknya", ucap Fikri tersenyum
"gak mempan", jawab Riri melepas pelukannya. "kenapa bisa tau aku disini?", tanya Riri
"aku khawatir denganmu, kau menghilang dari pandanganku padahal aku hanya menoleh sebentar ke arah lain", jawab Fikri. Riri pun tertawa
"kau senang sudah membuatku khawatir? hah?", ucap Fikri kesal
"mengapa kau khawatir denganku?", tanya Riri tersenyum,
Pipi Fikri memerah secara tiba tiba melihat senyuman Riri
"haha kau sedang blushing?", ucap Riri meledek, lalu menatap Fikri dengan sangat dekat
"mengapa kau mengkhawatirkan ku?", tanya Riri lembut
"a-aku, a-aku, s-suka...", jawab Fikri gugup
"suka?",
"em, aku suka padamu Ri", jawab Fikri
"hah? kok bisa?", tanya Riri bingung
"apa aku butuh alasan untuk punya rasa denganmu?", tanya Fikri kesal
"ngga",
"lalu? mengapa kau bertanya?"
"hanya terkejut"
"kenapa terkejut?"
"apa aku butuh alasan untuk terkejut?", tanya Riri tersenyum
"tidak, tapi kau butuh alasan untuk selalu mendekatkan wajahmu itu ke aku", jawab Fikri
"kenapa aku butuh alasan? bukankah kau menyukaiku?", sahut Riri
"lihatlah, pipi mu yang semakin memerah itu", ucap Riri pelan
"sekali lagi pipiku memerah karnamu, kuberi kau hukuman", ucap Fikri
"silahkan sayang", ucap Riri pelan di leher Fikri, lalu pergi berlari ke arah tempat duduk mereka
Fikri yang masih terkejut dengan kalimat terakhir Riri, lalu berjalan pelan menyusul Riri, dan dia tampak sangat senang
"kau kenapa Fik?", tanya Hamdan melihat pipi Fikri yang masih memerah
"iya, kau habis ditampar Riri kah?", tanya Bryan
"nggaa", jawab Fikri sambil tersenyum senang
"lalu? kenapa pipimu memerah begitu?", tanya Selly dan Sisi serentak
"gapapa", sahut Fikri yang masih tersenyum senang sambil menatap Riri
"Ri, kau apakan kawan ku hah?", tanya Bryan
"ngefly", jawab Riri tertawa
Semuanya bingung melihat Fikri dan Riri, mereka lalu bersiap pulang karena hari sudah sore, lalu berfoto bersama
Dalam perjalanan pulang, sesekali Fikri menggenggam tangan Riri yang selalu bersemayam di kantong jaketnya itu, itu memang sudah menjadi kebiasaan Riri yang selalu memasukkan tangannya di jaket Fikri
Setelah mereka sampai dirumah Riri, ternyata rumah Riri sepi karena orangtua Riri pergi ke kampung, setelah semuanya pulang, Riri berjalan masuk dalam rumah, tak terasa sudah hampir gelap
Riri pun masuk kedalam rumah lalu dia mengunci semua pintu rumah dan jendela, lalu bergegas mandi. Setelah mandi, Riri masuk kekamar nya dan mengunci pintu kamar.
Bruk!
Riri menjatuhkan tubuhnya yang masih berbalut handuk itu ke atas ranjang, lalu menghela nafas panjang, lalu tersenyum mengingat kejadian dipantai tadi
"aku tak yakin dengan Fikri, dia fikir aku bodoh?", gumam Riri pelan
"tapi, kenapa pipinya menjadi sangat merah?", lanjutnya
"tapi tetap saja, aku tak kan tertipu", ucap Riri
*K**enapa Riri berkata begitu? sedingin itukah hatinya*?
Lalu suara dering ponsel Riri membuyarkan pikiran Riri, ada sebuah pesan masuk dari mama nya
"mama ga pulang malam ini, nenek sakit jadi mama masih disini, nanti uang jajanmu ditransfer ayah,"
"oke ma, berapa hari disana?"
"cuma 3 hari kok"
"oke ma"
*Riri m*enutup ponselnya
...
kira kira kenapa Riri masih tak percaya atas perasaan Fikri kepadanya?
kalian bisa menemukan jawabannya di Episode selanjutnya
Gumawoo >~<
bye bye guys >~<
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments