Satu pekan telah berlalu dengan sangat tenang, tak ada masalah apapun disekeliling Riri yang membuat suasana hatinya damai, sekitar jam 5 subuh Riri bangun, tapi begitu membuka matanya, dia sangat terkejut ketika melihat pesan yang ada dilayar ponselnya
"kak, kemarin kenapa gak datang latihan?"
Riri mengeryitkan dahinya, "hah?", ucapnya kaget. "astaghfirullah aku lupa, ini hari sabtu ya, astaghfirullah", ucap Riri. Dia pun bergegas kekamar mandi dan mandi, lalu sholat shubuh, pergi kedapur dan membuat sarapan.
Setelah selesai makan dia pun berlari kekamar dan mengganti bajunya dengan baju training, ternyata hari Kamis- Minggu adalah jadwal latihan paskibra karena akan ada perlombaan 3 bulan mendatang, dan dia adalah senior disana.
Walaupun sudah memiliki pelatih, namun kehadiran para senior dan purna itu adalah hal penting yang sudah menjadi tradisi di sekolah Riri
Latihan dimulai jam 8, dan sekarang sudah hampir jam 7 hanya kurang 5 menit saja lebih tepatnya, Riri pun segera bergegas berangkat
Namun langkahnya terhenti di depan pintu
"aku naik apa ini?", tanya nya pada diri sendiri. Karena kedua orangtua Riri sudah berangkat kerja sejak jam 6 tadi, dan tidak ada kendaraan dirumah Riri,
"udahlah jalan aja, toh juga masih lama", sambungnya. Lalu dia berhenti lagi,
"tapi kan lumayan jauh juga kesekolah jalan kaki", ucapnya lagi, dia pun mondar mandir didepan pintu rumahnya sekitar 3 menit, lalu membuat keputusan.
"sudahlah, jalan aja", ucapnya
Sudah lama berjalan kaki dan sudah hampir sampai, kira kira 200 meter lagi didepan adalah gerbang sekolahnya, lalu Riri melihat jam, sudah hampir jam 8, hanya kurang 3 menit saja, Riri pun masih santai berjalan, lalu tiba tiba teringat sesuatu
"astaghfirullah ini kan weekend", ucap Riri kaget, dia pun berlari kencang menuju gerbangnya
Lalu kenapa kalau weekend? ada apa dengan weekend? ada seorang purna yang datang setiap weekend dan dia adalah sosok yang sangat tegas dan disiplin dalam hal apapun, jika ada yang terlambat 1 menit saja dari jam pertemuan, tamatlah ceritamu.
Riri pun sampai didepan gerbang, berhenti sebentar untuk mengatur nafasnya, lalu berlari lagi mendekati lapangan, dia hanya fokus melihat kearah lapangan, dilihatnya beberapa senior seangkatannya dan purna sudah hadir dipinggir lapangan dan melakukan kegiatan dan tugas mereka masing masing.
Namun mata Riri masih berkeliling mencari seseorang.
"kok gak ada ya? apa gak datang ya?", gumam Riri, dilihat jam tangannya sudah jam 8 lewat 8 menit
"gak mungkin gak datang, gak mungkin juga terlambat, tapi dimana dia?", tanya Riri yang sedang berbicara sendiri sambil matanya terus mencari seseorang
"siapa yang gak datang? Gia Karina Syahputri?", ucap seseorang dengan nada deep voice dari belakang tubuh Riri,
Riri yang mendengarnya pun kaget, dan matanya membulat, karena dia mengenali pemilik suara tersebut, namun tak berani menoleh kebelakang
"****!", umpat Riri
"lihat sini", ucap seseorang dibelakang Riri,
Riri pun membalikkan badannya, dan melihat kakak purnanya ada didepannya dengan tatapan tajam, ekspresinya seakan mau menelan manusia hidup hidup.
Riri memang gadis yang dingin, namun lelaki yang ada didepannya saat ini, mampu membuat semua nyali Riri hilang.
"selamat pagi kak", ucap Riri dengan senyuman canggung
"pagi", jawab sosok tersebut dengan datar. "darimana Ri? dan sedang mencari apa tadi?", lanjutnya
"em itu kak, ee..., apa tadi yah lupa Riri", ucap Riri gugup, namun berusaha memberanikan diri
"ikut kakak ke aula"
"hah? tapi kak, kan semuanya lagi dilapangan kak, kenapa malah ke aula", ucap Riri bingung
Jadi aulanya itu di Lantai 2, sedangkan lapangan di lantai 1
"sekali lagi kamu bertanya, saya beri hukuman", ucap purnanya itu
"baik kak", Jawab Riri yg memilih diam
Sosok tersebut adalah seseorang yang sangat dikagumi oleh Riri, bernama Diovano Putra Wira Anggara, yang merupakan CEO dari perusahaan ternama di kotanya dan juga boss dari ayah Riri yang merupakan direktur di perusahaan Dio,
Dio adalah seseorang yang sangat disiplin dalam pekerjaannya, dan juga merupakan alumni sekolah SMA Triya Jaya Sakti, Riri sangat kagum kepadanya karena masih mau ikut serta untuk ekskul sekolah ini, padahal ini termasuk kegiatan yang tidak penting mengingat dirinya adalah seorang CEO dari perusahaan ternama dan jadwalnya yang sangat sibuk.
Dio lah alasan mengapa Riri masih mau ikut serta dalam ekskul ini, karena dia selalu dibully oleh teman seangkatannya sendiri yang membuatnya tidak betah saat latihan bersama
Riri mengikuti langkah Dio ke aula, namun saat ditangga perutnya tiba tiba nyeri karena berjalan hampir 1 jam ditambah lari lari sampai ke gerbang, Riri memang termasuk lemah fisiknya. Dia berhenti sebentar di tangga, karena Dio menyadari Riri berhenti
"kenapa?", tanya Dio
"gapapa kak", jawab Riri dengan ekspresi menahan sakit dan melanjutkan langkahnya menaiki tangga.
Namun di anak tangga kedua dari atas, justru sakitnya semakin bertambah, membuat Riri hilang keseimbangan, saat ingin berpegangan dengan pagar tangga namun tangannya tak sampai, lalu tergelincir jatuh dari tangga.
Bruk! Bruk! Bruk! Bruk!
Dio yang mendengarnya pun langsung membalikkan badan, lalu berlari turun
"astagfirullah Riri!!", Ucap Dio yang sedang panik
Riri yang jatuh, kesakitan dan kehilangan setengah kesadarannya karena kepalanya berulang kali menubruk anak tangga, dan berdarah tentunya
Darah Riri terus mengalir karena lukanya lumayan besar. Dio yang panik pun membopong Riri ke UKS sekolah, tapi justru UKS dalam keadaan terkunci karena sekolah sedang libur
"ahh shitt!!", bentak Dio yang sedang panik, lalu menendang pintu UKS
Riri yang meringis kesakitan dalam keadaan setengah sadar, membuat Dio semakin panik dan tak tau mesti berbuat apa, melihat darah dikepala Riri tak kunjung berhenti, dan air mata Riri menetes
"sabar ya Ri.. tahan dulu ya", ucap Dio berlari menuruni tangga dan sedang menuju parkiran
Semua orang terkejut melihat Dio yang sedang membopong Riri, dan lebih terkejut lagi saat melihat kepala Riri yang terus mengeluarkan darah
"kenapa ini?", tanya Fauzan yang melihat Riri meringis kesakitan
"ambil kunci mobil di kantong kiri celanaku, bawa mobilku, kita ke Rumah Sakit sekarang", jawab Dio yang sedang panik
Fauzan melakukan perintah Dio, dan berlari menuju mobil Dio
"emh", Riri yang masih setengah sadar dan meringis kesakitan di dalam mobil
"tahan ya Ri", ucap Dio yang masih panik karena darah di kepala Riri tak kunjung berhenti, lalu Riri pun hilang kesadaran
"Ri..., Riri... jawab Ri...", ucap kak Dio yang melihat Riri pingsan karena kekurangan darah
"zan, cepat zan", pinta Dio ke Fauzan yang juga ikut panik
Setelah sampai di RS, Riri segera mendapat perobatan, dahinya harus dijahit, dan dia di infus agar mendapat tenaga, setelah selesai Riri dipindahkan ke ruangan VIP atas perintah Dio,
Mengapa?
Karena Dio adalah pemilik RS tersebut.
Dio masih duduk dan menunggu Riri siuman, sudah hampir 3 jam sejak Riri pingsan, namun tak ada pertanda bahwa Riri akan siuman.
Setelah 4 jam berlalu, Riri membuka matanya, dan melihat dio yang sedang tertidur di kursi samping ranjang Riri. Dio pun terbangun
"alhamdulillah udah siuman", ucap Dio lega
"maaf ya kak", ucap Riri
"kenapa?", tanya Dio bingung
"udh ngerepotin kakak",
"oh tenang saja, aku sudah menyiapkan hukuman untukmu karena sudah sangat sangat merepotkanku", jawab Dio datar
"biaya sudah ku tanggung, nanti kau pulang dengan mobil yang sudah kusiapkan, pulang langsung kerumahmu, dan jangan menolak", ucap Dio berpura pura tidak khawatir ke Riri
Belum sempat Riri bertanya, Dio sudah bicara terlebih dahulu
"dan kau jangan berfikir aku khawatir denganmu, aku hanya menjalankan tanggung jawab sebagai kakak seniormu, jangan berfikir macam macam", ucap Dio agak gugup, lalu pergi meninggalkan ruangan Riri
Riri yang bingung dan tak mengerti sikap Dio, berjalan keluar, bersiap untuk pulang, dan benar saja, sudah ada yang menunggunya di luar pintu kamarnya
"ayok neng, mamang antar, saya disuruh mas Dio ngantar neng pulang", ucap mang Didi selaku supir pribadi Dio
"oh gausa mang, saya bisa sendiri kok", jawab Riri
"aduh neng, jangan nolak dong neng, entar saya yang dimarahin mas Dio, dia kalau sudah marah ngeri neng", bujuk mang Didi ke Riri
"em yauda deh mang", jawab Riri, karena dia sendiri juga tau gimana sikap Dio
Setelah sampai dirumah, Riri yang masih merasakan sakit dikepalanya itu langsung masuk ke dalam rumah
"makasih banyak ya mang", ucap Riri kepada mang Didi
"iya neng sama sama", jawab mang Didi
Mobil mang Didi pun pergi meninggalkan rumah Riri, Riri pun masuk ke dalam rumah lalu pergi kekamarnya untuk beristirahat. Saat ingin memejamkan matanya, handphone Riri berdering
"halo ma", ucap Riri
"tadi mama dapat kabar katanya kamu jatuh dari tangga disekolah, benarkah itu Ri?, jawab mama Riri
"iya ma", sahut Riri dengan nada datar
"yasudah kamu tunggu dirumah ya, mama telfon dokter dulu biar meriksa kamu",
"ga perlu ma, aku sudah ke rumah sakit tadi, lagi pula hanya luka kecil dan tidak serius",
"benarkah itu?"
"iya mam".
"yasudah kalo begitu, mama tutup telfonnya ya, mama sebentar lagi ada meeting, ohiya, mama juga lembur malam ini, kamu bisa masak makan malammu sendiri kan? atau mau mama pesankan online?", ucap mama memberi tawaran ke Riri
"gaperlu ma", sahut Riri singkat
"yasudah kalo gitu, mama tutup ya, dahh",
Riri dengan kesal langsung mematikan telfon itu tanpa menjawab kalimat terakhir mamanya
"lembur? lagi? hah!. mama tau aku sedang sakit tapi justru masih memikirkan pekerjaannya?! Tak bisakah dia memberiku sedikit waktu nya itu?!", ucap Riri yang sedang marah
Riri mencampakkan handphonenya itu ke sofa lalu tertidur dengan keadaan pipi yang dibasahi air mata. Dia sangat sedih karena orangtua nya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka masing masing, pergi pagi pulang malam, sangat jarang ada waktu untuk Riri
*Di episode selanjutnya aku bakal kasih visualnya ya
S**ampai jumpa di Episode selanjutnya ya*,
Bye bye >~<
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments