... 🍂🍂🍂...
Nisha berjalan menuju kamarnya setelah ia puas bermain di pantai. Ia segera membersihkan diri lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk villa.
Nisha menelepon teman-temannya yang entah bagaimana ceritanya, kakek Nisha memesankan kamar villa yang cukup jauh dari kamarnya. Dewi dan Lala tak mengangkat panggilan darinya.
Karena sudah lapar, Nisha memesan makan malam melalui aplikasi 'good food' dari ponselnya. Sambil menunggu pesanan datang, Nisha membuka buku yang selalu dibawanya kemanapun dia pergi.
Buku yang membuatnya selalu menangis haru dengan kisah tokoh didalamnya. Meski hanya kisah fiksi, entah kenapa jiwa ceria Nisha langsung melow jika membaca buku itu.
Tak lama pesanannya pun datang. Nisha mengeluarkan uang satu lembar seratus ribuan untuk membauar pesanannya.
Nisha menikmati makan malam sendirian sambil menonton televisi. Usai menyantap habis makan malamnya, Nisha kembali membaca buku.
"Hoooaaammmm! Rasanya aku lelah sekali. Mungkin karena tadi aku terlalu lama bermain di pantai."
Nisha mulai memejamkan mata karena sudah tak kuat menahan kantuknya.
Waktu menunjukkan pukul sebelas malam kala Nisha mendengar seseorang menggedor pintu kamarnya.
"Duh, siapa sih malam-malam begini berisik?!"
Mau tak mau Nisha membuka matanya lalu berjalan ke arah pintu. Ia akan memarahi orang yang sudah berani mengganggu tidurnya.
Cekleeeekkk
"Maaf, nona, bisa saya pinjam dapur anda? Saya butuh air panas untuk membuat kopi." ucap tamu tengah malam Nisha yang ternyata seorang pria.
Seketika rasa kantuk Nisha hilang kala melihat pria jangkung dengan badan tegap dan wajah bule, mata belo, lalu sedikit jambang menghiasi rahang tegasnya. Nisha mengerjap beberapa kali untuk meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi.
"Halo, Nona..." Pria yang tak lain adalah Hernan melambaikan tangannya di depan wajah Nisha.
"Ah, iya. Ada apa tuan?" tanya Nisha yang baru kembali ke alam nyata.
"Saya ingin pinjam dapur anda. Bolehkah?"
Nisha mengeryit dan memperhatikan dengan seksama pria dihadapannya itu.
"Tenang saja! Saya bukan orang jahat! Saya hanya ingin membuat kopi." tegas Hernan sekali lagi.
"Hmm, baiklah. Dapurnya ada di sebelah..." Belum selesai Nisha mengucap kalimatnya, Pria itu langsung masuk melewati tubuh Nisha.
Lagi-lagi Nisha tak fokus karena terbius ketampanan tamu tengah malamnya. Ia segera mengejar pria itu.
"Eh, tunggu!" Nisha makin menautkan alisnya kala melihat pria itu telah tiba di dapur dan mencari mesin pembuat kopi di lemari tanpa harus bertanya lebih dahulu pada Nisha. Dan memang Nisha tidak tahu dimana letak semua benda-benda itu.
Nisha hanya memperhatikan tamunya dengan tangan bersedekap. Nisha menggeleng kala melihat betapa lihainya pria ini meracik kopi.
"Kau mau?" tanya Hernan.
"Eh?"
"Kau mau kopi?" Hernan mulai kesal karena selalu mengulangi kalimatnya.
"Ah, tidak. Terima kasih." balas Nisha dengan melambaikan cepat kedua tangannya.
Usai membuat kopi, Hernan duduk di sofa nyaman di kamar Nisha. Ia menghirup aroma kopi sebelum menyesap kopinya perlahan. Nisha hanya memperhatikan tingkah Hernan yang menurutnya aneh.
"Emmm, maaf tuan. Bukannya saya tidak sopan. Tapi, ini sudah malam. Bukankah sebaiknya tuan kembali ke kamar tuan?"
Hernan menatap mendelik ke arah Nisha. "Ini adalah kamar saya!" tegas Hernan.
"Heh?! Mana ada?! Ini kamar saya! Dan juga, villa ini milik kakek saya!" tegas Nisha tak mau kalah.
"What?! Kakek kamu? Jangan bermimpi, nona! Villa ini milik saya!"
"Anda yang jangan bermimpi! Jelas-jelas villa ini milik kakek saya!"
Hernan mulai kesal menghadapi gadis yang duduk berhadapan dengannya ini.
"Dengar, nona. Jika kau tidak percaya, silahkan cek di aplikasi Gugel, anda akan melihat nama saya adalah pemilik villa ini."
Nisha juga bertambah kesal dengan sikap Hernan. Ia tak akan menyerah begitu saja.
"Masih ingin bukti? Baiklah. Villa ini dibangun dengan konsep seorang putri yang berada di negeri dongeng. Di dominasi warna pastel yang indah dan dilengkapi fasilitas nomor satu di daerah Bali."
"Hei, tuan! Hanya begitu saja aku juga tahu jika villa ini dilengkapi fasilitas yang sangat mewah. Bahkan nomor satu!"
"Hmm, baiklah. Silahkan cek ponselmu saja. Cari tahu siapa pemilik villa One Star ini."
"Oke! Baiklah!" Nisha mengetik sesuatu di ponselnya. Dan muncullah foto dan nama pemilik villa One Star yang dimaksud.
Nisha menutup mulutnya tak percaya jika yang dikatakan tamunya ini semuanya benar.
"Ja-jadi namamu... Andromeda Hernandez?"
Hernan hanya mengangguk pelan.
Nisha kembali melihat foto di ponselnya dan mencocokkan dengan orang yang ada didepannya. Benar mereka adalah orang yang sama.
"Ja-jadi... Aku salah masuk kamar?" Nisha menunduk dengan rasa malu yang amat besar.
Nisha mencari nama kakeknya di kontak ponsel dan berusaha menghubunginya. Namun berkali-kali Nisha menelepon, kakeknya tak jua mengangkat.
"Ini sudah malam, nona. Sepertinya kakek anda sudah tidur." ucap Hernan.
"Baiklah. Kalau begitu besok saya akan berkemas dan pindah dari sini. Lalu... saya juga akan membayar sewanya pada anda."
Hernan memandangi gadis di depannya dengan seksama sambil bersedekap. Entah kenapa tiba-tiba ide jahil terlintas di pikirannya.
"Kau tidak perlu pindah, Nona. Kau juga tidak perlu membayar sewanya."
"Eh? Maksud tuan?"
"Ck, jangan memanggilku tuan! Panggil saja Hernan."
"Oh, baik Andro..."
"Hei, Hernan bukan Andro!"
"Tapi namamu kan Andromeda, apa salahnya jika aku memanggilmu Andro."
"Tapi aku tidak suka! Turuti saja perintahku, atau kau bisa kutuntut karena masuk ke villa orang tanpa ijin."
"Heh?! Ja-jangan! Kumohon jangan!" Nisha memohon dengan mata berkaca-kaca.
"Bagus! Besok bersiaplah! Kau punya baju yang bagus kan?"
"Heh? Apa maksudnya?"
"Dilihat dari penampilanmu... Kau bukan gadis dari kalangan biasa."
Nisha mendelik tajam ke arah Hernan.
"Baiklah, sudah malam. Aku harus segera kembali ke kamarku. Tidurlah! Jangan sampai matamu bengkak karena kurang tidur."
Hernan melangkah pergi dari kamar Nisha dengan melambaikan tangan. Sedang Nisha masih tak paham dengan situasi yang sedang dihadapinya saat ini.
Bagaimana bisa kakek melakukan kesalahan seperti ini? Apa kakek memang sengaja? Rasanya tidak mungkin...
.
.
.
.
Flashback
Hernan yang merasa amat kesal dengan sikap Asha, hanya bisa mengurung diri di kamarnya. Ia sudah tahu jika Asha tidak akan bisa memilih diantara dirinya dan Dirga. Selalu saja alasan yang sama yang selalu Asha katakan.
Hernan makin tak karun kala mendengar suara cempreng seorang gadis yang menyanyi dari arah samping kamar villanya. Setahunya kamar sebelah kosong. Karena memang kamar itu Hernan rancang khusus untuk seseorang yang
berharga di hidupnya.
Hernan segera keluar kamar untuk melihat apakah yang didengarnya suara manusia atau....?
Hernan membulatkan mata saat tahu jika yang sedang membuka kunci kamar vilanya adalah gadis yang tadi dilihatnya di pantai. Gadis yang dengan senyum lebarnya bermain bersama ombak.
Hernan memutar otaknya. Ia harus mencari tahu bagaimana bisa vila spesial miliknya di tempati oleh orang yang tak dikenalnya. Kemudian tercetuslah ide jika ia akan mendatangi kamar itu dan membuat gadis itu terkejut oleh kehadiran Hernan di tengah malam.
...🍂🍂🍂...
bersambung...
jempolnya jangan lupa digoyang ya gaess 👍👍😀😀😘😘
thank you
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Your name
Kejutan Herman sukses banget, kayaknya kalau main film cocok tuh. Aktingnya lho...
2022-02-21
1
Isnanto Fajar Nugroho
good food, 🤔 kayak kenal
2021-10-22
1
Nyai Bar Bar
Herman sih jadi ingat mantan 🤭
2021-09-14
1