Petang menyambut, cahaya mentari yang semula menampakkan dirinya, kini mulai terlihat malu-malu kembali ke peraduannya, bergantian dengam awan yang berwarna kemerahan menyelimuti langit di kota Seoul saat itu.
"Gyaa, aku pamit pulang ya." ujar Della meraih tas selempang dan juga ponselnya yang tergeletak di atas meja ruang tamu apartemet Agya.
"Kau tidak jadi bermalam di sini?" Agya yang semula membersihkan ruang keluarga kini melangkahkan kakinya menuju ruang tamu yang hanya berbataskan lemari kaca.
"Mamiku baru saja mengirimkanku pesan, katanya neneku masuk rumah sakit lagi."
"Benarkah?" Mata Agya tampak melebar karena keterkejutannya.
"Iyaa, Gya. Maaf ya, aku tidak bisa menemanimu malam ini. Tapi aku janji lain kali aku akan bermalam di sini." Della mengusap lembut lengan sahabatnya tersebut, sebelum kemudian ia memeluk Agya singkat dan berpamitan untuk pergi dari sana.
Sepeninggalan Della, Agya kembali melanjutkan aktifitasnya membersihkan apartemennya yang sudah sangat berdebu karena ditinggal selama beberapa bulan.
"Ahh, ini sangat melelahkan sekali." Agya merebahkan tubuhnya di sofa, merasa sangat lelah. Walaupun apartemennya tidak cukup besar namun membuat Agya kewalahan saat membersihkannya, untung ada Della juga yang mau membantunya tadi.
Kruukkruukk, bunyi yang bersumber dari perut Agya mengharuskan wanita itu bangun dari tidurnya. Sejak siang ia belum memasukan apapun ke dalam perutnya.
"Astaga, aku belum belanja bahan makanan untuk nanti malam." sungutnya beranjak bangun kemudian melangkah menuju kamarnya.
**
15 menit berlalu, Agya keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan menggunakan juba mandi yang menutupi tubuh putihnya tersebut, pun handuk yang melilit di kepalanya. Wanita itu meraih ponselnya yang baru saja terdengar notif pesan masuk.
"Darrel?" gumamnya mengerutkan dahinya seraya membaca pesan dari pria yang merupakan teman kampusnya.
Apa kau sudah tiba di Korea?
Aku membawakan sesuatu untukmu
Bisakah kita bertemu di Frame Cafe sekarang? ~Darrel
"Dia sudah kembali dari Amerika?" gumam Agya, mendudukan tubuhnya di tepi tempat tidur, melirik ke arah jam yang menggantung di dinding. Sudah hampir pukul 8 malam.
Agya kembali memusatkan perhatiannya pada layar ponselnya seraya menekan huruf demi huruf yang berada pada keyboard ponselnya.
Iya Darrel, aku baru saja tiba di apartementku sore tadi.
Eum, maaf ya. Aku sangat lelah sekali. Aku tidak bisa menemui malam ini. Kita bisa bertemu besok saja di kampus. ~Agya
Tak butuh waktu lama, ponsel Agya kembali berbunyi tanda notif pesan masuk dari Darrel tentunya
Oh baiklah, maaf telah mengganggu istirahatmu
Aku akan memberikannya besok saja di kampus ~Darrel
Iya, maaf ya Darrel. ~ Agya.
Tidak apa-apa. Selamat beristirahat, good night Gyaa. ~ Darrel
Agya masih belum mengalihkan perhatiannya dari layar ponselnya, "Dia memanggilku Gyaa?" Senyuman di bibir Agya mengembang dengan lebar. Sudah sejak lama Agya memendam rasa pada pria itu, namun ia tidak menampakannya karena ia merasa bersalah pernah menjadikan Darrel korban dari androphobianya.
Pun Darrel tetap berusaha dan berjuang untuk mendekati Agya. Walaupun wanita itu selalu menjauhinya.
Krukkkruukk, perut Agya kembali berbunyi minta agar segera di isi.
"Perutku sayang, sabar ya." gumam Agya mengusap-usap lembut perutnya agar sedikit bersabar. Agya meletakan ponselnya ke sembarang tempat, lalu beranjak menuju lemari dan mengganti pakaiannya.
**
Langkah kaki Agya berhenti tepat di salah satu minimarket yang tidak jauh dari apartementnya, "Apa aku harus memakan rameyon lagi?" gumamnya mendorong pintu kaca yang ada di hadapannya lalu masuk ke dalam minimarket tersebut untuk membeli keperluan dapurnya.
Seusai mengambil beberapa bungkus mie ramyeon. Agya langsung membayarnya di kasir lalu kembali ke apartementnya dengan berjalan kaki.
Agya mengeratkan jaket tebal yang dipakainnya, merasakan hembusan angin malam yang mencoba menelusup masuk dan menusuk kulitnya. Ia terus melangkahkan kakinya menuju ke apartementnya, namun saat hendak menapakan kakinya ke anak tangga tiba-tiba langkah kaki wanita itu terhenti saat merasakan seseorang sedang membututinya. Dengan segera Agya menoleh ke belakangnya, namun tidak ada seorangpun di sana, hanya suara dedaunan yang berjatuhan karena tertiup angin.
"Siapa?" ucapnya mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Agya mengela napas seraya mengusap-usap dadanya berusaha untuk tetap tenang dan menghilangkan rasa takutnya. Wanita itu kembali menapakan kakinya ke anak tangga yang berada di depan apartmentnya, merogoh saku jektnya untuk mengambil kunci pintu apartementnya dengan buru-buru.
***
Di belahan bumi lainnya tepatnya di kota Tokyo, seorang pria yang baru saja menyelesaikan pertemuaannya dengan rekan bisnisnya segera kembali ke kamarnya, suite room yang telah di tempatinya sejak siang tadi.
"Tuan Dev, suruhan anda telah melaporkan jika gadis itu tinggal di salah satu apartemen yang berada di Gwanak-gu." ucap sekertaris Kim, Dev yang semula berdiri di dekat jendela kaca yang menampakan kota Tokyo, kini melangkah menuju sofa lalu mendaratkan tubuhnya di sana.
"Kerja yang bagus." gumamnya tersenyum sinis, seolah tidak sabar memberikan pelajaran terhadap gadis itu, gadis yang telah menginjak harga dirinya. Hem astaga, padahal Agya tidak sengaja. Namun itulah Dev, seorang pria pendendam, ia tidak akan melepaskan seseorang sampai ia merasa puas. Sungguh tidak akan lama lagi Agya akan mengalami kemalangan.
"Besok pagi kita akan kembali ke Korea." ujar Dev kemudian.
"Tapi tuan, bukankah tuan mau ke rumah tuan Alden?"
"Huh." Deva mendengus, ia melupakan hal itu. "Baiklah, kita kembali ke Korea besok sore." Sekertaris Kim menganggukan kepalanya.
"Saya telah menyiapkan air hangat untuk Tuan. Tuan bisa beredam sekarang."
"Baiklah, tinggalkan aku sekarang." Dev menjentikan tangannya mengisyaratkan agar sekertaris Kim dan juga dua ajudannya meninggalkan kamarnya.
"Jika tuan membutuhkan sesuatu--."
"Tidak, aku tidak membutuhkan apapun lagi. Keluarlah." pintanya,
"Baik tuan." Sekertaris Kim membungkukan badannya singkat lalu berlalu dari sana, meninggalkan tuan mudanya yang tengah sibuk dengan ponselnya.
***
Pagi setelahnya, suara klakson motor membuat Agya sedikit berlari keluar dari dalam apartementnya. Dilihatnya Della yang tengah tersenyum lebar ke arahnya.
"Della, bisakah kau tidak berisik sepagi ini." cetus Agya seraya menuruni anak tangga yang ada di hadapannya.
"Hehehe, lagian kau berdandan lama sekali. Ayo naik." Della menyodorkan helm kepada sahabatnya tersebut, kemudian ia melajukan motor maticnya menuju kampus yang tinggal berjarak beberapa kilo lagi.
20 menit kemudian, Agya dan Della telah tiba di Seoul xxx University, kampus yang tidak lama lagi akan mereka tinggalkan karena akan segera lulus.
Hidung Agya menghirup dalam-dalam udara di pagi itu, udara yang masih sangat sejuk di indra penciumannya.
"Aku masih belum rela jika meninggalkan kampus ini setelah lulus." ucap Della menatap gedung Seoul xxx University yang ada di depannya saat ini.
"Ya sudah, kau jangan buru-buru lulus agar kau bisa tinggal lebih lama." Della menolehkan kepalanya menatap Agya yang berdiri di sampingnya. "Tapi aku sudah sangat lelah kuliah, aku ingin segera menyelesaikannya agar aku bisa menjadi model atau tidak aku bisa menjadi bagian dari Wilantara Group." ucapnya. Seketika Agya menolehkan kepalanya, "Ini sudah pagi, bangunlah. Kau terlalu lama bermimpi." semburnya mengacak rambut Della lalu melangkahkan kakinya dengan buru-buru.
"Gyaaa, You ruined my hair." ketus Della seraya merapikan kembali rambutnya yang berantakan.
.
.
.
.
Bersambung..
Darrel Jonathan Wesley
Della Adelina Callie
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Candra Ningtyas
pinter othor nya nyari visual nya kerren2 bingit
2022-02-13
0
Raditya Hafiz
visual"nya semua keren2 banget thorr, apalagi visual"nya agya, agku ngefans banget ma dia 🥰
2022-01-12
1
🎀☘ᴀɴɪͪ ʀͦʜᷤᴏͭᴍͤᴀᷝ𝗩⃝🌟🦇💳
Ya ampun visual nya keren2 Thor😍
2021-07-13
2