"Tuan Dev, saya sudah mendapatkan data informasi mengenai gadis yang men--."
Dev mengangkat salah satu tangannya, mengisyaratkan agar sekertaris Kim tidak melanjutkan ucapannya ataupun membahas kembali kejadian memalukan tadi.
Seolah tahu maksud dari Tuannya, Sekertaris Kim langsung memberitahukan identitas wanita yang telah menabrak dan menendang Dev di bandara tadi.
"Ehm, Baik tuan. Gadis itu bernama Agya Artika Wardana, dia seorang Mahasiswi yang mendapat beasiswa di Seoul xxx University. Dia---."
"Tunggu." ujar Dev, ia menoleh ke arah sekertaris Kim yang berdiri di sampingnya, "Seoul xxx University?" tanyanya kemudian.
"Iya tuan." ucapan sekertaris Kim membuat Deva menarik sudut bibirnya membentuk senyuman yang nyaris tak terlihat, seolah telah menemukan kelemahan gadis itu, gadis yang akan menjadi mainan barunya.
"Kau yang lebih dulu mencari masalah denganku. Lihatlah, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Kau harus membayar mahal harga diriku yang kau permalukan di tempat umum." batin Dev, pria itu masih tersenyum namun senyuman itu berubah lebih sinis dan penuh amarah.
"Berapa jam lagi kita tiba di Jepang?" tanya Dev melipat salah satu kakinya di atas pahanya, seraya merenggangkan otot punggungnya yang terasa kaku karena terlalu lama duduk di pesawat yang saat ini masih mengudara.
"Kurang lebih 20 menit lagi tuan."
"Baiklah, kau boleh pergi." ujar Dev menjentikan tangannya menyuruh agar sekertaris Kim tidak menganggunya lagi, namun sebelum sekertaris pergi dari sana, ia meminta i-pad yang dipegang pria yang memiliki usia 3 tahun lebih tua darinya.
Dev menggulir layar i-pad yang baru saja berpindah ke tangannya. Memerhatikan gambar seorang gadis yang memenuhi layar i-pad tersebut.
"Dia tinggal di perumahan gwanak-gu." gumam Dev, mematikan layar i-padnya.
***
45 menit berlalu, kini Dev sudah berada di salah satu hotel bintang 5 miliknya di Tokyo, hotel yang terletak di Minato City dan tidak jauh dengan pusat Tokyo tower.
"Sekertaris Kim." panggil Dev seraya merebahkan tubuhnya di atas kasur yang berukuran king size.
Memahami apa yang diinginkan Dev, sekertaris Kim langsung berjalan mendekat ke arah tempat tidur, "Tuan Dev, bisa beristirahat dulu. Meetingnya akan di mulai pukul 7 malam." ucap sekertaris Kim berdiri di samping tempat tidur seraya menatap Dev yang tengah memejamkan matanya.
"Apa kau memberi tahu Alena jika aku ke sini?" Kelopak mata Dev terpisah, kemudian ia beranjak bangun dari tidurnya, menatap sekertaris Kim yang hanya diam membisu. "Huh, menyebalkan. Kenapa kau memberitahunya? Aku begitu malas sekali menemuinya."
"Maaf tuan, Nyonya Valerie yang memberi tahu nona Alena jika tuan sedang berada di Jepang." Sekertaris Kim menundukan kepalanya, takut jika tuan mudanya itu memarahinya.
"Mamii." Dev mendengus seraya memijat-mijat kepalanya yang terasa pening, kenapa mamanya harus memberitahu Alena. Rasanya Dev ingin kembali ke Korea saat itu juga, ia sangat tidak ingin bertemu kekasihnya tersebut.
"Tuan Dev, nona Alena sedang dalam perjalan kemari."
"Shitt, keluarlah. Suruh dia menunggu di restoran, jangan biarkan dia masuk ke dalam kamarku." seru Dev turun dari atas tempat tidur lalu melangkah menuju kamar mandi.
***
"Maaf nona Alena, tapi tuan Dev menyuruh anda untuk menunggu di restoran hotel ini." ujar sekertaris Kim yang tengah berdiri di depan pintu kamar Dev, mencoba mencegah Alena yang memaksa masuk.
"Sekertaris Kim, apa hakmu mencegahku. Aku mau menemui calon tunanganku." cetus Alena menatap sekertaris Kim dengan tatapan kesal.
"Maaf nona, sebaiknya nona menunggu saja di restoran jika nona masih ingin bertemu dengan tuan Dev." ucapan sekertaris Kim membuat wajah Alena menjadi masam, diikuti dengan hentakan kakinya. Mau tidak mau, ia harus mengikuti perkataan sekertaris Kim, karena jika dirinya tetap memaksa masuk, Dev akan marah padanya dan tidak akan mau bertemu dengannya lagi. Huh, Alena juga tidak mengerti kenapa Dev belum juga mencintainya dan menjadikannya sebagai prioritasnya.
Sudah hampir 5 tahun Dev menjalin hubungan dengan Alena namun Alena belum pernah merasakan kasih sayang yang tulus dari Dev, mungkin jika bukan karena bantuan Nyonya Valerie, Alena tidak mungkin berpacaran dengan Dev sampai saat ini.
"Hallo sayang, apa kau sudah bertemu dengan Deva?" tanya Nyonya Valerie yang baru saja menjawab panggilan telpon dari calon menantunya tersebut.
"Belum Ma, sekertaris Kim melarangku masuk ke dalam kamar Deva dan malah menyuruhku menunggu di restoran." keluh Alena dengan nada manja yang dibuat-buat. Wanita itu menarik kursi restoran dengan kasar kemudian mendudukan tubuhnya di sana.
"Astaga, sekertaris sialan itu. Sabar ya sayang, kau tahu sendiri jika Deva tidak suka dipaksa. Mami sudah sangat bersyukur karena Deva mau menemuimu."
"Iya Ma, Alena selalu sabar kok."
"Oh iya nak, bagaimana kabar mamimu? Sudah lama dia tidak ke sini." Alena memutar kedua bola matanya, merasa bosan jika calon mertuanya itu membahas hal lain.
"Mamiku baik-baik saja kok Ma. Mami sedang sibuk mengurus boutique barunya yang baru akan diresmikan bulan depan. Untuk itu Mami tidak ke Korea dulu."
"Wah benarkah?"
"Iya Ma, Mami jangan lupa datang ya ke acara peresmian butik Mamiku bulan depan."
"Mami akan datang." ucap Nyonya Valerie antusias.
"Bersama Deva kan Ma."
"Iya sayang, Mami akan mengajak Deva nanti."
"Makasih Ma. Ehm Ma, sudah dulu ya. Deva sudah kemari." ujar Alena, melihat Dev yang sudah berdiri di sampingnya dengan posisi kedua tangannya yang dimasukan ke dalam saku celananya.
"Baiklah nak, nikmati waktumu dengan baik bersama Deva."
"Baik Ma, see you."
"See you Baby." Alena memutuskan sambungan teleponnya kemudian ia beranjak dari duduknya dan langsung membenamkan tubuhnya ke dalam pelukan Dev.
"Honeyy, aku sangat merindukanmu. Sudah dua bulan kita tidak bertemu, kau juga jarang menjawab panggilan teleponku." Dev memutar kedua bola matanya, ia melepas pelukan Alena kemudian menarik kursi dan mendaratkan tubuhnya di sana.
"Kau terlalu berlebihan. Kau tahu sendirikan aku sangat sibuk akhir-akhir ini. Jangan terlalu manja." cetusnya, seketika bibir Alena mengerucut. Dev masih sama seperti yang ia temui 5 tahun lalu, pria dingin dan tidak berperasaan.
"Deva, ayo kita ke rumah. Papa ingin bertemu denganmu."
"Kau memberitahu papamu jika aku kemari?" tanyanya menatap Alena tajam. Alena langsung mengangguk, ia sengaja meberitahu Papanya dengan begitu Papanya pasti akan meminta Dev untuk tinggal di rumah mereka.
"Huh, aku sangat sibuk sekali. Aku tidak bisa ke rumahmu."
"Tapi Deva, Papa sudah berharap jika kau akan ke rumah." ujar Alena mengusap tangan kekasihnya yang berada di atas meja.
Napas Dev berembus ke udara dengan kasar, sebelum kemudian ia berkata, "Aku akan ke rumahmu besok."
"Kenapa--." Tatapan tajam Dev membuat Alena yang semula ingin berkomentar kini terurungkan.
"Huh, baiklah. Aku akan menunggumu besok di rumah." ujar Alena beranjak dari duduknya.
"Aku pamit pulang dulu. Bye, See you honey." Alena mengecup singkat pipi Dev lalu meraih tasnya yang tergeletak di atas meja, kemudian berlalu pergi dari sana.
"Menjijikan." Dev meraih tissue yang berada di hadapannya, menghapus bekas lipstik Alena yang menempel di pipinya.
"Tuan Dev. Apa tuan ingin memesan makanan?" tanya sekertaris Kim yang baru saja menghampiri Dev.
"Tidak, aku mau kembali ke kamar." Dev beranjak dari duduknya, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan restorant tersebut. Diikuti oleh sekertaris Kim tentunya.
Alena Valencia Madiason
.
.
.
.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Elyumam
thor deva, alena, dela vlery asli org mna kok nmanya ga ada2 korea, tpi ntp d korea
2022-02-07
0
🎀☘ᴀɴɪͪ ʀͦʜᷤᴏͭᴍͤᴀᷝ𝗩⃝🌟🦇💳
seru Thor😍
nanti Gya malah bakal jadi mainan baru Deva....tapi nanti malah jatuh cinta bneran kek nya ya😂...
2021-07-13
2
Restviani
next ..
2021-07-12
0