Kevin dan Lisa sampai di rumah sakit ,ketika jam makan siang. Lisa tidak ada merasakan lapar sekarang. Situasi hatinya membuatnya tidak selera untuk makan.
Ketika masuk keruangan inap Merry, seorang wanita cantik duduk menemani mamanya.
Merry menyambut mereka walau dengan posisi duduk ditempat tidur "kalian sudah kembali?"
Lisa mengangguk sambil menunjukkan dua buku nikah kepada mamanya tanpa senyum diwajahnya
Kevin menyapa wanita lain dikamar itu "mami, sudah datang?"
Lisa melihat kearah wanita cantik yang duduk disebelah tempat tidur mamanya.
"kenalkan ini, mami aku namanya Caroline."
Lisa terkejut, ternyata ini adalah sosok wanita yang selama ini sangat ingin dia temui. Benar-benar cantik, wajahnya masih sangat kencang seperti masih baru berumur 30 tahun. cara berpakaian dan bentuk tubuhnya benar-benar tidak ada yang percaya kalau wanita ini mami Kevin.' batin Lisa Tidak sangka bisa bertemu dengannya juga
"selamat siang" ujar Lisa sambil membungkukkan badannya.
Caroline bangkit dari tempat duduknya dan memeluk Lisa."senang sekali akhirnya Mami bisa bertemu dengan kamu nak."
Lisa membalas pelukan Caroline dan berkata " Lisa sangat senang bertemu dengan tante
Caroline dengan cepat melepas pelukannya. "bukan tante, tapi mami. Bukan kah kalian hari ini sudah resmi menikah??" Caroline protes dengan Lisa sambil tersenyum.
Lisa tersenyum getir, "maaf...tan.... eh maksud Lisa mami." Lisa terbata-bata dengan kalimatnya.
"Nah, begitu dong, kan enak didengar." puji Caroline
Lisa memperhatikan wajah mamanya, beberapa jam yang lalu ketika dia sampai di rumah sakit wajah mamanya pucat pasih. Sekarang wajahnya lebih cerah.
'apakah pernikahan memang begitu efektif terhadap penyakit mamanya' pikir Lisa
Caroline mengajak Lisa ke sofa yang ada dikamar inap mamanya "ayo kalian berdua makan dulu."
Dimeja makan sudah sediakan makan siang oleh Caroline. "tadi mami masak, sebelum kemari. Maaf, masakannya seadanya. Seharusnya mami masak lebih banyak. Jika tahu kalian akan menikah hari ini."
Lisa dan Kevin mulai makan, sebenarnya Lisa kehilangan nafsu makannya. Tapi bagaimana pun semua orang sudah bersusah payah untuk makanan hari ini dan tidak boleh dibuang sia-sia.
"masakan mami benar-benar enak." puji Lisa.
"terima kasih sayang, menantu ku memang bermulut manis dan cantik." balas Caroline sambil tersenyum
"Kevin minta bantuan mama dan mami" Kevin berbicara dengan serius membuat suasana ruangan menjadi tegang
"kenapa nak?" tanya Caroline
"menantu mami, tidak mau menerima ATM pemberian suaminya." Kevin berbicara sambil menunjukkan atm ditanganya.
Caroline dan Merry saling bertukar pandangan. Kemudian secara bersamaan melihat kearah Lisa.
Lisa yang memang tidak selera makan, tiba-tiba lupa bagaimana cara menelan makanan.
Caroline mendatangi Lisa dan duduk disebelahnya Caroline melihat Kevin didepannya kemudian memandang Lisa sambil memegang tangannya.
"Lisa, mami tahu. Lisa adalah anak yang mandiri. Anak yang kuat,tapi sekarang, Lisa sudah menikah dengan Kevin. Kevin akan bertanggung jawab dengan hidup Lisa dan mama." Caroline berusaha meyakinkan Lisa
Lisa tertunduk tidak bersuara. Lisa berusaha agar air matanya tidak keluar. "tapi......" Lisa menghentikan bicaranya. Luka itu terlalu sakit untuk diceritakan dan bahkan diingat pun sungguh tak layak.
"papa tahu, kalian berdua melewati banyak kesulitan. Ini semua salah papa." Ujar Santoso, papa Kevin yang baru tiba dan sudah didepan pintu kamar bersama Frans.
Santoso berjalan kearah sofa dan duduk disebelah Kevin. Santoso memegang tangan Lisa dan Caroline.
"Harusnya saat itu papa membawa kamu dan mamamu bersama kami. Papa tidak menyangka om kamu tega melakukan hal itu. Seandainya papa datang lebih cepat beberapa jam.." Santoso tidak dapat menahan air matanya.
Dia seorang pria bertubuh gempal. Berwajah indo dan sangat berkarisma. Wajahnya yang datar,seolah tidaklah mungkin apabila dia bisa menangis seperti sekarang ini.
"Papa akan pastikan tidak akan ada yang berani menyentuh kalian saat ini sampai seterusnya. Dan papa sangat berterima kasih, akhirnya kamu menggunakan buku tabungan yang papa berikan ke kamu dulu. Karena kami sudah 15 tahun mencari keberadaan kalian.
"
Lisa hanya tertunduk dan air matanya mulai mengalir dipipinya. Caroline menghapus air mata di pipi Lisa dengan ibu jarinya.
Lisa tidak ingin mengingat peristiwa 15 tahun yang lalu, bagaimana ia perlakukan tidak manusiawi oleh keluarga ayahnya sendiri.
Lisa dan Merry diusir dari rumah milik ayahnya. Mereka yang rakus harta harus mengorbankan Lisa dan mamanya. Tanpa uang dan makanan, mereka dikeluarkan dari rumah. Baju dibuang begitu saja berserakan di tanah, hujan deras, bahkan foto keluarga mereka dibuang seperti membuang sampah. Hati Lisa sangat sakit karena mereka memperlakukan mamanya seperti binatang. Lisa melihat mamanya memohon sambil memegang kaki keluarga papanya untuk meminta belas kasihan. Tapi mereka tidak memperdulikannya. Mereka mendorong Merry dan menutup pintu rumah dengan kuat.
Lisa melihat mamanya mengumpulkan baju mereka. Sedangkan Lisa hanya terdiam menyaksikan kerasnya hidup diusia 5 tahun sambil memeluk erat foto keluarganya, Bagaimana pun hanya foto ini yang dimiliknya sekarang untuk mengenang papanya.
Peristiwa itu terjadi pada hari ke 3 setelah papanya meninggal. Lisa merasa dikhianati oleh keluarga sendiri.
Sejak saat itu Lisa bertekad bahwa kedepannya ia akan menjadi wanita mandiri. Tidak akan bergantung kepada siapa pun, menjaga mamanya sekuat tenangnya.
Usia yang harusnya bermain dihabiskannya untuk bekerja bersama mamanya. Untuk biaya sekolah dari sekolah dasar sampai kuliah, Lisa tidak pernah mengeluh kepada mamanya. Susah senang mereka berdua bersama, tanpa pernah membahas masa lalu. Hidup berdua, seolah hanya ada mereka berdua tidak ada yang lain. Tertawa bersama, berusaha mengubur kesedihan dihati masing-masing. Saling menguatkan, walau masing-masih terluka parah.
Sekarang mamanya sakit seperti ini, untuk pertama kalinya Lisa merasa gagal sebagai anak. Bagaimana mungkin ia tidak memperhatikan mamanya, orang yang sangat penting baginya. Bagaimana mungkin ia bisa lalai dengan kewajibannya sebagai anak. Lalai dengan janjinya kepada papanya sebelum meninggal akan menjaga mamanya.
Santoso dan Caroline memeluk Lisa. "maafkan kami nak, maafkan kami." Ulang Santoso sambil mengelus pundak Lisa.
Merry tidak dapat menahan tangisnya. Bagaimana pun ia adalah orang tua dari Lisa. Dia bertanggung jawab dengan hidup Lisa. Tapi Lisa tetap bersikeras tetap bekerja. Ketika Merry menyuruhnya diam dirumah, dengan polos Lisa berkata. "Lisa hanya tidak mau mama membuat Lisa menjadi anak manja, kemudian mama pergi seperti papa. Lisa tidak mau sendiri dan tidak tahu bagaimana cara bertahan hidup sendiri."
Ingatan itu masih teringat jelas dipikiran Merry.
Merry yang tidak punya pengalaman kerja apapun, hanya bisa bekerja di rumah makan sebagai tukang cuci piring, membantu mengupas bawang, menyiapkan sayuran yang akan dimasak.
Ketika ada masakan sisa, Merry akan menjumpai pemilik rumah makan, dan menanyakan apakah mereka bisa membawa pulang sisa makanan. Jika sang pemilik setuju Merry akan menunjukkan ekspresi senang sambil berterima kasih. Jika sang pemilik tidak setuju Lisa juga akan menunjukkan ekspresi senang. Seperti tanpa beban. tapi Merry tahu sebenarnya hatinya sangat sedih.
Lisa berusaha mengunci segala kesedihannya seorang diri, bahkan didepan mamanya. Bagaimana ia mendapat teman-teman yang terkadang mengucilkannya. Tapi Lisa seolah tidak peduli, disekolah ia selalu mendapatkan peringkat pertama. Berkali-kali mendapatkan bea siswa.
Lisa tidak pernah memberatkan kalau masalah biaya sekolah. Bagi Merry, Lisa mirip seperti papanya. Pekerja keras dan tidak suka mengeluh. Diantara semua kesulitan itu, Merry sangat bersyukur memiliki hadiah dari Tuhan seorang kupu-kupu bersayap besi.
Terlihat sangat indah tapi juga sangat kuat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 194 Episodes
Comments