"Kamu masih ada di bengkel Mas Tikno to?"
Tanya Rifal yang langsung menelfon Via begitu membaca pesan gadis itu.
"Masih, tapi akan segera pulang. Transfer saja ke rekening."
Kata Via.
"Posisiku ngga terlalu jauh, aku ke sana sekarang saja, tunggu di situ."
Lalu tuuut...
Telfon ditutup.
Via menatap layar hp nya.
Eitz dah, sama sekali tidak bertanya apa Via mau menunggu atau tidak.
Via akhirnya mengalah duduk di bangku kayu panjang.
"Ngga jadi pulang non?"
Tanya Mas Bengkel.
"Di suruh nunggu orang Mas."
Sahut Via.
"Ooh pacar, iya deh, tunggu aja di situ, gratis kok bangkunya."
Kata Mas Bengkel.
Ish... Apaan.
Via menggelengkan kepalanya.
Matahari mulai terik. Via kipas-kipas wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Sebuah mobil kemudian tampak mendekat, lalu berhenti di depan bengkel. Seorang pemuda tampan turun, melepas kacamata hitamnya, dan menghampiri Via.
"Hai Mbak nasi brongkos."
Sapanya.
Apa banget panggilannya. Via misuh-misuh dalam hati.
"Udah cepetan, panas nih."
Kata Via.
"Sabarlah, orang sabar di sayang Tuhan."
Rifal merogoh saku celana pendeknya, mengeluarkan dompet dan memberikan Via dua lembar uang seratus ribuan.
Via menerimanya sambil tersenyum.
Via lalu mengambil mengambil dompetnya sendiri dari tas selempangnya, memasukkan uang dari Rifal, dan mengeluarkan selembar uang dua puluh ribuan.
"Aku lebihin lima ratus perak kembaliannya."
Kata Via.
Jiaaaah... Gope.
"Udah yah, thanks."
Via mengangkat telapak tangannya seperti hormat, lalu naik ke atas motor.
Gaya Via sangat santai, berbeda sekali dengan gadis lain.
Gadis dengan rambut dikuncir kuda itu memakai helmnya, lalu menstarter motor dan berlalu.
"Pacar Mas Rifal?"
Tanya Mas Bengkel yang kenal baik Rifal.
Yah siapa yang tak kenal Rifal. Anak pengusaha rotan, dan mantan anggota dewan. Sejak ia kuliah di kampus biru dekat bengkel Mas Tikno, ia juga kerap nongkrong di tempat-tempat usaha sekitar kampus, ia anak yang sangat supel.
"Bukan. Tadi pagi aku nyenggol motornya yang parkir di depan warung nasi brongkos. Ah aku lupa tanya namanya Mas."
Rifal menyesal.
Ia menatap hp nya, nomor Via diberi nama gadis nasi brongkos.
"Hmm... Kejarlah sekarang, motor jadul begitu paling belum jauh."
Kata Mas Bengkel.
Rifal tersenyum lalu berjalan ke arah bengkel, ia memilih nongkrong saja di sana.
"Biarinlah, jodoh ngga akan ke mana."
Rifal santai, membuat mas Bengkel tertawa.
"Kalau ngga diusahain ya akhirnya ke orang lain Mas Rifal."
"Hahaha..."
Rifal tertawa.
Sebetulnya melihat gadis itu Rifal cukup tertarik, rasanya anaknya pasti asik jika bisa dekat.
Tapi dia baru saja jadian dengan Dewi, mana pantas ia mengejar gadis brongkos itu. Pikir Rifal.
Via sendiri sudah melajukan motornya di jalan raya, ia ingin segera pulang dan mandi. Rasanya badan sudah gerah.
Ah, tiba-tiba Via ingat bertemu Bayu tadi. Pemuda yang mengagumkan itu ternyata kuliah di kampus biru.
Via jadi ingin mengenalnya lebih dekat, tapi bagaimana ya caranya... Hihihi
Via senyum-senyum sendiri sepanjang jalan seperti orang gila.
Sama seperti Bayu di kelas juga senyum-senyum sendiri karena teringat pertemuannya dengan Via.
Ah kira-kira kapan Mbok Nah akan belanja lagi ke pasar?
Apakah Mbok Nah nanti akan diantar Via lagi agar Bayu bisa melihatnya?
Bayu bertanya-tanya dalam hati. Terbayang terus rasanya senyum manis Via dan tatapan mata beningnya.
**--------**
Via sampai di rumah dan langsung lari ke kamar.
"Duuuh Non Via, jangan lari-lari."
Mbok Nah selalu khawatir saat Via lari-lari di tangga.
Ia masih ingat dulu saat kecil Via lari-lari dan jatuh terguling ke bawah.
Tapi Via tak mau tahu, ia suka berlari kalau naik di tangga, tak tahu juga alasannya apa, pokoknya suka saja.
Via kemudian mengambil handuk dan langsung capcus ke kamar mandi.
"Gerah... Gerah... Geraaaah..."
Via menyalakan shower.
Jogja hari ini memang cukup panas. Matahari begitu terik hingga rasanya nyaris membakar kulit.
Diguyur air shower membuat Via merasa segar kembali.
Setelah selesai mandi, ia langsung berganti pakaian. Celana kolor pendek dan kaos oblong warna hitam bergambar Metallica.
Rambutnya yang masih basah dibiarkan tergerai.
Via malas pakai hairdryer, jadi dibiarkan saja begitu sampai nanti kering sendiri.
"Noooon... Tumis kangkungnya pedes apa tidaaaak?"
Tanya Mbok Nah dari lantai bawah.
"Pedeeeeees..."
Jawab Via sambil kemudian keluar dari kamar. Ia membawa ponselnya menuju dapur.
"Orange Jus masih kan Mbok?"
Tanya Via membuka kulkas.
Dilihatnya orange jus favoritnya tinggal setengah.
"Yaaah Mbok Nah, kenapa tadi di pasar ngga beli jeruk buat bikin jus lagi?"
Tanya Via.
"Ah iya lupa."
Mbok Nah cekikikan.
"Hmm kebiasaan, Mbok Nah kalo di pasar lebih banyak muternya daripada belanjanya."
Seloroh Via, membuat Mbok Nah terkekeh.
"Besok Non Via saja yang ke pasar. Sekalian beli tempe lagi."
"Huuu... Apaan."
Via menuang orange jus dari botol ke gelas lalu meneguknya sambil duduk di kursi ruang makan yang ada di dapur.
"Tadi kan beli tempe udah banyak, di kasih tambah pula sama Pak Dulah."
Kata Via.
"Kan jatuh, ancur semua ketindih motor."
Mbok Nah beralasan.
"Ah, non Via pasti tidak minta ganti rugi uang belanjaan kita yang pada ancur."
Kata Mbok Nah pula.
Via meneguk orange jusnya lagi.
"Lah ngga tau juga jumlahnya, biarinlah itu mah, anggap aja lagi sial."
Via menyahut santai.
"Non Via ini."
Via cekikikan.
"Aku mau nonton TV ah Mbok, nanti kalau udah matang woro-woro ya."
Via berdiri dari duduknya, lalu keluar dari dapur dan berjalan menuju ruang TV.
Ia berbaring di sofa, menyalakan TV dengan remote, sementara ponselnya tergeletak di meja.
Via nonton FTV. Tapi makin lama gambarnya makin samar-samar. Ia mengantuk. Lalu dalam sekejap tak ingat apa-apa.
Via tidur lelap.
"Bayu... Bayu...!"
Nela memanggil Bayu saat akhirnya kelas mata kuliah mereka selesai.
"Yah Nel."
Bayu menghentikan langkahnya sejenak.
Nela berjalan menghampiri.
"Bayu mau langsung pulang atau ada perlu lain?"
Tanya Nela.
"Langsung pulang Nel, aku harus kerja."
Jawab Bayu.
"Aku ikut nyampe perempatan depan ya? Boleh kan?"
Tanya Nela lagi.
Modus.
Bayu yang tak tega menolak akhirnya mengangguk. Meskipun ia sebetulnya paham, Nela hanya beralasan saja agar bisa dekat.
"Thanks Bayu."
Bayu mengangguk sambil memaksakan senyuman.
Nela kemudian mengikuti langkah Bayu menuju parkiran motornya.
Nela mengerling ke belakang di mana Dewi melihatnya sambil cekikikan.
"Dasar buaya rawa perempuan, ngga bisa lihat cowok ganteng sedikit."
Gumam Dewi.
Lalu menghubungi hp Rifal untuk minta dijemput.
Tapi...
Apa ini?
Hp Rifal tidak aktif. Dia pasti sengaja menon aktifkan hpnya. Dewi kesal sekali.
**-------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Wedangan andini Aworkonco
hadewch.... masak dibilang tongos.... kwkwkwk
2022-01-20
1
Putrii Marfuah
Dari Tempe akhirnya jadi kedele..eh salah jatuh ke hati...
2021-11-17
2
Yuswo Rahayu
hmmmmm....seru juga ni
2021-09-29
1