"Non ini kalau makan Brongkos selalu kacang tolo nya di singkir-singkirkan, padahal kan itu yang enak."
Kata Mbok Nah, sambil mengambil kacang tolo dari mangkok brongkos milik Via.
"Ya kan selera orang beda-beda."
Via beralasan sambil mengguyurkan kuah brongkosnya ke atas nasi, tak lupa potongan daging sapi yang empuk ia ikut sertakan agar lidahnya bahagia.
"Non Via tidak kuliah hari ini?"
Tanya Mbok Nah yang sudah menghabiskan seluruh sisa soto nya.
Via menggeleng.
"Nanti saja kalau Ayah sudah pulang."
Jawab Via santai.
"Bolos lagi?"
Mbok Nah menatap nona mudanya.
"Bukan bolos lagi Mbok, bolos terus."
Via tertawa.
Mbok Nah jadi ikut tertawa.
Via kemudian melanjutkan menyantap nasi brongkosnya, namun saat sedang nikmat-nikmatnya, tiba-tiba di luar terdengar suara...
"Brukg!!"
Lalu mulai disusuli suara tukang parkir marah.
"Ada apa to?"
Mbok Nah yang penasaran akhirnya ikut keluar bersama pengunjung warung lainnya, begitu juga pemilik warung.
"Oalaaah, belanjaanku."
Terdengar kemudian suara Mbok Nah memekik, membuat Via yang semula tak ingin peduli akhirnya terpaksa berdiri dari tempatnya untuk menyusul Mbok Nah keluar.
Ah, padahal masih ada dua suapan lagi. Kesal Via.
Via melangkah keluar, dan didapatinya Mbok Nah sedang memunguti belanjaannya yang tumpah sebagian dibantu beberapa orang.
Sementara seorang laki-laki tampak sibuk mengangkat motor yang roboh ke pelataran parkir, dan menjauhkannya dari posisi mobil yang tadi menyenggolnya.
Tampak pula seorang pemuda berdiri di dekat mobil sibuk memberi alasan pada tukang parkir dan beberapa orang lain yang menyalahkannya, ia terus mencoba meyakinkan pada mereka bahwa ia tak sengaja menyenggol motor yang sudah lebih dulu parkir itu.
Via si pemilik motor yang di senggol si pemuda itu akhirnya mendekat.
Via melihat kondisi motornya tampak lecet dan kaca spion sebelah kiri pecah. Gawat ! Ayah bisa marah besar nanti. Pikir Via.
"Aku pemilik motornya Mas."
Kata Via akhirnya pada si pemuda itu.
"Oh, jadi ini motor milik Mbak ya?"
Tanya si pemuda.
"Minta ganti rugi saja Mbak."
Beberapa orang mulai mengompori.
"Iya Non, minta ganti rugi, ini sebagian bahan masakan yang kita beli juga hancur."
Mbok Nah ikut bersuara.
"Iya Mbak, ngga apa-apa, aku akan ganti rugi, berapapun akan aku ganti, maaf."
Pemuda itu membungkukkan badannya.
Malas ribut akhirnya Via meminta nomor telfon yang bisa dihubungi saja, supaya nanti pas motornya diservis urusan biaya Via tinggal menelfon.
Pemuda itupun dengan senang hati memberikan kartu namanya.
"Rifaldi Reyhan."
Begitu nama yang tertulis pada kartu nama.
"Rifal, panggil saja Rifal."
Kata Rifal.
Via mengangguk lalu tersenyum ala kadarnya.
"Nanti tek hubungi kalau sudah selesai servis."
"Siap."
Rifal menyahut cepat.
Setelah itu Via menghampiri Mbok Nah, menyuruhnya untuk berhenti dan membiarkan saja bahan belanjaan yang tercecer dan sudah tak layak pakai.
"Gampang nanti Mbok Nah beli lagi saja di tukang sayur yang lewat di komplek."
Hibur Via.
Mbok Nah yang masih merasa sedih hanya mengangguk pasrah.
Via masuk ke dalam warung untuk membayar, sementara Rifal yang akhirnya sudah selesai dimarahi orang sana sini, tampak juga masuk ke dalam warung memesan nasi Brongkos untuk dibawa pulang.
"Mari Mas."
Kata Via basa-basi.
Rifal mengangguk sopan.
Via keluar lalu mengajak Mbok Nah pulang.
**--------**
Rifal melajukan mobilnya, sial buatnya hari ini, gara-gara masih mengantuk disuruh beli nasi Brongkos Ibunya, akhirnya jadi menyenggol motor saat mau parkir.
Sampai di rumah ia kemudian langsung meletakkan begitu saja kantong berisi bungkusan brongkosnya di atas meja makan.
"Kamu ngga makan sekalian Fal?"
Tanya Ibu.
"Rifal mau tidur lagi sebentar Bu."
Sahut Rifal sambil ngeloyor ke lantai atas menuju kamarnya.
Sang Ibu menghela nafas, lalu meminta Mbok Sum, pembantu rumahnya membawakan piring.
Rifal masuk kamar dan langsung membanting tubuhnya ke kasur. Ia ingin melanjutkan tidurnya kembali, sebelum nanti pasti Ibunya akan menyuruhnya menjemput Ayah di bandara karena rencana pulangnya dari Bali adalah hari ini.
Rifal memeluk guling, ia bersiap tidur saat tiba-tiba hp di saku celananya bergetar.
Ah' sial!
Rifal kesal bukan main.
Pemuda itu merogoh sakunya dan melihat layar hp dengan malas.
Dewi.
Pacarnya menelfon.
Ish... Rifal mendesis.
Malas bertengkar, Rifal akhirnya mengangkat telfon dari Dewi.
"Yah Wi."
Kata Rifal sambil merem.
"Pasti kamu masih tidur."
Kata Dewi dari seberang sana.
"Lha kamu tahu aku masih tidur malah telfon."
"Ya kan sudah siang bebeb."
"Aku ngga ada kuliah hari ini, ngga apalah tidur lagi."
"Kamu main game online lagi semalam?"
"Ya."
"Hmm... Pantes nomorku diblokir."
Kesal Dewi.
"Ya kan aku sudah bilang kalau nomormu diblokir karena aku lagi main.".
"Ikh ngeselin banget."
Dewi misuh-misuh.
"Ada apa nelfon?"
Tanya Rifal, kadang pacarnya ini kalau ngomong suka muter-muter dulu, membuat Rifal jadi suka kesal.
"Anterin aku kuliah."
Ya ampuuuuun...
Rifal tepuk jidat.
Ia akhirnya kehilangan ***** tidurnya.
Pemuda itu bangun lalu duduk sila.
"Dari rumah kamu ke kampus kan deket Wi,"
"Biasanya kamu juga anterin."
"Ya kan sekalian aku juga berangkat. Hari ini aku ngga ada kelas."
"Jadi kamu ngga mau nganterin aku."
Ah ya Tuhan...
Pasal satu cewek selalu benar.
Rifal menghela nafas.
"Ya udah kalau ngga mau, aku nebeng Vino saja."
Dewi ngambek.
Halah... Kebiasaan, selalu akhirnya mengancam seperti itu.
"Iya... Iya..."
Rifal akhirnya mengalah.
"Hihihi..."
Dewi tertawa penuh kemenangan.
Rifal keluar kamar lagi. Turun ke lantai bawah dan melewati Ibunya yang sudah mulai menikmati makanannya.
"Mau ke mana Fal?"
Tanya Ibu pada Rifal yang kini ngeloyor keluar.
"Nganter Dewi ngampus Bu."
Sahut Rifal sambil keluar.
Ibu Rifal menghela nafas.
"Gadis manja begitu dipacarin, kayak semua gadis sudah mati saja."
Ibu Rifal misuh-misuh.
Rifal naik ke mobil, lalu tancap gas menuju rumah Dewi.
Sebetulnya, dibanding dari rumah Rifal, kampus di mana Dewi dan Rifal kuliah itu lebih dekat dari rumah Dewi.
Tapi sejak mereka pacaran sebulan ini, Dewi selalu maunya di jemput dan diantar ngampus.
Ya kebetulan memang Rifal selalu ada kelas pagi juga, jadi ia tak masalah sekalian lewat jemput Dewi. Tapi baru kali ini memang Rifal tak dapat kelas pagi, herannya Dewi masih saja minta dijemput.
Rifal mobilnya masuk ke perkampungan di mana Dewi tinggal, lalu parkir di depan rumah sederhana keluarga Dewi.
Muncul sang Ibu yang kadang menyambut Rifal secara berlebihan.
Rifal menyalami Ibunya Dewi.
"Mau ngantar Dewi kuliah Bu."
Kata Rifal.
"Oalah, ini lho calon mantu anak orang kaya, sayang sekali sama Dewi."
Ibunya Dewi suaranya seperti sengaja keras. Tampak di rumah sebelah seorang Ibu lain yang sedang menyapu hanya tersenyum.
"Wiiii... Cepat ini Mas Rifal sudah menunggu."
Teriak Ibunya Dewi lagi.
Tak lama Dewi muncul keluar.
Dewi tampak cantik. Ah' dia memang cantik setiap hari.
"Ayuk."
Kata Dewi pada Rifal.
**-------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
novita setya
😂😂😂😂..bisa aja emaak
2024-05-11
0
Putrii Marfuah
jiwa emak2. Klo dapat calon mantu suka begitu xixixiixi.
sama via, aq juga gak suka kacang tolo
2021-11-17
2
Lisa Aulia
ada yg pamer rupa ya...hadeh...dasar emak2 komplek....
2021-11-13
1