Dewi memasuki mobil Rifal, lalu melambai pada Ibunya yang tersenyum bangga pada anaknya.
Setelah mobil Rifal menjauh, Ibunya Dewi lalu sengaja menghampiri tetangga samping rumahnya.
"Tau ngga Bu Sri, itu Mas Rifaldi calonnya Dewi anaknya siapa?"
"Sopo to Bu Laras?"
Bu Sri tersenyum tenang. Ia yang sudah selesai menyapu lantai teras, kini mulai bersiap menyapu halaman rumahnya.
"Anaknya mantan DPRD to, Pak Bambang Sartono, yang orangnya sangat merakyat itu."
Kata Ibunya Dewi.
"Oo... Pak Bambang Sartono, yo semua faham kalau beliau."
Sahut Bu Sri.
"Ho oh to, bukan orang sembarangan lho, mantan Anggota Dewan."
Pongah Ibunya Dewi.
Bu Sri mantuk-mantuk.
"Susah ngunu kalau bukan Dewi, bisa menggaet pacar kelas atas kayak Mas Rifal itu."
"Iyo jelas."
Bu Sri menyahuti saja. Sepertinya sudah biasa meladeni mulut besar Ibunya Dewi.
"Dewi itu yang suka buanyak dan semuanya berkelas, tapi ya namanya cintanya sama Mas Rifal. Ya to?"
Bu Sri tersenyum.
"Ngomong-ngomong kalau calonnya Ningsih opo to kerjane?"
Tanya Ibunya Dewi.
"Oh di Dinas Perhubungan Bu Laras."
"Ooo... Pegawai yo."
"Enggih, ya saya sih apa terserah anak saja, yang penting dia bahagia. Kebetulan dapatnya orang yang sudah kerja bagus itu namanya bonus. Saya syukuri."
Bu Sri tersenyum.
"Ya saya juga begitu kok, nanti kalau Dewi menikah dengan Mas Rifal juga terserah, namanya dia anak mantan Anggota Dewan yang juga pengusaha ya pastinya paling ya seperti Ayahnya itu lagi nanti."
Seloroh Ibunya Dewi lalu tertawa.
Bu Sri hanya mesem kalem saja.
Biarkan... Biarkan... Tong kosong memang selalu lebih nyaring bunyinya.
Dewi di mobil tampak menyandar manja di lengan Rifal yang sedang mengemudi, membuat Rifal jadi kurang leluasa.
"Beb, bolos aja yuk, males nih ngampus ngga ada kamu."
Rifal menghela nafas.
"Kamu ngga kasihan sama orangtua yang udah sampe rela jadi TKI di Malaysia buat biayain kamu kuliah?"
Lirih Rifal.
"Iikh kamu menghina orangtuaku?"
Dewi malah salah faham, dia menabok lengan Rifal.
"Lho apanya yang menghina, aku cuma mengingatkan kamu jangan sampe malas kuliah, orangtuamu pasti ingin kamu kuliah yang bener demi masa depanmu."
Rifal mengelus kepala Dewi dengan tangan kirinya.
Dewi tersenyum. Lalu mengecup pipi pacarnya.
Hmm... Pagi-pagi sudah dapat godaan begini. Untung Rifal bukan tipe cowok nggragas.
Sampai di depan kampus, Dewi akhirnya turun dari mobil Rifal. Ia melambaikan tangan dan memberikan ciuman jauh pada pacarnya.
"Ciyeeee... yang jadian baru sebulan, mesranya udah kayak pengantin baru saja."
Tiba-tiba Nela merangkul Dewi dari belakang, mereka mengamati mobil Rifal yang menjauh.
"Udah bobo bareng belum?"
Tanya Nela.
"Ikh, enggaklah, Rifal bukan cowok begitu."
Dewi cekikikan.
"Huuuu... Kamunya berarti kurang bikin dia tergoda."
Goda Nela, membuat Dewi mencubit pinggang sahabatnya itu.
"Kamu sendiri juga godain Bayu ngga dapet-dapet udah hampir tiga tahun."
Kata Dewi.
Nela tertawa mendengarnya.
"Sialan, susah banget dia di taklukkin, apa jangan-jangan dia sukanya sesama jenis."
"Hus, ngawur!"
Dewi mencubit pinggang Nela lagi, lalu keduanya tertawa-tawa menuju kelas.
Dewi Rahayu, salah satu cewek paling cantik di kampusnya. Hampir tak ada yang tidak mengenalnya di fakultas Ekonomi tempat ia kuliah.
Banyak cowok mengantri untuk menjadi pacarnya, namun pilihan Dewi akhirnya jatuh pada si kakak kelas, Rifaldi Reyhan. Si tampan yang selalu cool.
**--------**
Via mengantar Mbok Nah pulang, lalu pamit ke bengkel motor yang direkomendasikan teman-temannya di kampus yang Via hubungi.
"Nanti siang kalau belum jadi ya Via tetap pulang Mbok, jadi tetep bikin tumis kangkung ya."
Pesan Via.
"Oalah, beres Non, asyiaaap..."
Mbok Nah ikut-ikutan Bang Atta Halilintar.
Bengkel motor itu sebetulnya tak begitu jauh dari komplek perumahan di mana Via tinggal, letaknya juga dekat dengan kampus swasta yang cukup terkenal.
Via meminta Mas bengkel mengurus motor jadulnya Ayahnya.
"Bisa kan Mas?"
Tanya Via.
"Bisa bisa mbak, tunggu saja."
Kata si mas bengkel.
Via kemudian menyeberang jalan sebentar menuju minimarket yang ada di depan bengkel.
Ia ingin beli cemilan dan minuman untuk teman menunggu motor Ayahnya di obati.
Kasihan, pagi-pagi udah pegel-pegel kesenggol mobil. Hihihi...
Via memilih keripik kentang ukuran besar, dan dua minuman kaleng dingin. Setelah itu ia bawa ke kasir.
Dan...
Betapa terkejutnya Via, saat di kasir ia bertemu pemuda yang ada di pasar tadi.
Siapa namanya kata Mbok Nah, Bayu bukan? Batin Via.
Bayu yang juga terkejut melihat Via ada di sana akhirnya memberanikan diri menyapa lebih dulu.
"Ketemu lagi Mbak."
Via jadi tertawa, ia menertawai kebetulan aneh itu.
Setelah Bayu selesai membayar, Via gantian maju ke kasir untuk kemudian membayar belanjaannya.
Keduanya kemudian keluar dari minimarket bersama.
"Kalau boleh tahu, Mbak kuliah di sini juga?"
Tanya Bayu.
Via cepat menggeleng.
"Aku di sini bukan mau kuliah, aku ke bengkel itu tuh di depan."
Kata Via menunjuk bengkel yang spanduknya tertulis "Bengkele Mas Tikno".
"Oooh kirain kuliah di sini juga, kalau iya berarti kita satu kampus."
Bayu tersenyum.
Bayu kemudian mengulurkan tangannya,
"Kenalin saya Bayu."
Katanya.
Via menyambut uluran tangan Bayu.
"Via."
Setelah itu, Via permisi untuk kembali ke bengkel, Bayu mengangguk sambil tersenyum manis.
Via kembali ke bengkel, ia meletakkan satu kaleng minuman dingin di bangku untuk si mas bengkel, lalu dia sendiri membuka yang satunya, lalu meminumnya.
Via duduk di bangku kayu panjang, menunggu mas bengkel bekerja. Via menikmati cemilannya sambil melihat jalanan yang lengang.
Bayu sudah tak terlihat, sepertinya ia sudah ke kampus.
Oh jadi di sini dia kuliah.
Berarti bener cerita Mbok Nah, bahwa Bayu bekerja sambil kuliah.
Tak begitu lama Via menunggu akhirnya mas Bengkel memanggil Via.
Motornya sudah kembali seperti sedia kala.
Kaca spion yang pecah sudah diganti, dan bagian yang penyok dan lecet juga sudah tak kelihatan.
"Berapa Mas?"
Mas bengkel memberikan harga.
Tak begitu mahal seperti yang Via duga.
Via memberikan uang pembayarannya, Mas bengkel ke dalam untuk mengambilkan uang kembalian.
"Minta nota Mas."
Kata Via pada Mas bengkel agar sekali jalan.
Lima menit, Mas bengkel akhirnya keluar lagi, memberikan nota dan uang kembalian pada Via.
Gadis manis itu kemudian menfoto nota bengkel dan mengirimkannya pada nomor Rifaldi Reyhan.
"Bayar ya boss."
Tulis Via.
Drrrt... Drrrtt...
Sebuah pesan masuk ke hp Rifal yang akhirnya memilih nongkrong makan di pinggir jalan.
Sapa nih, nomor baru. Batin Rifal.
Cowok itu membuka pesannya. Foto nota bengkel Mas Tikno. Bukannya itu bengkel sekitar kampus, pikir Rifal pula.
Rifal kemudian mengklik foto profil si pengirim pesan.
"Ah, gadis warung Brongkos rupanya."
Gumam Rifal yang baru sadar setelah melihat foto profil Via yang sedang duduk di atas batu tangga Candi Borobudur.
**-------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Fitra Ramdani
Dewi Rahayu???
itu nama.sepupu q author....bisa2 klo AQ baca semua novelmu semua nm kelurga besarq ada
2022-02-06
1
ARSY ALFAZZA
keren 😘
2021-12-24
1
Putrii Marfuah
marathon hiks hiks. alamat cucian gagal jemur nih 🤭🤭🤭
2021-11-17
1