Mbok Nah akhirnya selesai berbelanja setelah hampir seluruh pasar ia kelilingi. Via yang perutnya sudah lapar dan ingin segera mengisinya dengan Nasi Brongkos langsung bernafas lega.
"Akhirnyaaaaa..."
Kata Via.
Mbok Nah cekikikan.
Ia tahu nona mudanya tak suka ikut ke pasar bukan karena tidak suka dengan pasarnya, tapi tidak suka dengan kebiasaan Mbok Nah yang suka muter-muter dulu seperti obat nyamuk.
"Sudah lapar yah Non?"
Tanya Mbok Nah.
"Yah udah tahu pake nanya si Mbok mah, ngabisin suara aja."
Sahut Via.
"Ayuk Mbok, ntar cacing di dalam perutku pada demo."
Via mengambil alih beberapa kantong belanjaan di tangan Mbok Nah yang sudah tak muat masuk ke dalam tas belanja yang ia bawa.
Via berjalan cepat menuju parkiran, lalu memberikan satu lembar uang sepuluh ribuan pada tukang parkir.
Tukang Parkir sigap membantu Via mengeluarkan motor dari barisan motor lain yang sudah ramai berjejer, bersama dengan itu muncul pemuda yang tadi melayani Mbok Nah di lapak tempe.
"Eh Mas Bayu."
Sapa Mbok Nah.
Pemuda bernama Bayu itu tersenyum. Wajah Bayu tampak semakin mempesona dengan senyumannya.
Pemuda itu menghampiri Mbok Nah dan berbincang sebentar.
"Ini Non."
Tukang parkir tiba-tiba mengagetkan Via yang sibuk menatap bayangan wajah Bayu dari kaca spion motornya.
Tukang parkir memberikan Via kembalian,
"Oh, ngga usah Pak, buat Bapak aja."
Kata Via.
"Wah, maturnuwun Non."
Tukang parkir senang.
"Ayo Mbok, lapar kita."
Kata Via pada Mbok Nah yang masih saja berbincang dengan Bayu.
"Oalah, ini nona muda lagi kelaparan."
Mbok Nah terkekeh.
Jiaaah kelaparan, memprihatinkan sekali rasanya penggambaran Mbok Nah.
Bayu membantu Mbok Nah naik ke boncengan, lalu membantu menata kantong-kantong belanja di motor Via agar tidak sampai membuat Via kesulitan mengendarai motornya.
"Makasih."
Kata Via sok santai.
Lagi-lagi Bayu tersenyum.
Ah' kalau satu kali lagi Via melihat senyum itu, Via pasti akan klepek-klepek.
Via akhirnya cepat-cepat menstarter motornya. Ia harus segera melarikan diri karena jantungnya sudah mulai berdetak tidak normal.
"Monggo Mas Bayu duluan..."
Kata Mbok Nah.
Bayu mengangguk.
Via membawa motornya ke arah warung nasi Brongkos yang cukup terkenal dan letaknya tak jauh dari pasar.
Setelah sampai depan warung, ia langsung parkir, dan buru-buru mengajak masuk Mbok Nah.
"Saya makan soto saja Non."
Kata mbok Nah.
Via mengangguk.
Gadis ayu itu lantas memesan satu nasi Brongkos lengkap dan satu porsi soto, minumannya teh nasgitel pastinya.
Via memilih duduk tak jauh dari pintu masuk. Mbok Nah duduk di sebelahnya.
"Mas Bayu itu ganteng, baik, pinter lagi."
Tiba-tiba Mbok Nah seperti jubir partai.
"Apaan Mbok."
Kata Via.
"Itu, Mas Bayu, yang tadi ketemu di pasar, dia kan kerja jadi kuli tempe sekalian kuliah."
"Oh yah?"
Via membelalakan mata.
"Iya, Pak Dulah yang cerita, kalau Mas Bayu itu aslinya keponakan Bu Siti isteri pak Dulah, dia dapat beasiswa di kampus ternama, dia tinggal di rumah Pak Dulah, jadi dia sekalian bantu-bantu."
"Hmm..."
Via mantuk-mantuk.
Luar biasa, di jaman sekarang ternyata masih ada cowok baik yang tersisa. Batin Via.
"Kalau sama Non Via cocok deh. Non Via kan ayu, mas Bayu ganteng, kalau punya anak pasti cantik-cantik dan ganteng-ganteng."
Seloroh Mbok Nah.
"Lah Mbok Nah ini, kok nyampenya anak sih."
Via jadi tertawa.
**--------**
Bayu baru sampai di rumah Pak Dulah, pamannya yang menjadi juragan tempe. Pak Dulah aslinya orang Pekalongan, ia merantau ke Jogja dan cukup berhasil membuat usaha tempe asli kedelai tanpa campuran.
Sudah lebih dari dua puluh tahun Pak Dulah menjalani usaha produk rumahan tempe di Jogja. Bukan hanya memproduksi tempe mentah, namun juga Pak Dulah mengolahnya menjadi keripik tempe berbentuk bulat yang juga cukup digemari para pelanggannya.
Bulan ini sudah masuk tahun kedua Bayu tinggal di rumah Pak Dulah sebagai paman iparnya. Selain agar tidak mengeluarkan biaya tambahan untuk tempat tinggal, Bayu juga justeru bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekerja membantu Pak Dulah.
Selama tinggal di rumah Pak Dulah, Bayu sangat disayangi Paman dan Bibinya itu. Bukan hanya karena ia rajin, namun juga karena sejak ada Bayu penjualan tempe di pasar meningkat pesat.
Alasannya jelas, ketampanan wajah Bayu memikat sebagian pembantu rumah tangga atau tukang sayur yang masih gadis dan janda.
Bayu sendiri sebetulnya pemuda yang cukup pemalu, ia tak suka banyak bergaul, sepulang kuliah ia tak pernah ke mana-mana, selalu ia akan langsung pulang dan kembali bekerja di pabrik rumahan tempe milik sang Paman.
"Hey Yu, ada kiriman tuh."
Kata Triono.
Bayu mengerutkan kening saat turun dari motornya.
"Kiriman apa?"
Tanya Bayu bingung.
"Itu, biasa, Ratmi."
Kata Triono lagi.
"Ratmi anak Bu Darsih?"
Tanya Bayu.
"Iyalah dia, fans beratmu."
Triono terbahak.
Bayu hanya mengulum senyum.
Dia memang selalu setenang itu.
Tak terlalu peduli dengan urusan perempuan, kecuali...
Ah' kenapa tiba-tiba Bayu ingat wajah gadis yang bersama Mbok Nah tadi di pasar.
Gadis berwajah ayu dan manis itu, yang senyumnya terbit tak berlebihan.
Bayu menggotong beberapa tong kayu bekas wadah tempe ke dalam ruangan yang digunakan untuk mengolah kedelai.
Mesin giling kedelai sudah mulai beroperasi, dua orang teman Triono sudah mulai memindahkan kedelai yang sebelumnya sudah dicuci bersih dan di rebus ke dalam mesin penggilingan.
"Aku ada kuliah pagi, paling nanti aku akan pulang setelah masuk proses membungkus."
Kata Bayu.
"Kirimannya bagaimana ini Yu?"
Tanya Triono menunjuk satu kotak kue yang diletakkan di atas kursi kayu lapuk.
"Buat kalian saja, tadi aku sudah makan gorengan di pasar."
Ujar Bayu sambil berlalu masuk ke rumah.
Tentu saja Triono dan kedua temannya, si Cipto dan Slamet menyambut dengan senang hati.
Bayu masuk ke kamarnya untuk mengambil handuk, saat kemudian Bibinya melewati kamar Bayu. Wanita itu tampak rapih.
"Mau pergi Bi?"
Tanya Bayu.
"Iya, diajak Bu RT ke pesantren nengok cucunya."
"Ooh..."
Bayu mantuk-mantuk.
"Kamu kuliah pagi Yu?"
"Iya Bi."
"O ya sudah, kalau bensin motor habis, kamu ambil saja itu di tempat biasa, Bibi selalu sediakan uang untuk beli bensin motor-motor Paman."
"Ah sudah Bi, uang dari hasil bantu-bantu lebih dari cukup untuk beli bensin dan segala macam kebutuhan."
Jawab Bayu.
"Ah kamu ini, selalu saja begitu jawabannya. Uang dari Paman itu kan gajianmu kerja, kalo Bibi ngasih kan karena kamu keponakan Bibi."
Mendengarnya Bayu mengangguk.
"Matursuwun Bi, tapi memang masih cukup."
Bibi Siti menghela nafas.
Lalu tersenyum sambil menepuk lengan Bayu.
"Sudah Bibi pamit, kamu hati-hati berangkat dan pulang kuliahnya."
"Nggih Bi."
**---------**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Hari Yatno
kalo wong jowo bibi jdi bulek lho .wkwkwkwk
2025-02-26
0
Fitra Ramdani
mau jadi tim Bayu TPI kok yg dijodohkan dgn via si rifaldi
2022-02-07
1
flori
selalu sukaaakk deh sama karya nya othor... luv... luv...💗💗💗
2022-01-10
3