Mengambil hati orang yang kita suka emang susah. Usaha mungkin bisa membantu kita meluluhkannya. Dengan bujuk rayu yang berisikan kata manis disertai ketulusan dan sedikit kebohongan.
"Mang Danu baik deh." Rayu Sandra."Anterin Sandra ya." Pinta Sandra mengambil kemoceng dari tangan Bi Ema pembantu dirumah Adityawarman Winata.
"Aduh non Sandra ini udah jam sebelas malam." Melirik jam ditangan.
"Emangnya non Sandra mau kemana lagi jam segini?" Tanya Bi Ema.
Ke apartemen Kak Leon. Kak Leon gak ada makan tadi. Batin Sandra
"Ke rumah teman Bi." Berjalan mendekat ke mobil. "Ada tugas kelompok. Kalau Sandra gak hadir ngerjain." Bohong Sandra. "Sandra bakalan dikeluarin dari kelompok." Bohong lagi meyakinkan Bi Ema dan Pak Danu supir pribadinya Rosa.
"Nu bantuin noh Non Sandranys" Pinta Bi Ema kepincut kebohongan Sandra.
"Sandra bantuin ya bersihinnya." Bujuk Sandra membersihkan kaca mobil dengan kemoceng.
"Yoweslah Non mamang anterin." Mengambil kemoceng dari tangan Sandra. "Ini ambil kemoceng kamu." Ucap Danu ke Ema.
"Em sekalian minta tolong bukakan gerbang Yoo."
"Beres." Sahut Ema mengiyakan.
Setelah menempuh perjalanan lumayan terhindar dari macet akhirnya Sandra sampai ditujuan.
"Mang masuk ke basemant ." Pinta Sandra
"Teman non benaran tinggal di apartemen ini?" Tanya Danu membuka pintu Sandra
"Iya." Melepas seatbelt." Kalau papa nanya bilang aja persis sama yang Sandra kasih tahu tadi ya mang." Keluar dari mobil. "Mang makasih ya sudah antar Sandra."
"Yaelah non itu mah udah tugas Mamang antar non." Sahut Danu menutup pintu mobil. "Non Mamang anterin aja ya sampe masuk lift." Berjalan di belakang Sandra.
"Gak usah mang. Sandra bisa sendiri."
"Hati-hati non." Ucap Danu.
Beberapa menit kemudian kembali masuk mobil dan pergi meninggalkan baseman setelah melihat anak majikannya masuk ke lift hingga lift itu tertutup kembali.
Setelah sampai di apartemen Sandra menyalakan lampu lalu melangkah kesetiap ruangan mencari keberadaan Leon. Ia berlari menaiki satu persatu anak tangga hingga tiba didepan pintu kamar Leon. Tangannya menyentak pintu dan membukanya lebar.
Kak Leon belum sampai. Batin Sandra bergegas melepas gaun ditubuhnya dan menggantikannya dengan kaos dan celana pendek miliknya yang ada di walk on closet. Setelah berganti pakaian Sandra keluar melangkah ke dapur. Disana dia mulai menyiapkan makan malam sebelum Leon pulang.
Jam dua dinihari pintu apartemen terbuka lagi. Sudah setengah jam yang lalu Sandra selesai memasak dan tertidur di sofa menunggunya pulang. Leon melangkah kedapur membuka kulkas dan meneguk sebotol air mineral dingin.
Tunggu. batin Leon melihat sekelilingnya. Ia tersentak melihat wastafel yang dia tinggalkan tadi pagi kering dan sekarang masih berair. Beberapa perkakas juga yang berpindah tempat. Lalu di meja makan ada sepiring nasi goreng dan segelas teh manis yang sudah dingin seperti dirinya.
Hanya dua wanita yang mengetahui kode masuk ke apartemennya. Pertama Nadin dan yang kedua Sandra.
"San..." panggil Leon terhenti mendapati Sandra dengan selimut tertidur di Sofa. Ia melepas jasnya dan melemparnya begitu saja.
Leon membaringkan tubuhnya disebelah Sandra mengangkat pelan kepala gadis itu dan membuat lengannya menjadi bantal untuk Sandra. Ia mendekap Sandra masuk dalam dada yang bidang itu dan menutupi tubuh mereka dengan selimut.
Bagi Leon gadis dipelukannya itu adalah hadiah yang manis dari sebuah penghianatan kekasih dan sahabatnya.
****
Tiga bulan yang lalu Leon yang memergoki pacar dan sahabatnya itu berci*m** tak sengaja malah dipertemukan oleh Sandra dan membawanya ikut ke apartemen.
Leon membuka matanya. Ia mengerjap kecil melihat ke Sandra yang berada disampingnya.
Gadis itu terbalut selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajahnya dengan mata yang masih terpejam dengan helaan nafas teratur.
Leon tak habis pikir mengapa dia tidak mengusir gadis ini dari kamarnya dan malah membiarkannya tidur diranjang yang belum pernah dinaiki oleh wanita manapun. Yang ia ingat dirinya memeluk Sandra hingga gadis itu malah tertidur pules dalam sekejab dipelukannya.
Tak ingin nafsu lebih awal menguasainya dengan sigap Leon menggulungnya dalam selimut dan membiarkan Sandra tertidur disampingnya semalaman.
Entah kekuatan apa yang dimiliki Sandra hingga mampu merobohkan dinding es yang selama ini menghalangi wanita lain masuk kekamar itu. Bahkan Jesika sekalipun tak pernah menginjakan kaki melewati pintu kamar Leon.
"Mungkin karna Lo belum jadi wanita masih gadis kecil." Gumam Leon terduduk menatap Sandra. Ia menyibak selimut ditubuhnya dan menjulurkan kakinya kepermukaan lantai melangkah berjalan ke kamar mandi.
Sementara Leon di kamar mandi Sandra pun menggeliat pelan membuat balutan selimut ditubuhnya terlepas. Kedua mata terbuka lebar bersamaan dengan kesadaran yang ikut kembali.
"Ooo! Bukan kah ini seperti gadis nakal." Gumam Sandra menyadari dirinya berada diatas ranjang orang asing dan menghabiskan malam dengan pria dewasa.
Pertama kali dihidupnya dan tak seharusnya ia begitu diusianya yang baru 18 tahun.
"Memalukan." Ucap Sandra beringsut dari kasur dan pergi meninggalkan kamar Leon.
Setelah selesai mandi dan memakai seragam sekolahnya kembali dikamar tamu. Ia mendekat ke meja rias yang ada disamping ranjang dan menemukan beberapa perlengkapan make up yang tertata di meja. Sandra menarik laci meja itu dan menemukan bingkai foto yang yang sengaja dibuat telungkup oleh pemiliknya. Ia mengambil dan melihat kebalik bingkai dan menemukan Foto Leon dan wanita didalamnya.
"Jadi ini kamar pacar Kak Leon." Gumam Sandra memperhatikan foto Jesika tersenyum disebelah Leon. "Cantik." Mengembalikan bingkai foto itu ke posisi semula dan menutup lacinya kembali.
Sandra mengambil ransel melangkah keluar kamar. Hidungnya menangkap aroma nikmat yang membawanya ke dapur. Ia pun menemukan Leon berdiri didepan mesin pemanggang roti.
"Kak.." panggil Sandra. Leon melihat padanya sekilas lalu kembali duduk kekursinya dengan membawa roti panggang kesamping laptop yang terbuka. "Jadi antar aku kesekolah kan?" Berdiri di samping pria dingin itu.
"Gak jadi." Sahut Leon fokus ke laptopnya. "Lo pergi sendiri aja gue--" melirik ke Sandra.
"--Makasih rotinya Kak." Mengambil roti Leon. "Ini punya gue." Mengambil kembali roti ditangan Sandra. "Kalau mau, panggang sendiri." Menggigit roti kembali fokus pada laptop yang ada didepannya.
"Gak usah deh." Mengambil segelas susu yang ada disamping laptop Leon." Aku minum---"
"Ini juga punya Gue." Menarik gelas dari tangan Sandra. "Buat sendiri sana." Meneguk susu dan kembali menatap laptop.
"Jahat!" Celetuk Sandra mengaktifkan hapenya dan melihat tidak ada satupun panggilan ataupun pesan baru.
"Kak..." Panggil Sandra pelan tapi masih bisa didengar Leon."Kak Leon." Panggilnya lagi disertakan kepalannya yang menyeruak kedepan layar laptop yang dari tadi Leon pantengin.
"Gue lagi sibuk." Mendorong pelan dahi Sandra dengan telunjuknya hingga keluar dari bawah lengannya.
Kenapa Papa dan Mama tidak mencariku?Kenapa satupun tak ada yang mempedulikan dan menyadari keberadaanku. Batin Sandra melihat Leon yang menikmati roti dan susunya sambil fokus pada pekerjaannya.
"Katanya bakal ngantarin aku pagi ini kesekolah." Gerutu Sandra memandangi layar hapenya.
"Lebih mementingkan isi perutnya daripada berbagi sedikit denganku." Gerutu Sandra lagi membuat Leon melirik kecil padanya. "Padahal semalam udah nyi----."
"----Mau rasa apa?" Potong Leon menutup laptopnya melihat ke Sandra.
"Cokelate." Jawab Sandra menyeringai membalas tatapan Leon padanya.
"Bawel." Ucap Leon bangkit berdiri kembali memanggang roti untuk Sandra. Selesai memanggang Leon membawa roti itu dalam piring dan mengangkat Sandra duduk di hadapannya.
"Kami mau susu coklat atau---"
"----Susu Kak Leon aja." Potongnya meraih gelas Leonnyang ada disebelahnya. Sandra langsung meneguk gelas bekas bibir Leon pada mulutnya. Ia mengeluarkan lidahnya menjilat tumpahan susu yang menetes disela bibirnya membuat pria 28 tahun itu bernafsu.
"Ini." Tangan Leon memasukan roti panggang itu kemulut Sandra menolak hasratnya.
"Kebesaran itu Kak." Ucap Sandra meraih tanga Leon yang menyuap roti kemulutnya dengan kasar.
"Jangan mancing lagi." Menarik roti dan merobeknya kecil-kecil menyuapi Sandra.
"Kerjaan kakak sudah selesai?" Tanya Sandra meletakkan gelas kosongnya. "Sudah." Melingkarkan tangannya dipinggang gadis itu sambil memandangi kecantikan Sandra dengan bibir yang belepotan selai coklat.
"Kakak masih ada rencana ngantar aku kesekolah gak?" Memegang pundak Leon. "Kenapa?" Tanya Leon menarik tissue. "Jam segini gerbangnya sudah dikunci kak." Melihat jam ditangannya dan kembali memegang pundak Leon.
"Lo bakal dihukum dong besok." Ucap Leon melap bibir Sandra. "Gak pa-pa." Sahut Sandra menyulut senyum.
"Lo gak takut sama gue?"Tanya Leon melingkarkan kembali tangannya dipinggang Sandra.
"Enggak." Pelan-pelan menarik tangannya dari pundak Leon.
"Lo gak takut gue apa-apain?" Tanya Leon yang sejak awal berencana merusak Sandra demi membalaskan sakit hatinya pada Frans.
"Emang Kak Leon mau ngapain aku?"Tanya Sandra polos turun dari meja dan memakai ranselnya.
"Gak ada." Memperhatikan Sandra. "Mau gue antarin gak?" Tawar Leon berjalan dibelakang Sandra.
"Gak usah kak." Mengambil paper bag yang hampir terlupakan di meja ruang tamu.
"Oh ya udah kalau gitu." Leon mengiyakan.
"Ini buat Kak Leon." Menyodorkan paper bag. "Didalamnya ada brownis."
"Lo bawa aja." Mendorong balik paper bag ke Sandra.
"Kenapa?" Tanya Sandra.
"Gue gak suka begituan." Jawab Leon kesal mengingat awalnya kue itu dibawa Sandra untuk Frans.
"Aku tadinya bermaksud mau berterimakasih sama kakak sudah ijinin aku tidur disini." Memeluk kembali browniesnya. "Kakak juga sudah buatin sarapan untuk Aku." Ucapnya lirih.
"Ya udah gue terima." Mengambil bingkisan dari pelukan Sandra. "Puas?" Tanya Leon yang dibalas anggukan oleh Sandra.
"Kak buat dikulkas."
"Iya."
"Jangan lupa dimakan ya kak."
"Iyaloh." Sahut Leon Membuka pintu cepat-cepat.
"Kalau kita ketemu lagi. Kakak harus kasih tahu brownisnya enak apa enggak ya kak."
"Iya Bawel." Mendorong Sandra keluar.
"Kak." Menahan pintu yang akan ditutup Leon.
"Apa lagi?". Tanya Leon geram.
"Itu brownis buatan aku sendiri loh." Menunjuk bingkisan yang dipegang Leon. "Jadi kakak harus makan."
"Oh jadi selama ini--." Membuka pintu
"---Itu kue pertama yang aku buat sendiri." Melihat ke Leon dengan wajah binar. "Belum ada yang nyobain. "Melepas tangannya yang menghalangi pintu tertutup. "Kak Leon yang pertama."
Pertama. Batin Leon menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Halimah Nst
seru nie..lanjut
2022-02-04
0
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
lnjut thor... otakku dh traveling nih... 😆😅
2021-07-12
8