Mohon dukungannya dengan cara follow, vote dan komen
Terimakasih ^_^
🍁 Hauqalah Cinta 🍁
@cide1597
Satu Minggu kemudian
Seperti biasa, setelah melaksanakan shalat magrib berjamaah, berdoa dan musafahah, kini para santri segera bersiap mengambil kitab dan meja kecilnya.
"Duduk sini na" ajak Zizah teman sekelasnya Dzikri.
"Terimakasih kak" ucap Mazna dengan senyum manis lalu meletakan mejanya disebelah Azizah
"Pangersa akang belum kesini?Masih ada kali yah tamunya. " Tanya Zeze dibelakang.
Mazna dan Zizah pun menoleh ke belakang, sambil menganggukkan kepalanya.
"Eh na... Gimana suratnya Dzikri? Udah dibalas? " Tanya Zizah mengawali pembicaraan karena ia memang benar benar harus foll up menuruti perintah teman sekelasnya.
"Emmmh iya belum sempet kak.. maaf " jawab Mazna pelan
"Ooh.. iya gpp " Jawab Azizah sambil tersenyum.
Saat Azizah sedang membuka buku pelajaran, Mazna memperhatikan buku yang ditangannya Zizah
"Dzikri?" Tanya Mazna dihatinya. matanya tidak berkedip saat melihat buku itu.
Saat menyadari hal itu, Azizah langsung memberi tahu Mazna.
"Iya. Ini bukunya Dzikri, kemarin aku gak masuk sekolah. Terus cuman dia yang tulisannya lengkap. Jadi terpaksalah aku harus minjam buku dia buat ditulis ulang. "
"Ohmm iya" jawab Mazna lagi.
Ingin rasanya Mazna meminjam buku itu. Dia penasaran dan ingin benar benar memastikan apa sepeti itukah tulisan Dzikri? Samakah dengan tulisan di surat surat yang Mazna terima seminggu kebelakang ini? Pikirnya.
Tidak disangka. Azizah membuka buku Dzikri dimejanya. Lalu dia menulis dibuku lain.
"Iya itu benar. Tulisan Dzikri" batinnya. Walau hanya melihat sekilas dirinya bisa meyakinkan jika itu benar benar tulisan Dzikri.
Lima menit kemudian,
Pangersa akang sudah berada tempat. Ngaji pun dimulai.
***
Keesokan harinya. Saat Zizah menuruni anak tangga kamar hendak akan pergi ke sekolah dengan teman teman sekelasnya.
Mazna sudah duluan dibawah tangga.
"Maznaaa... Bikin kaget saja" seru Zizah
"Maaf kak, tolong diberikan ya" Mazna memberikan sepucuk surat pada Azizah. Lalu maznapun berlari ke teman teman kamar yang sedang memakai sepatu.
Azizah tercengang. Seperti tidak percaya.
"Akhirnya.. si Dzikri dibls juga" katanya pelan
"Waduh... Diterima apa kagak tuh?" Ledek Shella.
"Kayaknya sih itu surat ucapan permintaan maaf " Canda Maesaroh tertawa kecil.
Sesampainya dikelas, dari pintu masuk Azizah sudah melihat Dzikri yang sedang fokus belajar dimejanya.
"Dzik... "
"Apa? ada kabar bagus zah? " Tanya dzikri yang masih fokus pada buku
"Ini loh.... " Jawab Azizah sambil menunjukan surat ditangannya dari kejauhan.
"Sini.. " pinta Dzikri sigap setelah melihat apa yang ada ditangan Azizah.
"Wani Piro?" Canda Zizah.
"Ah.. kamu gak dikasih minjem buku lagi nanti... "
Kemudian Dzikri berjalan menghampiri Azizah dan mengambilnya.
"Thkz ya.. " ucap Dzikri sambil tertawa sumringah. Lalu meninggalkan Zizah
"Hiisssh nyebelin " ucap Zizah melihat tingkah laku Dzikri.
Sesampainya ditempat duduk Dzikri tak sabar untuk membuka surat itu.
"Ah tidak.. nanti Saja. " Batinnya
Kini tibalah guru Bhs. Arab memasuki ruang kelas.
Siswa/i yang sedang berisik riuh langsung duduk ditempatnya masing-masing.
Begitupun dengan Dzikri, dia langsung menyimpan surat dari Mazna ke saku baju. Sesekali ia meraba surat itu dan tersenyum.
Dzikri selaku ketua kelas segera memimpin doa.
"Ista'id ijlis 'alal maq'ad. Qabladi, rosyahaya 'alal qirotiddua. Addua, ibtadi"
Semua siswa menundukkan kepala.
Sudah 3 menit lamanya. Dzikri masih belum beri komando selesai. Ternyata dia sibuk dengan kasmarannya. Terlihat senyum senyum sendiri saat menunduk.
"Dzikri... Selesai" bisik Nawawi sambil menyiku dzikri teman sebangkunya.
"Intaha iqroissalam" barulah dizkri sadar bahwa dia sedang berdoa dalam kelas.
"Ari si Dzikri kunaon budak teh" canda pak Hasan yang merupakan guru bahasa Arab
"Kedengarannya sih Dzikri baca surat Yasin pak" celetuk Nawawi
Sontak semua orang yang berada dikelas menertawakannya. Sementara Dzikri, ia sibuk menunduk menutupi mukanya yang mulai merah.
***
Pukul 03.00 pagi. Dzikri bangun dan beranjak ke mesjid.
Terlihat dimesjid sudah ramai, saat para santri tengah melaksanakan qiyamullail.
Setelah melaksanakan shalat tahajjud, shalat taubat, Dzikri berniat untuk pulang dulu ke kamar, karena tiba tiba dia teringat surat dari Mazna yang belum sempat ia baca.
Dari arah kiblat, Dzikri berbalik kebelakang menghampiri pintu keluar. Dari hijab dinding yang kemudian diterpa angin pagi, terlihat wajah Mazna dengan mata yang indah sedang mengaji dibelakang, tempat shalat akhwat.
Matanya tak berkedip. Ia berhasil melewati momen itu tanpa kehilangan waktu satu detikpun, sampai akhirnya hijab itu tertutup kembali.
"Mazna.." batinnya sambil tersenyum.
Sesampainya dikamar, Dzikri mengambil surat dari saku baju seragam nya.
"Sekarang dia bisa tenang jikapun isi nya mengecewakan" pikirnya
Dear Dzikri
Terlalu bodoh jika aku menghindarimu.
Tapi alangkah baiknya rasa itu kamu simpan terlebih dulu.. lalu, jemputlah kembali ia pada suatu masa yang tepat.
By Mazna
Dzikri bingung. Belum ngerti apa maksudnya. Terus saja dibaca, Dibaca dan dibaca lagi sampai akhirnya dia yakin bahwa Mazna menginginkan dirinya, walau bukan untuk saat ini.
Tak henti henti ia memikirkan bagaimana bisa mazna membalas suratnya dengan singkat tapi membahagiakan.
Hari ini adalah hari membahagiakan, dan otomatis menjadi vitamin penambah semangat bagi dirinya.
Terkadang saat mengingat kata kata yang dikirim bunga yang sedang merekah itu, seketika dirinya ingin segera pergi ke Masadepan.
***
Hari ini disekolah.
Dzikri mencari Mazna disetiap kerumunan siswi yang sudah berada di depan sekolah.
Tibalah saat Mazna sedang berjalan dengan teman teman nya hendak memasuki pintu kelas. Dzikri melihat Mazna dari kejauhan. Begitupun Mazna, dia mendapati bahwa Dzikri sedang melihat dirinya.
Tatapan mereka bertemu dijarak kira2 10 mtr, Mazna tersenyum pada Dzikri, Dzikripun membalasnya dengan penuh semangat.
"Fighting" dengan tangan semangatnya dzikri memberikan isyarat.
Mazna menganggukan kepalanya malu malu lalu masuk kedalam kelas.
Alih alih merasa malu saat diperhatikan teman teman sekelasnya,. Dzikri malah merasa terhormat, karena yg iya semangati adalah Mazna.
"Si Dzikri kenapa?" ujar Deny sambil menggelengkan kepala.
"Kamu naksir sama Mazna Dzik?" Tanya Nawawi
Sambil memandang pintu kelas Mazna, Dzikri menjawab.
"Gitu deh... " Jawab Dzikri membawa senyum lebarnya melangkah ke depan pintu masuk kelas.
"Wah.. wah wah... Si Dzikri " sergah teman temannya.
"Eh bentar dzik.. bukannya kamu sekamar sama Iqbal?" Tanya Deny mengejar
"Hmm iya. Kenapa" tanya dzikri
"Yaah.. gak tau ya? Pantesan. " Singkat Deny yang kemudian pergi meninggalkan Dzikri.
Dzikri semakin penasaran.
"Ada apa sebenarnya Mazna dan Iqbal? Yasudah lah. Yang penting aku adalah laki-laki yang akan menjemputnya dimasa depan" batinnya penuh percaya diri.
***
Jam istirahatpun tiba.
"Na.. gak ke kantin?" Tanya Zeze
"Gak ah " jawab Mazna
"Alya?" Tanya Zeze
"Enggak" jawab Alya
"Kalian puasa?" Tanya Rodiah
"Enggak.." jawab Mazna dan Alya kompak
"Yaudah. Kita pergi dulu ya.." ujar rodiah.
Kemudian Rodiah, zeze dan janah pun segera pergi meninggalkan kelas.
Kini tinggal Mazna dan Alya saja yang ada didalam kelas.
Sambil menari-narikan pensil diatas buku matematika, sesekali Mazna memikirkan
tentang surat yang telah ia kirim. Iya, itu adalah surat pertama yang tanpa ia sadari bahwa dirinya telah menulis dengan cinta.
"Dzikri" tulisnya diatas di ujung buku.
"Insha Allah beliau akan menjadi imam yang baik untukku kelak" batinnya sambil tersenyum.
"Apaan sih.. " Tanya Alya sambil ngintip
"Kepo" jawab Mazna
"Ayo apa.. " pinta Alya menggelitik temannya,. Lalu Mazna berlari spontan Alyapun mengejar.
"Khhhhmmmm" suara bariton itu mengejutkan mereka.
Mazna gugup. Apa yang hendak dia lakukan. Saat Dzikri menatap Mazna dengan seksama.
Dzikri memberi kode lagi,
Mazna masih belum ngerti apa maksudnya.
"Samperin" bisik Alya.
"Kamu kali" bisik Mazna lagi.
"Kayaknya kamu. "
"Kamu.. " kata Mazna.
Dengan gregetnya Alya menjinjing Mazna medekati jendela.
"Alyaa.... " gerutunya.
Tapi Mazna tidak bisa berbuat banyak. Setelah Dzikri kini berada lima meter didepannya.
"Jadi???" Tanya Dzikri sambil mengerutkan kening.
"Apa?" Tanya Mazna lagi.
"Kamu mau nungguin aku buat nanti jadi kita? Begitu?" Goda Dzikri
Mazna tersenyum sambil menundukkan kepalanya.
"Gak makan teh?"
"Enggak kang."
"Kenapa?"
"Udah kenyang"
"Ketemu aku sih" kata Dzikri sambil tersenyum.
"Sudah?" Tanya Mazna
"Hmmm"
"Aku mau ke asrama dulu ngambil buku."
"Udah duha? " Tanya dzikri lagi
"Ini mau.. " jawab Mazna jalan menjinjing Alya terburu-buru.
Maznapun keluar kelas. Lalu berjalan dengan sangat cepat. Bagaimana tidak saat, Dzikri berada dibelakang memerhatikannya.
"Mazna gak usah cepet cepet.. jatoh ni..." Protes Alya mengambil pulpennya.
"Siapa juga tadi nyeret aku ke jendela"
"Tapi seneng kan?" Goda Alya
"Apaan si? Enggak " Ujar Mazna berlari. Kemudian Alya menyusulnya.
Setelah selesai Shalat duha. Mazna segera menghampiri Alya yang berada dibelakang saff nya.
"Aku laper. kamu mau makan gak ya?" tanya Mazna sambil melipat mukena
"Harusnya kenyang dong kalau udah ketemu sama yang ganteng" Alya mulai nyindir lagi
"Apaan sih???" Bentak Mazna sambil menutup mulut temannya.
serentak semua yang ada dimesjid melihat ke arah mazna.
"Hi.. maaf.. kak... " ucapnya cengar cengir sambil menganggukan kepalanya pada semua orang.
"Janji ya. jangan dibilangin siapa-siapa. aku malu. Pliis" Bisik Mazna pada Alya
"Okey. Tapi....." Jawab Alya
"Apa?" Tanya Mazna
"Jadi Sekarang kamu adalah Nyi Hindun?" Tanya Alya
"Tepatnya dimasa depan" Jawab Mazna
"Kamu mau nikah sama Dzikri na?" Tanya alya lagi dengan suara lantang. Spontan Mazna menutup mulut Alya lagi
"Kekencengan Mbak ngomongnya." bisik Mazna sambil menggusur Alya keluar mesjid.
"Yu.. kita masuk lagi. sekarang kan pelajaran pak Wahyu. jangan telat" Ajak Mazna pada Aliya sambil melangkah cepat.
🌿🌿🌿
Maaf ya Nyi Hindun di pinjem namanya bentar 🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 21 Episodes
Comments