Tepat pukul 2 dini hari Nyonya Tiwi bangun untuk melakukan sholat Tahajud bersama dengan Tuan Enggar, Setelah selesai melakukan sholat Tahajud keduanya kembali untuk melanjutkan tidur mereka sebelum masuk waktu subuh, tanpa membutuhkan waktu lama tuan Enggar sudah kembali terlelap.
Berbeda dengan Tuan Enggar, Nyonya Tiwi justru masih terjaga, sampai akhirnya dia memutuskan untuk membuka Al Qur'an dan membacanya sambil menunggu waktu subuh tiba, namun baru beberapa saat membaca ayat-ayat Al Qur'an dia merasakan mulas dan rasa sakit yang bersamaan pada perut dan pinggangnya, dia pun mengelus pelan perut buncitnya berharap bisa sedikit mengurangi rasa sakitnya.
" Mas...Mas... huft huft" bisiknya memanggil sang suami.
Tuan Enggar perlahan membuka matanya saat samar samar dia mendengar suara istrinya memanggil. menoleh kearah istrinya sambil masih berusaha mengumpulkan kesadarannya Tuan Enggar tersentak saat melihat istrinya memegangi perutnya sambil merintih.
" Mas...sakitt !" keluh Nyonya Tiwi.
" Astaga sayang,... apa yang terjadi? Mana yang sakit? kenapa duduk dibawah?apa kau tadi terjatuh?" Tuan Enggar bertanya sambil menghampiri sang istri.
" Huft,..huft.. sepertinya aku, huft.. sudah mau melahirkan mas,.. huft,.." jawab Nyonya Tiwi terbata.
" APA! tapi kan kata dokter masih 5 hari lagi sayang? jawab Tuan Enggar terkejut.
" Sakittt..." Rintih Nyonya Tiwi tanpa menjawab perkataan suaminya, dia sudah merasa sangat kesakitan.
" Baiklah ayo kita segera ke Rumah Sakit " kata Tuan Enggar sambil membopong tubuh istrinya, dia sedikit berlari saat keluar kamar.
Saat sampai dilantai bawah dia berteriak memanggil Pak Edi untuk segera mengambilkan tas berisi perlengkapan melahirkan sang istri dan meletakannya di mobil untuk dibawa ke Rumah Sakit.
Setelah menurunkan istrinya di jok belakang dan duduk di samping istrinya, Tuan Enggar menyuruh sopirnya untuk segera mengantar mereka ke Rumah Sakit.
Mobil mewah itupun mulai meninggalkan halaman depan kediaman Herlambang.
" Huh huft..." Suara Nyonya Tiwi sedang mengatur nafasnya.
" Sabar sayang sebentar lagi kita akan sampai di Rumah sakit. " Kata Tuan Enggar sambil menggenggam tangan istrinya. Jujur saja dia juga panik luar biasa tapi berusaha untuk tenang.Namun Tuan Enggar mulai meringis saat merasakan cengkraman yang cukup kuat ditangannya.
🌻🌻🌻
Tidak membutuhkan waktu lama, Kurang lebih 8 menit kemudian mobil mereka memasuki area Rumah Sakit yang cukup besar di Kota itu, karna memang jarak antara Rumah Sakit dan kediaman Herlambang tidak terlalu jauh.
" Dokter! Suster, tolong istri saya mau melahirkan." Teriak Tuan Enggar memasuki lobi Rumah Sakit sambil membopong istrinya.
"Silahkan baringkan disini Tuan." kata suster yang membawa brankar pasien.
Membaringkan istrinya di brankar pasien dengan hati-hati, lalu Tuan Enggar mengikuti istrinya yang dibawa perawat ke ruang bersalin, dia terus menatap wajah istrinya yang sudah pucat sambil menahan rasa sakit.
Sesampainya di depan Ruang bersalin langkah Tuan Enggar terhenti saat ada perawat yang mencegahnya masuk.
" Maaf Tuan kami harus memeriksa keadaan istri anda terlebih dahulu jadi mohon tunggu diluar. " kata perawat itu sopan.
Tuan Enggar hanya mengangguk sekilas sebagai jawaban. Tidak lama setelah itu datang dokter kandungan yang biasa menangani Nyonya Tiwi.
" Dokter tolong istri saya dia kesakitan." Kata Tuan Enggar menghentikan dokter yang akan masuk Ruang bersalin.
" Tuan silahkan tenang dulu, saya akan memeriksa keadaan Nyonya Tiwi terlebih dahulu, saya permisi." kata dokter itu sopan. Lalu dokter itu masuk dan memeriksa istri Tuan Enggar.
Sambil menunggu, Tuan Enggar mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan mencari nomor Mama Tini mertuanya untuk memberi kabar bahwa Putrinya saat ini ada di Rumah Sakit.
" Assalamualaikum Ma." kata Tuan Enggar setelah telfonnya tersambung.
" Wa'alaikumsalam.., iya ada apa nak? tumben jam segini telfon, Apa terjadi sesuatu dengan Tiwi?." Tanya Mama mertuanya heran karna sekarang baru menunjukkan pukul 3 pagi.
" Em Enggar ingin memberi tau Mama, Tiwi sekarang di Rumah Sakit Ma tadi perutnya sakit sepertinya akan melahirkan." Kata Tuan Enggar.
" Lalu bagaimana keadaannya sekarang?" Tanya mama mertuanya.
" Masih diperiksa Dokter Ma. " jawabnya
" Baiklah Mama akan membangunkan Papa dulu dan kami akan segera kesana, apakah Mamamu sudah diberitahu?." tanyanya lagi.
" Belum sempat Ma, jadi tolong sekalian Mama kabari mereka ya, sepertinya Dokter sudah selesai memeriksa aku tutup dulu telfonnya ya Ma?." jawab Tuan Enggar setelah melihat pintu Ruang bersalin dibuka dan muncul Dokter Aninda setelahnya.
Setelah memutuskan telfonnya dengan Mama mertuanya, Tuan Enggar bergegas menghampiri Dokter sambil bertanya,
" Bagaimana keadaan istri saya Dok? "
" Tuan apa anda yakin akan membiarkan Nyonya Tiwi melakukan persalinan secara normal? " Tanya sang Dokter sebelum menjawab pertanyaan Tuan Enggar.
" Kenapa Dok? bukankan kita sudah pernah membahas ini sebelumnya dan anda juga sudah tau kalau istri saya ngotot ingin melahirkan secara normal?." kata Tuan Enggar.
" Tapi keadaan Nyonya Tiwi sekarang tidak memungkinkan untuknya melakukan persalinan normal Tuan, saya takut Nyonya Tiwi tidak kuat mengejan karna kondisinya lemah saat ini" jawab sang Dokter.
" Baiklah saya akan bicara dengan Istri saya sebentar Dok." Kata Tuan Enggar.
" Baik, Silahkan ikuti saya Tuan!" kata Dokter.
Mereka bersama memasuki ruang bersalin dimana disana tampak Nyonya Tiwi yang terbaring dengan infus yang sudah menancap di tangannya dan wajahnya terlihat pucat.
" Sayang bagaimana keadaanmu sekarang? apa yang kamu rasakan? apakah masih sakit?" tanya Tuan Enggar sambil mengelus kepala istrinya.
Tersenyum tipis Nyonya Tiwi menjawab pertanyaan suaminya, " Masih sakit mas dan mulas."
" Sayang apa kau yakin masih tetap ingin melahirkan secara normal? aku takut terjadi sesuatu padamu dan calon anak kita." tanya Tuan Enggar memastikan keinginan istri tercintanya.
" Aku tetap ingin melahirkan secara normal mas." jawab Nyonya Tiwi.
" Tapi Nyonya ini sangat beresiko mengingat anda mengandung bayi kembar dan kondisi anda saat ini sangat lemah." kata sang Dokter menjelaskan keadaan pasiennya itu.
" Tidak Dok, saya tetap ingin melahirkan secara normal." jawabnya tegas.
Menghela nafasnya pelan, Dokter lalu mengangguk dan menyuruh suster untuk mempersiapkan peralatan untuk persalinan dan Dokter Aninda sendiri akan memeriksa Nyonya Tiwi sudah pembukaan berapa.
Setelah dirasa sudah waktunya karna pembukaannya sudah sempurna, mereka melakukan persalinan secara normal sesuai dengan yang diinginkan Nyonya Tiwi.
Tuan Enggar masih setia menemani Istrinya yang saat ini sedang berjuang melahirkan anak mereka, bertaruh nyawa untuk buah hati mereka.
Selama proses persalinan Tuan Enggar tidak berhenti berdoa meminta pada yang Maha Kuasa agar istri dan anaknya diberi keselamatan dan kesehatan. Dia ikut merasakan sakit dihatinya saat melihat sang Istri mengejan dengan sekuat tenaga sambil meremas tangannya yang digenggam istrinya.
Dia jadi teringat perkataan istrinya tentang alasan kenapa istrinya itu ngotot menginginkan persalinan normal.
" Mas menjadi seorang ibu adalah anugerah terindah bagi seorang wanita dan aku ingin merasakan apa yang mama Tini Rasakan saat melahirkanku dan lagi rasa sakit itu juga bagian dari anugerah mas , tidak semua wanita bisa merasakan sakit nya melahirkan dan menjadi ibu."
Kata-kata istrinya itu kembali terngiang diingatannya, sampai akhirnya dia tersentak saat mendengar suara tangis bayi yang cukup keras didalam ruangan itu.
~IP
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments