“Kita sudah sampai”, teriak John dengan penuh semangat yang akhirnya menghentikan pembicaraan antara Renata dan sang cucu. Mereka pun akhirnya berbondong-bondong perlahan turun dengan menggunakan sekoci karena tempat tersebut dipenuhi terumbu karang sehingga tidak mungkin spedbord dengan ukuran yang cukup besar menepi ke arah pantai.
Tampaklah pemandangan hamparan pasir putih nan indah yang mengelilingi pulau kecil yang terletak di dekat lautan lepas, pulau hijau kecil yang dihiasi tanaman pantai begitu memikat, hamparan pasir putih yang menenangkan jiwa ditemani riuhnya suara ombak yang pecah di antara terumbu karang cinta, demikianlah penduduk disana menamai terumbu karang yang mengerumuni pulau tersebut dimana dipercaya bahwa setiap orang yang berhasil menyelam dan menuliskan nama nya diatas terumbu karang akan dipersatukan Tuhan.
Dena begitu terkagum ketika mereka berhasil sampai ke tepian, air laut berselancar menghampiri kaki Dena yang tampak polos tanpa sehelai kasut apapun, kekaguman Dena tiba-tiba terhenti dengan kedatangan seorang pria paruh baya yang langsung menyambut kedatangan mereka.
“Hai Renata, lama tak berjumpa”, sapaan seorang pria paruh baya yang memiliki tinggi 178, dengan kulit coklat yang penuh kilauan, rambut putih yang terikat dengan rerantingan tanaman jalar pantai, penuh senyum menawan, sembari mencium jari Renata. “Hai Sam, sudah sangat lama tak berjumpa bagaimana kabarmu”, Tanya Renata dengan penuh kehangatan.
“aku, anak dan istriku, tentunya kami sangat baik, sudah lama sekali aku menantikan kedatanganmu sejak pemakaman Daniel, apakah kamu ingin langsung mengunjunginya atau mau istirahat lebih dahulu?” Tanya Sam. “Seperti yang terlihat Sam aku tidak datang seorang diri dan aku rasa cucuku juga sangat kelelahan, antarkan kami beristirahat terlebih dahulu.” Pinta wanita paruh baya tersebut. “kamu tak pernah berubah Renata, oke ayo guys, kita segera menuju ke tempat ternyaman di teluk Banyu”. Tegas Sam.
“wah ternyata teluk banyu merupakan tempat yang luar biasa, aku jadi tidak sabar menjelajahi tempat ini”ungkap Dena dalam hatinya. Den sini aku bantuin, pasti berat buat kamu kan, pinta Ray sembari mengambil tas yang dibawah oleh Dena.
Setelah berjalan sekitar 1,5 KM dengan tanjakan yang lumayan melelahkan kaki akhirnya mereka sampai ke puncak dimana terdapat vila yang begitu luas yang menyuguhkan pemandangan desa mereka sebelumnya yang terpisah dengan indahnya laut biru. Kemudian Sam mengantarkan mereka ke tempat peristirahatan mereka masing-masing, dimana Renata akan tidur sendirian, Sinta bersama suaminya John, Refli ditempatkan dikamar sendirian, sedangkan Ray akan ditempatkan sekamar dengan anak Sam, dan Dena pastinya pembaca sudah bisa menebak, yah dia ditempatkan di kamar yang sama dengan Cindy sekalipun dengan kasur terpisah.
Tak terasa mentari mulai melambaikan tangan mengakhiri pertemuan hari ini, begitulah suasana yang dapat dirasakan dari balkon lantai dua villa tersebut. “wah Indah banget mataharinya nek, cetus Dena kepada sang nenek yang mengakhiri hari bersama sembari memandang indahnya sunset dari teluk banyu, perlahan tapi pasti lambaian mentari digantikan oleh sapaan gelap dan heningnya malam, kedua wanita berbeda generasi tersebut pun dapat merasakan keindahan alam yang memanjakan mata. Suasana hangat tersebut pun tergantikan dengan teriakan John, yang berlari ke arah mereka sambil melambaikan tangan mengajak mereka untuk turun dan menikmati makan malam bersama di balkon belakang villa yang di didesain dengan gaya klasik amerika, yang membawa suasana penuh kenyamanan.
Ketika Dena perlahan berjalan sambil merangkul bahu neneknya yang memang berukuran lebih pendek dari gadis mudah tersebut. Mereka perlahan menuju balkon belakang tempat dimana semua orang berkumpul pada malam itu, Dena sangat terkejut ketika seorang pria yang terlihat begitu asing di hadapannya, pria berkulit sawo matang, dengan rambut pirang khas jerman yang tergerai melambai di atas bahunya dan tentunya pancaran mata berwarna hijau kebiruan yang sangat menawan nyaris membuat dunia Dena terhenti ketika memandangi sosok pria tersebut. Pria dengan tinggi 180 cm tersebut berhasil membius Dena bahkan mengalihkan nya dari sosok Ray yang selama ini dikagumi nya.
Plak, semua orang terkejut mendengar suara benturan yang begitu keras. “sayang kamu gak kenapa-kenapa ?, Tanya renata dengan panik karena cucunya yang tidak sengaja tersandung seekor anjing yang ternyata sudah dari tadi berada tepat didepan Renata dan Dena yang begitu antusias menyambut kedatangan mereka. “Are you ok”? Suara macho yang menggubah hati terdengar, perlahan Dena membuka matanya dan baru tersadar ternyata Dena berada dipelukan sosok pria yang dikaguminya. I am ok, jawab Dena dengan terbatah-batah, “oh ia aku gak apa-apa kok nek”. gerutu Dena yang tersadar bahwa sang nenek sedari tadi menanyakan kondisinya.
Perlahan tapi pasti Dena mulai melepaskan pelukan pria yang dikaguminya dengan malu-malu. Renata yang sangat menyayangi sang cucu pun perlahan berjalan namun bukan ke arah Dena tentunya, sebab wanita paruh baya tersebut berjalan kearah anjing yang tidak sengaja terdorong ke kursi goyang kayu yang berada di balkon tersebut, Renata perlahan membelai anjing tersebut dan kemudian melepaskan belaiannya ketika kondisi hewan tersebut mulai membaik.
“ih nenek kok lebih peduli ama anjing dari pada ama Dena”ambekan Dena kepada sang nenek. “sayang kan kamu tadi gak apa-apa udah ada yang nolongin. Hay Riyan, apa kabar, kamu terlihat begitu tampan, tidak seperti ayahmu”, ucap Renata sembari tersenyum kearah Sam, yang juga ikut memelototi renata dengan wajah yang konyol. Oh, I am so oke, jawab Riyan sembari mencium tangan Renata sebagai bentuk penghormatannya, yang kemudian melanjutkannya dengan mencium tangan Dena yang masih terpaku memandangi sosok tersebut.
Ayo semuanya kita mulai makan mala mini, celetuk Rany istri Sam sembari membawa berapa kudapan malam bersama dengan Sinta dan Cindy tentunya, malam itupun terasa begitu hangat, sekalipun demikian ternyata malam nan indah itu terasa begitu panas untuk seorang Ray. “uh, kok Dena mandang Riyan terus, bukannya tadi kami hampir,. Ah sudahlah, tapi apa Dena tidak bisa merasakan apa yang aku rasakan pada dirinya sejak kami pertama kali berjumpa, gerutu Ray dalam hatinya.
“Oh ia tadi nenek lupa belum memperkenalkan orang-orang yang ada disini kepada kamu sayang, ini om Sam, om Sam ini bekerja untuk mengatur para pekerja yang merawat Pulau teluk banyu ini, dan ini tante Rany, seperti yang kamu lihat tante Rany berasal dari Jerman dan itulah mengapa mereka memiliki putra setampan Riyan”, ungkap Renata. “ah tante bisa aja jawab Riyan dengan malu, makasih pujiannya tante. Tegas Riyan.
“Eits, ada yang kelupaan, ini dia Cindy yang pengen nenek kenalin ke Dena sejak tadi siang di kapal, Cindy ini adalah adik paman Daniel, jarak usia mereka cukup jauh, sekitar 20 tahunan”. Ungkap Renata. “Yah biasa anak tak disengaja celetuk Cindy” dengan penuh tawa. Salam Kenal yah Den, semoga kita bisa jadi teman sambunya dengan penuh senyum sambil mengulurkan tangannya ke arah Dena yang berada tepat di sampingnya yang disambut oleh Dena.
Ungkap Dena dihatinya, “yah liat aja nanti”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments