2. ciuman penghormatan

pip.pip.pip.

suara klaksan yang terdengar begitu keras mengagetkan mereka.

"bu, maaf aden telat jemput, soalnya tadi masih bersih-bersih vila." suara pria paru baya yang terdengar dari dalam mobil, seraya perlahan memberhentikan mobilnya di depan Renata CS.

"ia gak apa-apa kok aden. lagi pulah saya dan cucu baru tiba. dan kami juga ditemani Refli kok." jawaban Renata lembut, sembari menunjuk Refli didepannya.

"eh, ternyata ada Refli, lama banget kita gak ketemu. sejak Dani meninggal kok loe gak pernah main ke vila lagi ?" tanya Refli dengan Nada yg sedikit cetus.

"bukan aku gak pengen main, tapi loe liatlah. siapa disampingku, ini Ray anak sulungku. bertepatan dengan kematian Daniel Istriku juga melahirkan anak kedua kami. peristiwa itu juga merenggut nyawa istriku. itu kenapa aku gak bisa hadir dipemakaman Daniel. karena kehadiran buah hatiku, dan juga duka yg harus kami hadapi." sahut Refli dengan mata merah yang berusaha menahan perasaan di hati yang seakan ingin meledak keluar dalam air matanya.

"Maafkan aku yah Ref, aku gak tau kalo kamu ngalami hal yang begitu berat", ujar joni sembari keluar dan memeluk Refli.

"gak apa-apa kok Jon. mungkin gak delamanya segala hal dapat diceritakan atau perlu dijelaskan, karena terkadang waktu yang akan menjawab semuanya". dengan penuh sentum ia mempererat pelukannya pada Refli.

moment haru itu membuat Renata terpaku. mengingat kembali kehadiran Daniel, ketika ia melihat dua sahabat baik Daniel yang sedang berpelukan di depannya itu. tak disadarinya bahwa butiran-butiran bening mengalir dipipihnya. sonatak hal tersebut membuat sang cucu bingung dan khawatir.

"Nek.nenek. apa yang terjadi dengan nenek?

apakah nenek merasa sakit?" ungkap Dena dengan raut muka yang terlihat sangat bingung yang bercampur khawatir.

"gak apa-apa kok. nenek baik-baik saja. nenek hanya terharu melihat persahabatan Refli dan Joni. andai saja paman Daniel tidak berpulang ke pangkuan sang pencipta, pastinya ia akan bersa-sama dengan para sahabatnya saat ini". jawab Renata sembari menghapus butiran air bening yang berlinang menggenangi pipinya.

"bu Renata, maafkan kami. kami tak dapat menahan perasaan kami. sehingga apa yang tidak seharusnya ibu lihat saat ini tidak akan terjadi, maafkan Joni bu". celetup Joni sembari berusaha untuk mengabil koper dan barang-barang yang dibawah oleh Renata dan Dena. "mari bu, akan saya bawakan kopernya".

"tidak perlu terburu-buru Joni. jika kamu dan Refli masih memerlukan waktu bersama-sama, saya dan Dena akan kembali lebih dahulu. lagi pula saya masih semahir dulu kok menyetirnya." ujar renata sembari melwparkan senyuman kepada kedua pria di depannya, dan mengulurkan tangan meminta kunci mobil ke arah joni.

"makasi bu untuk pengertiannya, saya sangat senang bisa mendapat kesempat untuk berbincang dengan sahabat saya". ungkap Daniel sembari memberikan kunci mobil kepada Renata.

"Oh ia refli malam ini jika kosong, ayo main ke vila yah. saya tunggu, ajak Ray sekalian, biar Dena ada temannya." ucap renata sembari berjalan masuk ke arah mobil.

"oke mba Ren, malam ini saya dan Ray akan main kesana bersama Joni. makasi buat undangannya." ucapnya sembari tersenyum lebar menatap wanita paru baya di depannya.

ketika Renata membalas senyum Refli barulah ia tersadar bahwa sang cucu masih terdiam memandangi Ray dan belum beranjak masuk ke mobil.

melihat tingkah sang cucu Renata dengan iseng menekan klakson mobil untuk mengagetkan sang cucu..

"Pip. pip.pip."

suara klason yang begitu kuat itu sontak membuat Dena tersontak kaget.

gerutunya " sabar atu Nek. nyebelin ngagetin aku aja." sembari ia berjalan meninggalkan kumpulan Pria -pria iti dan bernajak menaiki mobil. tidak lupa ia berkata kepa para pria tersebut. " om, Ray Dena duluan yah, samapi jumpa nanti malam." ujarnya sembari tersenyum ke arah Ray, dengan tatapan penuh harap untuk berjumpa dengan pria tersebut.

senyum manis Dena, tidaklah sia-sia, sebab Ray membalasnya dengan bergegas menahan langkah Dena, dengan menahan tangannya dan berlutut mencium pundak tangan sang gadis. "makasi undangamnya, saya sangat senang nona cantik."

hal itu membuat Dena terdia kaku, ketika Ray beranjak meninggalkannya dan melakukan hal yang sama kepada neneknya Renata.

hal itu membuat Dena yang tadinya terkesima dengan Ray, menajdi kesal dan buru-buru masuk ke mobil.

"Plak"

suara pintu mobil yang tertutup begitu kuat.

"Dina, kenapa nak. nanti rusak loh mobilnya. dan kenapa muka kamu mendadak cemberut. bukannya tadi kmau tak dapat berhenti memandangi Ray. atau kamu marah, karena kita harus cepat meninggalkan mereka". tanya renata dengan penuh senyum menggoda kepada cucunya.

"ih Siapa juga yang natap terus cowo play boy kaya gitu. nenek-nenek aja diembat. hanya tampangnya doan yang bagus tapi sikapnya jelek banget. ih bikin ilfeel." gerutunya kepada neneknya.

sang nenek bingung, apa yang membuat cucunya berubah 180 derajat dalam waktu yang begitu cepat. namun ia berusaha tetap fokus dan hanya membalas gerutu cucunya dengan senyum dan wajah yang terkesan meledek sang cucu.

senyu ejekan nenek membuat Dena semakin marah, gumangnya dalam hatinya "apa sih nenek ini ngeselin, apa jangan-jangan nenek juga suka ama Ray, apalagi nenek yadi tidak menolak perlakuan Ray yang menciun pundak tangannya. padahal kan selama ini nenek tidak pernah mengijinkan ada pria yang menyentuh dirinya, kecuali papa."

rasa penasaran yang kian menguasai hatinya membuat Dena tak dapat menahan mulutnya. dengan penuh kekesalan ia berkata.

" jangan-jangan nenek suka yab sama Ray. kok nenek gak marah dia cium tangan nenek?"

"ya nenek suka, ia sangat sopan dan begitu tampan." (sangat mirip Daniel, batinya) jawabnya kepada cucu kesayangannya.

"ih apa yang sopan, orang tua aja diembat itu sopan gitu namanya nek?" muka Dena yang memerah padam menunjukan betapa jelausnya dia kepada sang nenek.

hahahha.ha.ha.ha.ha.ha.ha.

tawa sang nenek pecah ketika melihat wajah sang cucu.

"apa sih ne, jangan buat Dena tambah kesal". gerutunya kepada sang nenek.

"abisanya kamu lucu banget sayang. kamu cemburu ama nenek, berarti nenek gak kalah cantik darimu kan.ha.ha.ha.ha. (ia kembali tertawa terbahak)."

" ih... apaan sih. siapa yang cemburu, Dena cuma kesal ngeliat Ray yang tidak tau sopan itu yang nyium tangan akh sembarang, dan nyium tangan nenk juga."ujar renata dengan wajah merahnya yang menggemaskan.

"astaga sayangku, cium tangan itu budaya orang sini sayangku, jika seoranv pria ingin menunjukan rasa hormat pada wanita, entah itu wanita yg lebih tua, yang sepantaran, bahkan yang lebih mudah dari dirinya, ia akan tetap mencium telapak tangan wanita terdebut, ketika mereka pertama kali bertemu." jawab sang nenek untuk menenangkan amara sang cucu yang salah kapra dengan tindakan Ray.

"oh gitu, jadi itu bukan karena Ray suka nenek kan?, atau Ray pria play boy yang tebar pesona kan nek." tanya Dena dengan penuh antusias.

"ia sayangku, Ray itu.."

Brukkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk.

omongan Renata terhenti karena tabrakan yang terjadi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!