“Wah, nenek tidak apa-apa! Seru Dena dengan panik, “gpp sayang, sepertinya kita menabrak sesuatu, tolong diliatin yah sayang.” pinta sang nenek kepada cucunya.
“Krek” (suara pintu mobil terbuka), kaki jenjang Dena perlahan turun dari arah samping mobil dan berjalan kedepan mobi. “Nek, ternyata ada induk anjing yang tertabrak, sepertinya dia ingin berlari ke arah anaknya.” seru Dena, sembari mengambil anak anjing yang terluka disisi induknya yang sudah tewas.
“Dena masuk ke mobil dulu aja sayang, gpp nanti bangkai anjing nya akan ditangani oleh paman John, nanti akan coba nenek hubungi untuk minta bantuannya.” Krek, suara pintu mobil kembali terdengar. Akhirnya Renata dan Dena pun kembali meninggalkan jalanan tersebut.
“Pip, pip, pip.” Suara klakson mobil membangunkan istri John, Sinta, sinta, tolong bukakan pintunya, seru Renata dari dalam mobil. Sinta pun berlari dengan terhuyung-huyung karena kaget dengan kedatangan Renata. Ketika pintu gerbang terbuka, dan mobil terparkir, Sinta terkejut melihat sosok Renata yang tak mudah lagi namun masih sangat mempesona.
“Hallo bu”, sapa Sinta dengan wajah bahagia, Renata membalas senyumannya dengan hangat, “Sinta lama kita berjumpa, kamu sekarang sudah menjadi sosok istri dan wanita yang luar biasa.” Cetus Renata. “Terimakasih bu buat pujiannya, oh ia wanita disebelah ibu ini siapa?” Tanya Sinta, oh iya perkenalkan ini cucu saya Dena.
“Hallo tante”, sapa Dena dengan lembut. Mari masuk bu Renata dan nak Dena sembari melontarkan senyuman hangat dan membawa barang-barang Renata dan Dena, pinta Sinta.
Malam hari pun tiba, John dan Refly beserta Ray anaknya pun datang ke Vila milik renata, dalam perjalanan ketiga pria ini asyik ngobrol membahas masa lalu dua orang tua tersebut. “Ayah Ray ingin bertanya, apa hubungan Nenek cantik tadi dengan om Daniel”. Cetus Ray dengan wajah yang begitu penasaran kepada ayahnya. Sontak pertanyaan dari Ray membuat kedua pria paruh baya tersebut pun tak bisa berkata-kata.
“Ayah, Om jawab donk,” tegas Ray. “Anakku ada hal yang tidak seharusnya kamu ketahui Ray, biarlah itu menjadi urusan orang tua, yang pasti harus kamu tahu bahwa ibu renata, adalah sosok wanita yang baik dan sangat disegani di desa ini, jadi nanti ketika kita sampai disana, tolong jaga sikapmu nak,” pinta Refli .
“Baik ayah.” Walaupun kekesalan masih Nampak dalam wajah Ray, tetapi ia berusa tetap terlihat tenang dan menerima nasehat baik sang ayah.
Pip,pip, pip, suara klakson berbunyi menandakan kedatangan tamu yang diundang datang juga.
“Dena, udah siap sayang, tamu kita sudah datang, ayo buruan turun”, teriak Renata pada cucu kesayangan yang memilih tidur di rumah pohon yang terdapat di vila tersebut. Tentu saja ini bukanlah rumah pohon sembarangan, sebab rumah pohon ini dilengkapi fasilitas mewah, tempat tidur, interior, dan betap yang didesain khusus dengan nuansa khas kayu cendana.
Ia Nek, Dena bakal turun, sahut Dena.
Renata pun akhirnya mengajak Refli dan Ray untuk ke halaman belakang tempat dimana mereka akan melakukan barbeque, tempat tersebut memiliki pemandangan yang sangat menarik, dimana halaman belakang rumah langsung terkoneksi dengan rumah pohon tempat dimana Dena memilih untuk tidur, tempat tersebut juga langsung berhadapan dengan pantai nan eksotis yang menyuguhkan penampakan teluk banyu secara langsung, pantai yang dilengkapi dengan dermaga dan spitbord pribadi milik Renata begitu memanjakan mata. Sementara john dan istrinya mempersiapkan segala yang diperlukan untuk menghabiskan malam bersama.
Nenek, jangan lupa janji nenek yah, aku udah ditagih ama teman aku, pokonya bulan depan aku harus bisa jalan bareng mereka, soalnya aku udah batalin yang buat bulan ini, teriak Renata sambil menuruni tangga rumah pohon.
Sosok pemilik suara lembut tersebut, perlahan mulai Nampak, kaki Dena yang jenjang begitu memukau, ditambah sosok Dena malam ini hanya dibalut mini dress berwarna merah, yang semakin membuat pesonanya nyata, membuat Ray menelan air salivanya.
“Eh, ternyata tamunya sudah datang.” Ucap Dena dengan malu-malu karena tingkahnya yang seperti anak kecil ketika merengek pada neneknya. Sini sayang jangan malu-malu, nenek pasti akan menepati janji nenek. Ayo kita mulai bakar-bakarnya, ucap renata sembari merangkul sang cucu.
Acara malam itu berlangsung dengan begitu hangat, setiap orang yang berkumpul dengan penuh semangat membagikan cerita tentang kehidupan mereka masing-masing. Kehangatan itu terhenti ketika Dena tiba-tiba nyeletuk, “nenek yang di depan kita itu apa yah, sepertinya tempatnya begitu indah, malam pun terlihat begitu indah seperti hamparan pasir putih dan begitu berkilau, itu apa yah nek?” sang nenek terdiam seribu bahasa, mulutnya seakan terkunci oleh rasa yang tak terungkapkan.
“Oh itu mah namanya teluk bayu, itu tempat yang begitu romantis dan menjadi salah satu ikon dari desa cikala ini, tempat itu bukan sekedar tempat wisata, tetapi tempat itu adalah tempat sakral dimana dipercaya bahwa siapapun pasangan yang datang kesana dan mengukir nama mereka pada salah satu terumbu karang atau batu di sana akan menjadi pasangan terbaik.” Cetus Ray dengan penuh rasa bangga ketika menjelaskan ikon desa tersebut.
Oh gitu yah, nenek besok kita kesana boleh? Tanya dena kepada neneknya yang masih duduk diam termenung. “Kalo neng Dena mau kesana nanti akan diantarkan oleh om John dan bibi aja yah, ungkap John sembari mengalihkan focus Dena kepada neneknya.”
“Boleh aja sih om, tapi kok nenek diam, dari tadi Dena naya loh nek.” “wah seru yah, sepertinya kalau besok mau kesana, om Reli dan Ray bisa ikutan juga” ucap Refli, sembari menyela pertanyaan Dena kepada Renata.
“Setuju om, nenek kok tetap Diam?” “Susi tolong antar saya mau istirahat, sepertinya saya kelelahan karena perjalanan tadi, Dena maaf yah, besok baru kita obrolin, Tolong kamu temani om John, Ray dan Om Refli yah”. Sahut Renata dengan suara yang bergetar.
Aduh nenek kelelahan yah, maafin Dena yah nek, sini Dena bantu nenek ke kamar yah, gak usah sayang pinta renata sembari melepaskan genggaman sang cucu secara perlahan. Kamu disini temani tamu kita aja, sekaligus membahas apa yang ingin kalian lakukan besok.
Jam dinding berdetak begitu cepat tak terasa larut malam telah menghampiri, dinging nya malam, yang diiringi gemuruh angin akhirnya mengantarkan kepergian Ray dan ayahnya meninggalkan vila kediaman Renata. “bay om, bay Ray, sampai ketemu besok jam 10 yah” ungkap Dena sambil mengantarkan kepergian dua pria tersebut.
Jam gantung kuno di vila pun berdentang, kini waktu menunjukan pukul 13.00 dini hari, namun baik Renata maupun Dena sama-sama belum tertidur. Renata meringkih dalam tangis ketika harus kembali mengingat teluk bayu, tempat terindah di dunia baginya. Sedangkan Dena tak tertidur membayangkan bagaimana ia menghabiskan waktu bersama dengan Ray, bagaimana Ray membelai rambutnya, dan perhatian yang diberikan Ray padanya ketika sosok pria idamannya tersebut menatap dan tersenyum padanya, bahkan pantai pun menjadi saksinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments