Tangan Ray yang lembut perlahan tapi pasti menyentuh bibir indah nan seksi milik Dena, kecupan lembut Ray terasa begitu dalam bagi Dena, “Ray jangan tinggalin aku yah, aku pengen terus bareng kamu”. Ungkap Dena dengan manjanya. “Ia sayang, aku akan selalu disisimu”balas Ray, sembari kembali mengecup bibir Dena dengan lembut. Percumbuan yang lembut itu perlahan-lahan mulai tergantikan dengan adegan-adegan panas yang mulai terjadi diantara mereka, kecupan lembut yang perlahan memanas pun membuat Dena meringkih, “Ray, ah… ah…., Ray aku sayang kamu. Ah… ah…
“tok-tok-tok,” suara ketukan pintu yang perlahan menyadarkan Dena bahwa kenikmatan keintimannya bersama Ray hanyalah mimpi. “Dena Bangun sayang, nanti telat loh, Dena”suara Renata penuh kasih membangunkan sang cucu.
Uh….Nenek, ganggu ah, tadi kan aku masih mimpi indah neh, celoteh Dena sembari membuka pintu kamarnya. “Nenek ganggu mimpiku ah”, cetusnya lagi. “emang kamu gak pengen ketemu lagi ama Ray”, ungkap renata dengan senyum penuh ejekan kepada sang cucu, yang terlihat jelas dimata nya bahwa ia sangat mengagumi Ray. “Ia-ia aku kalah deh, aku memang gak bisa bohong ama nene kalau soal perasaan, yah udah Dena siap-siap dulu, nenek jadi ikutan kan”. Tanya Dena. “buat cucu nenek apa sih yang gak bakal nene lakukan”, ujar sang nenek dengan penuh senyum kepada sang cucu.
Pip, pip, pip, suara klakson mobil pun terdengar pertanda kedatangan Ray dan Rafli, Dena pun tanpa sadar berlari terburu-buru membuka pintu, “krek” suara pintu mobil terbuka. Sosok Refli dan sang anak yang begitu mempesona membuat Dena tersipu malu, namun perasaan Dena pun berubah seperti orang yang mengalami mood swing, berganti dengan cepat ketika melihat pintu mobil belakang terbuka, sosok wanita berkulit putih bening, bagaikan putri salju turun menggunakan celana hotpant, kaki nan mulus dengan tinggi badanya 150 cm, berhasil membuat Dena kesel, ditambah rambut panjang coklat terurai gadis tersebut menambah pesonanya.
“Hay, kok bengong, namaku Cindy”, ungkap Cindy sembari mengulurkan tangannya ke arah Dena dengan tujuan ingin berkenalan dengannya. “Hai halo, aku Dena, Dena Santika Wijayah, panggil aja Dena.”
“ Hai nak Cindy, bagaimana kabarmu, lama banget kita gak ketemu yah”, ungkap Sinta. “Aku baik kok tan, om dimana?” itu om lagi siapin semua perlengkapan yang kita perlukan buat jalan nanti, ayo semuanya masuk, neng Dena ayo jangan bengong aja, ungkap Sinta sembari bingung dengan tingkah Dena.
Ayo Cindy ajak Ray, sembari merangkul pinggang gadis kecil imut itu memasuki vila mewah tersebut, pemandangan seperti itu lantas membuat Dena menggerutu di batin nya dengan penuh kekesalan, “apa-apaan sih, kan aku gak ngundang orang asing, itu lagi sih Ray pake mesra-mesraan, apakah itu pacarnya atau gimana yah, kesel”ungkap hatinya.
Bu, bu, ini ada tamu spesial yang mau join bareng kita,ungkap Sinta sembari mengajak Cindy bertemu Renata, siapa yah sinta, Tanya Renata . sosok gadis imut itu pun membuat Renata terdiam dan air mata menggenangi matanya, sapaanya “halo sayang, sudah lama sekali kita gak ketemu, gimana kabarmu sayang?, Cindy memeluk Renata sembari berkata “aku baik ka Ren, udah lama banget kita gak ketemu, hari ini tepat 16 tahun peringatan kematian ka Daniel, dan gak nyangka bisa ketemu ka Renata lagi.
Pelukan hangat diantara mereka, membuat Dena semakin bingung, siapakah wanita yang bernama Cindy itu, dalam kebingungannya Dena akhirnya memutuskan untuk menyendiri selama mereka memulai perjalanan mereka berlayar ke arah teluk banyu.
Perjalanan yang memakan waktu 2 jam itu, akhirnya harus ditempuh selama 3 jam, dikarenakan kondisi cuaca yang sedikit tidak beruntung, walaupun demikian mereka tidak ada yang khawatir dengan kondisi tersebut karena memiliki nahkoda yang ahli seperti John.
“Dena, kok kamu menyendiri disini, kamu gak pengen join ama Cindy, tante Sinta dan nenek didalam aja, kan disini lebih dingin Den”, Tanya Ray dengan penuh perhatian. “gak apa-apa aku disini saja, lagi pula mungkin nenek butuh waktu lebih intim dengan si Cindy itu” cetus Dena dengan muka penuh kekesalan. “ih kamu manis banget Dena kalo lagi manyun gitu”, ungkap Ray dengan penuh tawa. “apaan sih kamu, siapa juga yang cemburu, gak mungkinlah, mau sedekat apapun kan cucu nenek tetap aku”ungkap Dena dengan muka yang semakin memerah menahan kekesalannya.
“Den, panggil lembut Ray, sembari menggenggam tangan Dena dengan kedua jarinya. “aku pengen kamu tuh bahagia, perjalanan ini mungkin bisa jadi yang terakhir, gak tahu kapan kamu bisa kesini lagi, oleh karena itu gak usah kesel-kesel, nikmati aja yah manis”, lalu tangan kanan Ray perlahan membelai lembut kepala Dena.
Muka Dena yang semakin memerah tak Heran membuat Ray merasakan kegemasan yang menggebuh, ditambah angin yang membelai rambut Dena yang panjang terurai, membuat sosok Dena yang menggunakan mini dress kuning yang dipadukan dengan hotpant yang perlahan terlihat karena tiupan angin, membuat kaki jenjang Dena yang seksi semakin terlihat. Suasana romantis di antara mereka berdua seakan sengaja diciptakan Tuhan untuk menyatukan mereka.
Dengan muka yang masih memerah, Dena pun perlahan menatap mata Ray, “Ray, makasih yah, udah ada buat aku, aku menikmati perjalanan ini, seperti kata kamu aq belum tentu bisa kesini lagi”. Genggaman tangan Ray makin terasa begitu kuat dan aroma pria tersebut membuat hati Dena berdetak tak karuan. “Den jujur aku pengen kita bisa ketemu lagi, ungkap lembut Ray, sembari kembali membelai rambut Dena. Entah karena terbawa suasana romantis atau karena ada si penggoda, perlahan tapi pasti, belaian Ray dikepala Dena mulai turun ke arah dagu Dena. Tangan Ray yang berotot memegang dagu kecil panjang milik Dena. Seakan pasrah Dena terdiam memerah merasakan sentuhan Ray. Ray pun semakin memberanikan dirinya, tangan kiri yang tadinya menggenggam tangan Dena kini mulai merangkul pinggang kecil nan seksi milik Dena, ketika tatapan diantara kedua insan ini makin kuat dan dalam, perlahan kepala Ray mendekati wajah Dena, dena yang malu pun, perlahan-lahan menutup matanya, ketika dua insan akan disatukan dalam ciuman yang dalam. “Dena-Dena sayang, ayo makan dulu nak” suara Renata menyadarkan Ray atas perbuatannya.
“Dena, maafin aku”, dengan tersipu malu, Ray menggenggam tangan Dena. “Ayo kita ke dalam aja”, ujarnya sembari menggenggam tangan Dena masuk kedalam kapal. Dena pun dengan senyum malu dan pasrah mengikuti Ray.
“Kalian dari mana sayang”, Tanya Renata kepada kedua pemudah yang masih terlihat memerah di depannya, “eh kami tadi di bagian belakang nek, menikmati angin sembari ngobrol-ngobrol”. cetus Dena antusia, “ia Nek” tambah Ray.
Oh gitu sayang, ini nenek mau kenalin kamu dengan Cindy, kamu pasti penasaran kan, Cindy ini adalah…………
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments