Misteri Cinta 2 Generasi
makasih Daniel, ujar seorang wanita tua yang menatap senja, sembari menutup diarinya, air mata tak henti menggenangi matanya, mengalir dipipinya yang kini tak lembut lagi.
beberapa menit kemudian, sang nenek terkejut dengan kehadiran cucu perempuannya yang merengek padanya.
"nek...nek," panggil ricuh sang cucu pada Renata (wanita tua yang menatap senja), "kenapa sayangq Dena," jawabnya pada cucu kesayangannya itu sembari membelai kepala snag cucu dengan lembut.
"nenek, aku pengen banget nenek bantuin aku bujukin ayah yah, biar aq bisa jalan-jalang bareng temen-temen aq, yah nenek." rengekannya Dena gadis 17 tahun, yang begitu cantik, kulit kuning langsatnya yang eksotis, dengan kaki jenjangnya, dan body yang hot, membuat gadis berambut panjang ikal dengan tinggi 165 cm ini, dikagumi banyak temannya, ditambah dengan paras menawannya, hidung yang mancung, mata bulat, bibir seksi dan alis yang tertata begitu indah, bak bidadari.
rengekan Dena tidak menghilangkan kecantikannya, hal ini membuat sang nenek makin gemes melihat cucu cantiknya, "baiklah, akan nenek bantu asal kamu temai nenek ngunjungi kuburan paman Daniel yah besok pagi," ujar dang Nenek.
"makasih nenek, Dena sayang banget ama nenek."
Keesokan harinya.
"nenek ayo kita berangkat, aku udah gak sabar pengen liat kubur paman Daniel," kata Dena sembari menata rambut ikalnya itu. "Ia, sabar sebentar ya nenek perlu menyiapkan hal yang paling disukai paman Daniel."
sembari terhuyung-huyung, wanita tua tersebut, mengeluarkan sekotak surat, "mungkin semuanya akan ku akhiri sampai disini Daniel. Sudah cukup lama aku menahan kepergianmu, sekarang waktu terbaik buat kita, apalagi saat ini Dena sudah mulai dewasa, sudah seharusnya dia mengetahui semuanya, tentang kita." batin nenek
wanita tua itu memasukan semua surat dan beberapa foto penting ke dalam sebuat kotak dan memasukannya ke dalam tasnya, sembari berjalan perlahan ia mengajak sang cucu tercintanya untuk pergi ke daerah yang sangat familiar dengan dirinya dan masa mudahnya, yang sudah lama tak ia kunjungi.
"wah, kenapa harus ke terminal sih nek, emang tempatnya sejauh apa, kalo naik motor bareng aku emang gak bisa, kan aku hebat nek, lagi pula aku tahan kok sejauh apapun," gerutu cucu cantiknya.
sang nenek tersenyum dan berkata:
" nenek hanya gak pengen kamu kelelahan, ditambah lagi usia nenek sudah tidak mudah lagi untuk duduk lama naik motor, takutnya nenek malah nyampe surga bukan sampe ke tempat yang kita tuju," candanya sembari menggenggam tangan mulus dan jemari yang indah milik cucunya itu, sembari menuju bus.
Semua mata yang ada disana terfokus dan terpaku memandang kedua wanita cantik, yang baru saja memarkirkan motornya.
ketika hendak menuju bus, mata yg tadi terfokus pada mereka semakin bertamba banyak, sebab wanita tua beusia 60 tahun itu memiliki paras yang cantik ketika mudahnya, sekalipun kini tubuhnya mulai dipenuhi banyak keriput, tetapi tidak dapat menutupi pancaran kecantikan sang wanita tua itu.
ditambah lagi kehadiran sang cucu yang cantik dan hot itu, gadis yang berjalan dengan dress hitam berbahan sifon yang sedikit terbuka itu, membuat kaki jenjang nan mulus dan pahannya sedikit terekspos keluar memancarkan eksostisme kulit wanita Indonesia yang menggugah hati setiap mata yang melihatnya.
senyuman manis yang mengisi wajah cantik gadis itu, menambah kagum setiap Pria yang melihatnya.
kecantikan kedua wanita itu tidak hanya membuat para pria terpincut tetapi juga membuat para wanita iri.
" kayanya nenek masih tetap gak kalah cantik ama kamu, buktinya semua mata melihat nenek," ujar sang nenek," celetup nenek yang mengusili sang cucu.
"ih, nenek aja yang kedepean, kali. Toh yang mereka lihat itu aku bukan nenek. hehehehe." sahut sang cucu.
"ayo nek, pelan-pelan aja (sembari membantu sang nenek naik ke bus)."
ketika bus mulai berjalan, hati wanita tua itu makin gak karuan, mengingat apa yang harus dia ceritakan pada cucunya, ketika mereka sampai nanti
"Daniel, jika kau masih dapat mendengarkan aku, tolong mampukan aku mengatakan kebenarannya. " batin nenek Renata.
seppppppssss."
suara henti bus membangunkan Dina.
"nenek kita udah di pemberhentian terakhir (dia mengingat pesan nenek bahwa mereka akan turun dipemberhentian terakhir)."
"Ia Din, ayo kita turun," sembari berjalan perlahan dengan mata yang mulai berkaca-kaca, tetapi coba menahannya, ketika melihat lautan biru nan indah di depan matanya, seakan memanggilnya pulang dalam kerinduan yang kian menyiksanya, sejuknya angin yang memenuhi sekujur tubuhnya. ditambah deru ombak yang menggetarkan jiwa. begitu menggugah hasrat wanita tua dikala mudanya.
"Renata, ren, ren. Jangan tinggalin aku ren, aq gak mampu tanpamu." sosok pria tampan, dengan tinggi badan 175 cm, dengan hidung yang sangat mancung, mata tajam yang membela jiwa, dan senyum manis dengan lesung pipinya, berdiri di jalan tepat dimana saat ini ia berada, tebing yang tersapu ombak menjadi saksi bisu kisah cinta mereka.
"nek. nek. ayo, buruan. nenek kok matung disitu." gerutu cucunya, ia sayang.
" maafkan nenek, nenek hanya tidak menyangka nenek bakal ke tempat ini lagi setelah 15 tahun berlalu."
tiba-tiba mereka dikejutkan dengan sosok Pria yang terlihat tak mudah lagi.
"eh ibu, apa kabar ? udah lama banget kita gak pernah ketemu. udah 20 tahunan yah bu sejak terakhir kali ibu kesini."ujar Pria setengah baya di depan mereka.
"ah bapak yang salah ingat yah. saya 16 tahun yang lalu masih sempat ke sini kok."
"kapan yah bu". tanyanya dengan wajah yg sangat penasaran.
"ketika pak Daniel meninggal."
sahut renata dengan wajah yang tersenyum lembut. seakan menggambarkan luka lamanya yang terbalut dengan kain yg mulai koyak.
"oh maaf ya bu. saya sudah lupa. dan jika ibu masih ingat saya adalah teman main Daniel ketika kami kecil dulu."
"ayah...ayah."
terdengar suara berat yang memanggil ayahnya. terlihat sosok pria yang begitu tinggi, dengan kulit sawo matang khas cowo pantai yang begitu menawan, wajah tegas yang begitu tampan, dengan telanjang dada, dan celana pantai, pria tersebut datang memanggil sang ayah.
paparan sunset yang membuat pancaran mata berkilauan dari sang pria.
"sini nak." ajak pria tua sembari menarik anaknya ke sisinya.
"perkenalkan bu. anak saya namanya Ray. dia baru berusia 20 tahun. soalnya saya menikah lebih cepat ketimbang Daniel, oh. ia nama saya Refli."
"oh... Refli aku ingat. kita kan pernah bertemu 30 tahun yang lalu. ujar Renata sembari tersenyum mengingat pertemuan mereka kala itu.
"ini perkenalkan cucu saya Dina." tak ada suara apapun yang keluar dari mulut gadis cantik itu, membuat nenek bingung.
ketika sang nenek melihat Dina, ia terkejut melihat keterpakuan sang cucu. seraya berkata:
"Din. ini kenalan ama om Refli, jangan bengong terus."
Dina yang dari tadi terdiam kaku karena terpesona dengan sosok Ray yang memiliki pesona yang jauh berbeda dari cowok-cowok kota yang selama ini dilihatnya, membuat gadis tersebut salah tingkah ketika berkenalan.
"Dina, namaku Dina om."
sembari memberikan tangannya kepada om Refli, dan setelah itu dengan mata yang berbinar Dina menatap Ray, sembari berkata:
"aq Dina, salam kenal."
Rey yang sedari jauh terpesonah dengan kecantikan gadis didepan matanya tersebut menyambut hangan tangan sang gadis, dan langsung mencium jemari indah milik Dina.
*duk. dak. duk. dak* hati Dina berdeguk dengan begitu kencang, dengan irama yang berantakan seakan mengikuti deruk ombak yang menghantam jiwa.
"eh. ehm. kayanya udah bisa dilepas deh. udah mau sejam. hehehe."
canda sang ayah ke pada Ray yang masih terpaku melihat gadis cantik di depannya.
"ih. eh. maaf Din, lupa. maaf yah tante. udah kelamaan megang tangan anaknya."
"ih Ray, ini tuh nenek aku tau, emang muka aku udah kelihatan tua banget gitu." gerutu Dina yang kesal karena mendengar ucapan Rey, yang seakan-akan melihat neneknya sebagai ibunya.
"ups. bukan muka kamu sih yang tua, tapi muka nenek yang terlalu muda."
ujar Ray, sembari melempar senyuman manis ke arah Dena.
"ah kamu bisa saja, Ray." seru Renata.
"anak ini sangat mirip Daniel".
batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Zhu Yun💫
nyimak Thor..
2023-03-07
1