Suasana kost begitu sepi, penghuni nya berada dikamar masing masing. Lalu Ara ke dapur hendak membuat teh hangat dan menghampiri Windi yang sedang asyik nonton drama korea dengan mata nya sedikit sembab, entah dia menghayati drama nya atau memang sesuatu hal buruk terjadi.
"Nangis yaa?" Ara menggodanya sambil duduk disebelahnya.
"Ini bukan nangis tapi penghayatan peran," jawab Windi mengelak.
"Bagus juga akting nya," godanya lagi.
Windi membalas nya dengan tertawa lebar, kemudian mereka hanyut dalam suasana drama yang romantis, meskipun itu baru pertama kali Ara melihat drama korea.
Menjelang tengah malam Ara pamit ke kamar dan meninggalkan Windi yang masih asyik dan fokus menonton. Kemudian Ara merebahkan sejenak tubuhnya, kaki dan punggung nya mulai terasa pegal setelah seharian wara wiri, lalu dia ambil buku dan pena berwarna biru muda si sahabat kecil nya, perlahan dia menggoreskan tintanya, kata demi kata tersusun dengan rapi, dia ceritakan semua perjalanan yang belum sempat tertulis hingga membentuk beberapa paragraf.
Sayup sayup suara adzan subuh terdengar dari jauh, ketika Ara terbangun dia lihat bukunya dan pena bekas semalam belum sempat disimpan. Lalu dia rapikan tempat tidur dan mengambil air wudu. Seperti biasa setelah Subuh dia berangkat ke pasar belanja sayuran. Ara beserta pedagang lain sibuk mencari barang pesanan pelanggan, sebagian pedagang di pasar sudah banyak yang mengenal Ara, sehingga Ara sangat mudah untuk mendapat sayuran segar dengan harga khusus.
***
Sebuah Villa mewah bercat putih dengan beberapa ornamen masa kini, halamannya yang luas dengan beberapa tanaman bunga menghiasi setiap sudutnya membuat suasana semakin terlihat sejuk.
Disana terlihat seorang pria tampan dan gagah dengan t-shirt putih dan celana pendek tengah duduk menikmati sarapannya sendirian dia adalah Rey, satu tangannya sibuk dengan memegang handphone, sementara satunya lagi memegang roti tawar yang telah diolesi selai. Semenjak orang tua Rey pindah ke luar negeri rumah itu tampak sepi, Rey tinggal berdua sama Nadine adik perempuannya, tetapi Nadine jarang ada di rumah sering bolak balik ke luar negeri karena masih kuliah disana. Sesekali Rey memanggil Bi Imah warga kampung didekat villa nya untuk membantu nya membereskan rumah, Bi Imah biasanya datang pagi dan pulang sore harinya. Tapi hari ini Bi Imah tidak masuk karena suaminya sedang sakit sehingga Rey terpaksa menyiapkan sarapan sendiri. Sedang asyiknya Rey menikmati sarapan, telpon nya berdering. Lalu Rey segera menjawab.
"Halo Rey, Mama sama Papa belum bisa pulang karena Papa masih ada urusan," terdengar suara Mama nya Rey memberi kabar.
"Iya Ma, tidak apa apa," jawab Rey singkat.
"Ya sudah, Mama tutup ya telponnya," balas Mama nya sambil menutup telpon.
Rey merupakan hasil perkawinan berdarah campuran, Papa nya berdarah Jepang, sementara Mamanya ada Sunda, Jerman, Dan Jepang. Rey memang sering ditinggal pergi sama orang tuanya. Untuk mengobati rasa kesepiannya Rey selalu mencurahkan nya melalui hobinya bermain gitar. Perlahan Rey mengambil gitar satu per satu senar gitar dipetiknya, serangkaian nada akustik terdengar indah, alunannya yang lembut namun berkarakter menambah pesona bagi yang memainkannya dan mengisi seluruh ruangan yang tadinya sepi, sesekali Rey meneguk sebotol air putih, tampak benjolan khas lelaki di lehernya naik turun ketika kepalanya menengadah ke atas, sungguh Rey terlihat menarik ketampanannya selalu terpancar ketika dia melakukan apapun.
Setelah bosan bermain gitar, Rey kemudian mengambil sebuah buku, sambil merebahkan badannya di tempat tidur lembar demi lembar dia baca dengan seksama, hingga akhirnya dia terlelap.
***
Ara baru saja keluar dari ruangan Dosen pembimbing, wajahnya terlihat lesu bibir nya yang seksi sedikit cemberut, dengan langkah gontai dia menghampiri Meli yang duduk santai di kantin. Ara kemudian duduk disamping Meli.
"Itu muka kenapa kusut begitu?"canda Meli.
"Skripsi ku dibantai Mel, padahal semalam aku begadang ngerjain ini," jelasnya dengan muka masih cemberut.
"Sabar ini ujian, hidup mahasiswa!" canda Meli dan berusaha menenangkan hati Ara.
"Aku juga kemarin sama, tapi sekarang tinggal revisi sedikit lagi," lanjut Meli.
"Jadi lapar Mel?" dengan pasang wajah memelas, Ara menatap Meli.
"Oke kita makan, aku yang bayar," jawab Meli.
"Aah.. Kamu memang sahabatku Mel," balas Ara sambil senyum.
Meli hanya membalas Ara dengan senyuman juga kemudian dia memanggil pelayan kantin dan memesan makanan.
"Ra nanti habis makan, kita ke kost kamu ya, aku mau beresin revisian trus kalau udah beres kan bisa langsung ke tempat bang Andi," ajak Meli.
"Boleh," jawab Ara singkat.
Setelah Meli membayar makanan, mereka beranjak dan pergi ke kost Ara. Ara mengendarai motor dan Meli dibelakangnya, sepanjang jalan mereka tertawa dan becanda. Sesampainya dikamar Meli langsung menjatuhkan badannya di tempat tidur, sambil melihat sekeliling ruang kamar, kamar Ara cukup nyaman dan bersih, beberapa buku tersusun rapi dirak kecil, hiasan dinding dan pernak parnik lain tertata dengan warna dominan hijau. Kamar itu tidak terlalu besar tetapi Ara mendesign nya cukup bagus sehingga terlihat luas.
"Mau minum apa Mel?" tanya Ara membuyarkan konsentrasi Meli.
"Kopi ada tidak?" tanya Meli.
"Ada, bentar ya aku buatkan," jawab Ara sambil pergi ke dapur. Dan tak lama Ara datang dengan membawa dua gelas kopi, dan langsung teriak.
"Meli!" Ara setengah loncat menghampiri Meli yang sedang membuka buku kecil sahabatnya, Ara menyimpan gelas dimeja dan langsung merebut buku kecil itu dari tangan Meli. Meli melongo kaget, sambil berusaha merebut kembali buku itu, karena masih penasaran ada apa didalamnya. Namun Meli akhirnya menyerah dan faham jika benda itu mungkin ranah pribadi Ara dan dia menghargai itu.
"Ra, sorry tadi aku sempat baca sebentar, tapi serius itu bagus banget, itu cerita fiksi atau?" ucap Meli terhenti.
"Ini perjalanan hidup aku, yang ku tuangkan dalam sebuah catatan kecil Mel, gak ada yang istimewa," jelas Ara.
"Ra kenapa tidak dibuat semacam buku fiksi atau biografi saja? asli bagus banget," lanjut Meli.
"Bikin buku itu tidak mudah Mel harus memenuhi syarat dari editornya," balas Ara.
"Kan bisa dicoba dulu Ra, siapa tau lolos editor," usul Meli.
"Aah..sudahlah aku tidak mau bahas, intinya gak mungkin Mel," lanjutnya.
"Loh mana tadi kopi ku," tanya Meli mengalihkan pembicaraan.
"Ini untung tidak tumpah pas tadi loncat," kata Ara tertawa sambil menyerahkan gelas kopi.
Lalu keduanya bersamaan menyeruput segelas kopi hangat, sesuai rencana semula Meli mengambil laptop nya dan mulai mengerjakan revisi skripsinya begitupun Ara, dia fokus harus menyelesaikan skripsinya supaya segera wisuda. Menjelang sore mereka ke tempat Andi untuk menjilid skripsi Meli, setelah itu Ara mengantar Meli ke rumahnya.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Ama
hadir bawa like😊😊
2022-01-04
1
~🌹eveliniq🌹~
mampir ya
#PenaAutoon
2022-01-01
1
@Princes halu"
bagusnya kak.. like dan dukungan untuk kak..
2021-12-30
1