Tentang Kamu Dan Kisah Yang Panjang
Nara
Jakarta, Indonesia 2015
"Nek apakah aku sudah terlihat rapi?" Tanyanya kwatir.
Berkali kali nenek mengakat jempolnya, menandakan bahwa penampilannya baik baik saja. Namun, dia terlihat sangat gelisah seakan ia akan bertemu dengan nenek sihir yang kapan saja siap mengutuknya. Ini pertama kali nya ia akan mengikuti wawancara kerja di salah satu rumah sakit swasta. Karna ini adalah keperluan wawancara kerja ia tidak ingin terlihat tidak sempurna, ia tidak membiarkan ada kesalahan kecil yang akan membuatnya tidak di terima bekerja nanti nya.
Rumah sakit Kasih Anugrah adalah salah satu rumah sakit yang di naungi oleh salah seorang pengusaha, beralamat di salah satu pinggiran ibu kota. Rumah sakit tersebut di jadikan untuk tempat badan amal. Pasien yang datang ke tempat itu adalah kalangan menengah ke bawah, yang tidak memiliki biaya. Nara sangat antusias ingin bekerja di tempat ini karna ini merupakan cita cita nya agar bisa membantu banyak orang yang membutuhkan.
Aku sangat beruntung bisa mendapat panggilan interview menjadi Dokter umum di rumah sakit ini. Gumam nya beberapa kali di dalam hati, bahkan saat sudah sampai di depan rumah sakit.
Bersama nenek yang menemaninya. Wajah nya sudah terlihat gugup ketika sampai di depan rumah sakit. Karna ia sudah beberapa kali mendengar Orang yang akan mewawancarainya adalah orang yang sangat kejam. Salah sedikit saja bisa bisa kita langsung di suruh pulang. Begitulah isu yang sering ia dengar. Namun demi cita cita nya ia menghiraukan isu tersebut.
"Masuk lah, nenek menunggu mu disini." seraya mengibaskan tangannya agar Nara secepatnya berlalu dari hadapan nya.
"Bagaimana penampilan ku nek?" pertanyaan yang mungkin sudah ke sepuluh kali.
Kali ini nenek tidak menjawab, ia meletakkan ke dua tanganya di bahu Nara,
"Penampilan bukan yang utama, dia akan menilai kemampuanmu, masuk lah nenek yakin kau bisa" ucapan yang seketika mengusir jauh kegelisahannya yang sudah membukit itu.
Nara tersenyum dan pergi memasuki rumah sakit yang hanya beberapa langkah lagi di hadapannya.
Sejauh ini Nara sudah berada di dalam rumah sakit hampir dua jam. Nenek yang tadi nya cukup yakin kini mulai terlihat kwatir. Ia duduk kemudian kembali berdiri dan berjalan, kemudian melihat ke arah pintu rumah sakit, kemudian kembali duduk, entah sudah berapa kali ia melakukan itu.
Kenapa lama sekali, apa saja yang mereka tanyakan. Ahh semoga saja cucu ku tetap tenang. Guman nya dalam hati.
Selang beberapa menit kemudian.
"Apa nenek lelah menunggu ku?" suara Nara seketika membuat nenek terperanjat dari lamunannya.
"Bagaimana hasilnya?" ia lebih tertarik dengan hasil wawancara Nara daripada pertanyaan cucu semata wayang nya ini.
"Aku lapar nek" dengan wajah penuh iba.
"Ayo kita cari tempat makan" ia mengenyampingkan rasa penasarannya setelah melihat wajah Nara yang penuh rasa iba. Ia sudah mengetahui kebiasaan cucunya itu, jika dia berpikir keras baik saat ujian dulu ia akan mudah kelaparan. Itu sebabnya ia selalu mengingatkan membawa bekal jika ada ujian di kampus nya.
Setelah tiba di salah satu warung makan, Nara langsung melahap makanan yang sudah tersedia di hadapan nya. Nenek beberapa kali tersenyum melihat Nara yang begitu lahap.
"Bagaimana hasilnya?" Pertanyaan nenek yang sudah memuncak. Ia menunggu sampai tiba di rumah agar bertanya.
Namun nara menunjukkan ekspresi sedih.
"Tuhan menciptakan mulut dan tenggorokan yang tebal, supaya kita bisa bicara. Bukan hanya diam" nada yang sudah mulai meninggi.
Nara menghiraukan ucapan nenek, ia memilih masuk ke dalam kamar.
Kenapa dia diam saja, mungkinkah dia tidak di terima? aahhh ucapan ku mungkin sudah membuat dia sakit hati. Tapi seharusnya dia katakan saja, bukankah gagal adalah hal biasa.
Clek.
Terdengar suara kunci terbuka, nenek memperhatikan arah suara. Nara sudah berdiri di depan pintu mengenakan jas putih yang biasa di gunakan oleh Dokter. Dengan tersenyum ia "Aku berhasil nek"
Dengan cepat nenek menghampirinya dan memeluknya berurai air mata.
"Dasar cucu durhaka kamu ya, nenek sudah bertanya dari tadi kamu malah mengabaikan nenek" di iringi isak tangis, air mata nya kini membasahi jas putih di bagian bahu Nara.
"Apakah aku terlihat cantik nek?" Tanya Nara lagi seraya mengelus punggung neneknya itu.
Nenek melepaskan pelukan dan menatap Nara dengan tatapan bangga.
"Kamu sangat cantik, persis seperti ibu mu dulu" Ucap nya sambil tersenyum haru.
"Benar kah? Tapi aku merasa lebih mirip ayah" menaikkan bibir nakal.
Nenek tersenyum seraya menghapus sisa air mata di pipinya.
Nara kembali dari dapur mengambil minuman, ia masih melihat nenek masih memandangi jas berwarna putih yang ia kenakan sebelum nya.
Ia menoleh dan hanya tersenyum.
Nara memang di besarkan oleh neneknya semenjak ia masih berumur 5 tahun. Ia bahkan tidak memiliki gambaran tentang kedua orang tua nya. Jika dia bertanya tentang orang tuanya nenek hanya menjawab Mereka sudah berada di surga kau hanya perlu mendoakannya saja.
Nenek adalah ibu dari ayah Nara, selama ini nenek membuka sebuah toko bunga kecil di lantai bawah, dan lantai dua adalah tempat tinggal mereka. Bermodalkan toko bunga itu nenek bisa membantu Nara mengejar cita cita sebagai Dokter. Di samping Nara juga mendapat beasiswa, ia hanya membayar uang praktek saja. Sudah bisa di bayangkan biaya praktek sekolah dokter tidak main main. Namun semua terbayar lunas ketika ia lulus dengan peringkat cumlaude.
Bukan tidak mau bekerja di rumah sakit besar, namun ia tetap memilih bekerja di rumah sakit yang tidak jauh dari tempat tinggal nenek. Kebahagian nenek adalah kedudukan tertinggi di prioritas utama dalam hidup nya. Karna nenek adalah keluarga satu satu nya yang ia punya.
"Kapan kau mulai bekerja?" Tanya nenek mengagetkan lamunan Nara.
"Besok nek"
"Kalau begitu kau istirahat saja, besok kau harus terlihat segar di hari pertamamu bekerja" terlihat jelas dari raut wajah nenek dia jauh lebih bangga melihat cucu nya kini bekerja sebagai dokter umum.
"Tidak nek, baru jam satu siang. Kita buka toko saja" seraya berdiri.
"Tidak bisa" dengan cepat ia melarang Nara.
"Aku tidak akan masuk kerja besok jika nenek melarang ku membantu membuka toko" jawaban Nara cukup berhasil. Buktinya nenek hanya diam saja ketika Nara mengikutinya turun ke lantai bawah.
Toko bunga ini adalah hadiah yang di berikan kakek dulu kepada nya, wujud tanda cinta kakek kepadanya. Benar saja satu tahun setelah kakek memberikan toko bunga ini ia meninggal. Sampai sekarang justru toko bunga inilah yang menjadi mata pencaharian nenek. Mungkin ini adalah bentuk cinta yang sesungguhnya. Karna dari toko bunga ini lah, cita cita Nara bisa terwujud. Nenek selalu bersemangat saat bekerja di toko ini..
"Hanya raga nya yang sudah meninggal, namun ia selalu hidup dan bersemi di hati ku" kata ini lah yang sering di ucapkan ucapkan nenek kepada Nara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Jirayuminasaora
bagus kak
2022-08-08
0
Rhima Milana Hakim
mampir di cinta bekula 1 dan 2 ya...karya akuu
2022-06-12
0
Nana Anna
✨
2022-05-17
0