"seperti sebelumnya,taruh garam ini di minuman atau makanan orang yang kamu maksudkan tadi Tuti. " ucap seorang pria paruh baya yang sering dipanggil dengan sebutan mbah Jarwo, sembari memberikan sebuah bungkusan dari daun pisang.
"iya mbah. " ucap bulek Tuti sembari menerima bungkusan daun pisang dari mbah Jarwo.
"jangan lupa transferan nya...! " seru mbah Jarwo mengingatkan akan upah nya.
"Mbah Jarwo tenang saja,saya pasti menepati janji saya. " kata bulek Tuti dengan sombong nya.
Ya saat ini bulek Tuti tengah berada di rumah seorang orang pintar atau lebih tepatnya di sebut dengan dukun. Bulek Tuti berencana untuk menyantet Arumi, karena dirinya tidak tahan akan kehadiran Arumi yang akan menggagalkan rencana untuk menguasai harta dan mendapatkan hati Herman. Di lihat dari Herman yang mulai menyukai Arumi.
"Tuti,Tuti.Sampai kapan kamu akan berhenti menyakiti orang lain...?? " ucap Mbah Jarwo dengan menggeleng-gelengkan kepala nya dengan pelan.
"sampai Herman dan seluruh harta kekayaan nya dapat aku miliki. " jawab Tuti dengan angkuh nya.
"ingatlah Tuti... Herman itu adalah keponakanmu,dan harta yang ingin kamu kuasai adalah harta peninggalan dari kakak mu sendiri untuk anak semata wayang nya yaitu si Herman. Bukankah sangat tidak pantas jika kamu menyukai keponakan kamu sendiri...?! " ucap Mbah Jarwo memperingatkan Tuti akan batasannya.
"sudahlah Jarwo jangan terlalu ikut campur dengan masalah keluargaku,kamu cukup diam dan melakukan apa yang aku minta. " jawab Tuti dengan ketus.
"tapi Tuti, a... aku... " ucap Mbah Jarwo terputus.
"kamu cuma perlu membantuku untuk menyingkirkan istri-istri Herman secara perlahan, itu saja sudah bagus. " ucap Tuti dan bergegas pergi meninggalkan Mbah Jarwo yang terdiam membisu.
"aku sudah muak dengan semua ini Tuti,ini terakhir kali aku akan membantumu. " guman Mbah Jarwo pelan setelah melihat Tuti pergi menjauh dari rumah nya.
Setelah bulek Tuti sampai dirumah Herman.
"Rumi.... Arumi....!! " teriak bulek Tuti memanggil Arumi.
Arumi yang mendengar nya pun berlarian tergopoh-gopoh takut kalau dirinya kena semprotan dari bulek Tuti lagi.
"i... iya.. bulek. " jawab Arumi gugup.
"buatkan jus mangga...! " perintah bulek Tuti dengan ketus.
"ba... baik bulek. " jawab Arumi dengan gugup nya.
"cepat ya...! " ucap bulek Tuti dengan bekacak pinggang.
"iya bulek. " jawab Arumi.
"bulek maaf, saya lupa kalau buah mangga nya habis. " ucap Arumi lagi.
Bulek Tuti memutar kedua bola matanya dengan malas lalu berkata.
"buatkan jus buah apa saja yang penting enak dan segar. " jawab bulek Tuti malas.
"baik bulek, " jawab Arumi lalu pergi ke dapur untuk membuatkan jus untuk bulek Tuti.
Setelah selesai Arumi pun ke depan untuk memberikan jus buah buat bulek Tuti.
"ini bulek jus buah nya. " ucap Arumi sembari memegang gelas yang berisi jus buah untuk dirinya berikan kepada bulek Tuti.
"ya terimakasih, " jawab bulek Tuti singkat.
Arumi pun hendak menaruh nampan ke dapur, namun langkahnya di hentikan oleh bulek Tuti.
"tunggu Rumi, aku lupa tadi aku beli beberapa kebutuhan rumah. Kamu ambil ya di mobil belakang. " perintah bulek Tuti kepada Arumi.
"baik bulek, " ucap Arumi dan menaruh nampan yang dipegangnya itu di atas meja lalu pergi mengambil barang yang dimaksud oleh bulek Tuti.
"jus ini sangat segar...!alangkah baiknya kalau aku menambahkan garam ini, waw... ide cemerlang bukan. " ucap bulek Tuti dengan tersenyum.
Bulek Tuti pun segera mencampurkan garam tersebut ke dalam jus buah buatan Arumi. Lalu dirinya berniat untuk memberikan nya kepada Arumi.
"Arumi.... sebentar lagi kamu akan merasakan bagaimana terkena santet, hahaha.... " guman bulek Tuti dalam hati dengan tertawa.
Bulek Tuti pun tersenyum dengan bangga nya.
"Herman hanya milikku,tak ada satu pun orang yang dapat memilikinya selain aku. " ucap bulek Tuti dengan tersenyum simpul.
dreeg... dreeegg... bunyi pesan masuk di telepon genggam milik bulek Tuti.
"cepat datang ke pabrik,ada hal penting yang harus saya bicarakan ke kamu. " isi pesan masuk di telepon genggam milik bulek Tuti.
"ada masalah apa ini,nampaknya terlihat penting, " guman bulek Tuti.
Bulek Tuti pun menaruh gelas yang berisi jus buah yang sudah dirinya campur dengan garam pemberian Mbah Jarwo di atas meja dan pergi mencari Arumi.
"Rumi.Kamu minum saja jus buah tadi, aku menaruhnya di atas meja tadi. " ucap bulek Tuti kepada Arumi.
"tapi bulek,itukan buat bulek Tuti... " jawab Arumi yang tengah menenteng plastik belanjaan di kedua tangannya.
"sudah kubilang jangan bantah ucapan saya...! " bentak bulek Tuti karena kesal.
"i... iya bulek, nanti Arumi akan meminumnya. " jawab Arumi gugup.
"jangan sampai tersisa...!! " perintah bulek Tuti.
"iya bulek, " jawab Arumi.
Bulek Tuti pun pergi meninggalkan rumah Herman menuju ke pabrik.
Beberapa menit kemudian.
"aku yakin Arumi sudah meminum jus buah tadi, aku tidak sabar reaksi santet itu. " pikir bulek Tuti dengan licik.
Tanpa sengaja bulek Tuti melihat mobil yang dikendarai oleh Herman berbalik arah menuju rumah.
"Herman...? ya itu Herman...!! " ucap bulek Tuti lalu memotong jalan untuk kembali pulang ke rumah Herman. Dengan cepat dirinya memutar arah.
"assalamualaikum... " sapa Herman kepada Arumi.
"Waalaikumsalam... " jawab Arumi dari yang tengah sibuk membereskan dapur.
"wah,ada jus buah segar nich...! kebetulan aku haus. " ucap Herman lalu mengambil jus tersebut dan meneguknya.
"hemm segar dan enak, " ucap Herman lagi.
Arumi pun keluar untuk menemui Herman.
"sudah pulang mas...? " tanya Arumi menyapa suaminya.
"hemm, " jawab Herman dengan anggukan.
"Arumi, ini jus siapa...? maaf ya aku habiskan. " ucap Herman kemudian.
"iya mas, gak papa kok. " jawab Arumi dengan tersenyum.
"bulek Tuti kemana, kok sepi...? " tanya Herman kepada Arumi sembari menyerahkan tas kerja yang dibawanya kepada Arumi.
"oh, tadi bulek Tuti keluar lagi. " jawab Arumi sembari menerima tas yang dibawa oleh Herman.
"keluar lagi...?memang nya bulek Tuti dari mana...? bukankah dirinya izin sakit. " ucap Herman bingung.
"tadi bulek Tuti habis belanja mas untuk keperluan rumah,dan dia pergi lagi setelah menyuruh Arumi untuk membuatkannya jus buah ini. " jawab Arumi jujur.
"oh... jadi dia tidak sakit...?! " guman Herman pelan.
"mas Arumi lanjut beres-beres dulu ya, nanti kalau ada sesuatu yang dibutuhkan panggil saja. " ucap Arumi kepada Herman.
"ya, " jawab Herman singkat.
Arumi kembali ke dapur menyelesaikan beres-beres dapur nya. Sedangkan Herman berada di ruang kerja nya.
Tiba-tiba terdengar dobrakkan pintu.
braaaakkkk....
"apa itu...! " seru Arumi kaget. Dengan segera Arumi ke depan untuk melihat apa yang terjadi karena dirinya mendengar dobrakan pintu.
"bulek Tuti....?! " seru Arumi kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments