Sore hari di vila mewah Vincent. Vincent berdiri di balkon, memandangi pemandangan di kejauhan. Entah mengapa, pikirannya terus melayang pada gadis cantik yang telah menolongnya. Senyum tipis mengembang di bibirnya saat ia mengingat Delia yang memarahinya ketika ia masih sakit, dan senyum manis Delia. Lamunan Vincent buyar ketika Asisten Xi tiba-tiba menghampirinya.
"Tuan," sapa Asisten Xi dengan membungkukkan badan, memberi hormat.
"Ada apa?" ucap Vincent sambil menyalakan sebatang rokok.
"Tuan, soal tugas untuk menyelidiki kejadian kemarin, sudah saya dapatkan," sahut Asisten Xi.
"Hmm, lalu apa yang kau dapatkan?" ucap Vincent sambil menghisap rokoknya.
Asisten Xi menyodorkan sebuah amplop besar kepada Vincent. Vincent menerimanya dan membuka. Di dalam amplop itu, ada foto dua orang laki-laki yang diduga membuat masalah pada mobil Vincent, terekam CCTV.
"Tuan, itu orang yang sudah melakukan sesuatu pada mobil Anda," sahut Asisten Xi.
"Cepat kau cari kedua orang ini dan kurung mereka. Aku memberimu waktu tiga jam untuk mencari orang ini," ucap Vincent dengan tegas dan tatapan dinginnya.
"Baiklah, Tuan, akan saya laksanakan," jawab Asisten Xi, lalu pergi meninggalkan Vincent yang masih di balkon.
Tak lama kemudian, Vincent turun untuk mengantar ibu dan ayahnya yang akan kembali ke Korea.
"Nak, jaga dirimu baik-baik," ucap ibu Vincent sambil memeluk Vincent.
"Baik, Bu," ucap Vincent sambil membalas pelukan.
"Kami akan pulang," ucap ayah Vincent sambil menepuk pundak Vincent.
"Iya, hati-hati, Ayah," ucap Vincent yang memandangi kedua orang tuanya memasuki mobil, lalu melihat mobil melaju jauh. Kemudian Vincent pun masuk ke dalam rumahnya, duduk di sofa, dan terdiam. Suasana hening. Tidak ada kehangatan, yang ia rasakan hanyalah kesepian di rumah besar yang mewah itu.
Waktu berjalan cepat. Tak lama, hari sudah menjelang malam, dan ada panggilan masuk dari Asisten Xi. Vincent yang sedang melamun memikirkan Delia.
"Aihh... mengapa aku selalu kepikiran dia? Dia hanya seorang gadis kasar, cerewet yang sudah menolongku, itu saja. Dan kenapa aku selalu memikirkannya?" gumam Vincent dalam hatinya.
Ia tersadar seketika karena getaran ponselnya.
"Halo, Tuan," ucap Asisten Xi.
"Iya, ada apa?" ucap Vincent dengan rasa lesu yang ia rasakan.
"Tuan, tugas sudah selesai. Kedua orang yang mencoba mencelakai Tuan sudah ditangkap dan sudah dikurung," ucap Asisten Xi dengan tegas.
"Baik, aku akan ke sana segera," ucap Vincent dengan tegas.
Telepon ditutup. Vincent pergi mengendarai mobilnya sendiri dan menuju markas miliknya yang berada di tengah hutan.
Kerisauan Hati dan Kondisi yang Tersembunyi
Malam hari yang sunyi dan tenang di kediaman rumah Delia. Nenek yang sedang merajut melihat cucunya yang sedang mengaduk teh sambil melamun.
"Cucuku, apa kau baik-baik saja?" ucap nenek kepada Delia, membuat Delia terkejut seketika.
"Ahh... aa... Nenek, ini tehnya sudah siap," ucap Delia sambil membawakan teh pada neneknya.
"Apa kau baik-baik saja, Delia?" ucap nenek dengan rasa khawatir.
"Iyaa, Nek, aku baik-baik saja, hanya saja sepertinya aku kecapean. Aku akan pergi tidur, Nek," sahut Delia.
"Hmm... baiklah, kau tidurlah cepat," ucap nenek. Lalu Delia bangkit dari duduknya dan pergi tidur, tidak lupa memberi kecupan kepada neneknya.
"Muach... selamat malam, Nenek," ucap Delia.
Saat Delia berada di kamarnya, ia langsung terbaring di ranjangnya. Ia mencoba untuk memaksakan menutup kedua matanya, namun alhasil Delia tidak bisa tenang. Dia terus kepikiran Vincent. Delia selalu membayangkan wajah Vincent yang tampan dan bulu matanya yang panjang dan lentik itu. Delia membayangkan sambil memeluk bantalnya dengan erat.
"Dia sebenarnya siapa dia? Kenapa begitu tampan?" Lalu Delia tersadar dan ia mengomel sendiri.
"Aihh, sedang apa aku? Kenapa aku memikirkan lelaki yang angkuh dan dingin itu? Memangnya siapa dia yang bersikap sombong dan dingin itu? Tidak... tidak... tidak... Delia, kamu harus sadar! Aku tidak boleh memikirkan lelaki yang tidak jelas itu!" ucap Delia dengan tegas pada dirinya sendiri sambil mengomel. Lalu Delia memaksakan menutup kedua matanya dan tak lama ia tertidur.
Sementara itu, nenek yang sedang merajut di ruang keluarga, berpikir ada yang aneh dengan sikap Delia belakangan ini yang sering melamun. Tapi nenek tidak begitu mengkhawatirkannya. Lalu nenek tiba-tiba batuk dan mengeluarkan darah. Darah yang ada di tangannya itu, nenek segera bergegas untuk membersihkannya. Nenek bergegas ke kamar mandi untuk membasuh tangannya, lalu nenek yang tiba-tiba merasa sakit, segera masuk kamar untuk meminum obat.
Akankah Vincent dan Delia menyadari perasaan mereka masing-masing? Dan berapa lama nenek Delia bisa menyembunyikan penyakitnya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments