💰
💰
💰
💰
💰
Gerry melangkahkan kakinya tak tentu arah, dia saat ini sedang mencari pekerjaan. Dengan tas yang menempel di punggungnya, Gerry mengacak-ngacak rambutnya frustasi karena dari tadi dia belum mendapatkan pekerjaan. Gerry menendang kaleng minuman yang ada di hadapannya.
Pluuuukkkk....
"Wadaw, siapa nih yang nimpuk gue," teriak seseorang dengan mengusap-ngusap kepalanya.
"Aduh, apes banget gue hari ini," gumam Gerry.
Orang yang terkena timpukkan kaleng itu celingukkan dan melihat ke arah Gerry yang tidak jauh berdiri darinya. Dengan langkah cepat orang itu menghampiri Gerry.
"Pasti lo kan yang nimpuk gue pakai kaleng ini?"
"Maaf Bang, tidak sengaja," seru Gerry dengan menangkupkan tangannya.
"Tidak sengaja-tidak sengaja, lihat nih kepala gue benjol gara-gara lo."
"Iya maaf Bang."
"Bang-bang, sejak kapan gue jadi Abang lo."
Gerry hanya meringis mendengar ocehan pria kriting dihadapannya, sebenarnya Gerry bukannya takut kepada orang itu justru Gerry ingin tertawa karena melihat wajahnya yang konyol dan lucu menurut Gerry.
Orang itu melihat penampilan Gerry dari atas hingga ke bawah.
"Lo mau kemana, muka lo kusut amat kaya cucian belum di setrika?"
"Gue lagi cari kerjaan, Bang."
"Yaelah jangan panggil gue Abang, kayanya umur gue di bawah lo, lo ga lihat apa wajah gue masih awet muda kaya gini. Kenalkan nama gue Raga Prawira tapi gue lebih hits di panggil Kiting jadi panggil gue Kiting saja," ucap Kiting dengan mengulurkan tangannya.
"Nama gue Gerry."
"Gue lihat-lihat badan lo bagus, otot-otot lo juga bagus, lo mau ikut kerja di toko sembako gue? eh maksud gue di toko sembako bos gue, mumpung saat ini lagi membutuhkan karyawan buat jadi kuli panggul."
"Mau..mau, gue mau," sahut Gerry dengan antusias.
"Cakep..ayo gue kenalin sama bos gue."
Gerry dengan semangat mengikuti Kiting masuk ke dalam toko sembako yang sangat besar itu.
"Bos, kenalin ini Gerry dia sedang mencari pekerjaan, lihat badannya Bos gede banget kaya Bina..bina..bina apa ya namanya yang suka olahraga itu?" seru Kiting.
"Binaragawan," sahut Gerry.
"Nah itu, dia bisa jadi kuli angkut beras sama saya bos."
Bos Kiting yang bernama Pak Joko itu, melihat penampilan Gerry dari atas hingga bawah.
"Wah cocok, kamu boleh bekerja disini."
"Terima kasih Pak, terima kasih banyak," sahut Gerry menjabat tangan Pak Joko dengan senangnya.
"Sama-sama, sekarang kamu sudah mulai kerja bersama Kiting."
"Iya Pak."
"Come on bro, lo angkat semua beras itu ke dalam mobil bak itu kita antarkan beras-beras itu ke pelanggan kita."
"Ok."
Gerry menyimpan tasnya dan dengan semangat memanggul beras-beras itu dan memindahkannya ke mobil bak terbuka untuk di antarkan ke pelanggan.
"Ger, lo bisa nyetir mobil?" tanya Kiting.
"Bisa."
"Ok, lo yang bawa mobilnya."
Gerry pun mulai melajukan mobilnya...
"Ting, setahu gue biasanya yang beli beras itu kan langsung ke tokonya, lah ini ngapain pakai di anter segala?" tanya Gerry.
"Lo ga lihat kalau toko beras si bos itu dekat dengan komplek perumahan mewah, lo tahu lah bagaimana sifat para orang kaya maunya tinggal ada di depan mata tanpa harus susah payah dan panas-panasan pergi keluar, tapi itu sangat menguntungkan buat kita para orang kaya itu suka ngasih uang tips, lumayan lah dari satu rumah saja gue bisa dapat goban sampai cepe, lo itu aja kalau gue ngirim ke sepuluh rumah sudah dapat berapa tuh," jelas Kiting.
"Goban? cepe? berapa tuh?" tanya Gerry polos.
"Goban itu lima puluh ribu, kalau cepe seratus ribu."
"Wow, lumayan banget dong Ting."
"Hooh, apalagi kalau kita sedikit gombalin Tante-tante girang itu, bakalan melayang tuh beberapa lembar uang merah ke dalam dompet kita. Lo kayanya bakalan jadi idaman para Tante gatal itu, secara badan sama muka lo kaya artis tampannya melebihi batas."
"Ah lo bisa saja."
"Nah, kita mulai dari rumah ini, ayo kita turun."
Kiting dan Gerry pun turun dari mobilnya...
"Permisi, kami mau mengantar beras," teriak Kiting.
"Eh ada Bang Kiting, silakan masuk Bang," seru wanita yang dandanannya sangat menor.
"Gerry, lo angkat berasnya."
"Siap."
"Ini Bu, berasnya di simpan dimana?" tanya Gerry.
"Wow, kamu siapa? tampan sekali," seru wanita itu dengan mengusap dada Gerry membuat Gerry merinding di buatnya.
"Maaf Bu, berasnya mau di simpan dimana?"
"Jangan panggil Bu dong tampan, panggil saya Tante Anggi saja. Nama kamu siapa?"
"Nama saya Gerry, Tante."
"Ya ampun kamu tampan sekali, ini tips untuk kamu," seru Tante itu dengan bergelayut manja di lengan kekar Gerry.
"Ah iya, terima kasih Tante," sahut Gerry dengan mencoba melepaskan tangan Tante itu.
Gerry segera kabur dan masuk ke dalam mobil, sedangkan Kiting tampak tertawa terbahak-bahak.
"Gila, kalau menghadapi wanita seperti itu bisa-bisa gue jantungan," seru Gerry dengan mengelus dadanya.
"Sabar Ger, itu caranya supaya kita dapat tips banyak. Oh iya ngomong-ngomong lo di kasih berapa sama Tante Anggi?" tanya Kiting.
Gerry menghitung uang yang di kasih Tante Anggi itu.
"Satu, dua, tiga, empat, lima, gila lima ratus ribu Ting."
"Cakep...kalau begini caranya bisa dapat uang banyak kita."
Gerry dan Kiting mengantar satu persatu beras ke setiap rumah, dan Gerry selalu menjadi bahan godaan Tante-tante centil yang tidak tahu diri itu.
"Akhirnya beras kita sudah habis, let's go kembali ke toko," seru Kiting.
"Siap."
Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, saatnya Kiting dan Gerry pulang. Gerry tampak duduk di depan toko beras itu, sedangkan Kiting yang baru saja menyalakan motor jadulnya melihat ke arah Gerry.
"Woy, ngapain lo malah bengong disana? memangnya lo ga mau pulang?" tanya Kiting.
"Mau pulang kemana, gue ga punya tempat tinggal, biarin gue tidur di depan toko sajalah gue sudah biasa tidur di emperan," sahut Gerry.
"Astaga, lo ga punya tempat tinggal? ya sudah lo ikut gue saja ke kontrakan, lo bisa tidur disana sama gue," ajak Kiting.
"Serius Ting?"
"Ya seriuslah, kalau gue ga setius ngapain gue ajak lo, buruan naik sebelum gue berubah pikiran."
Gerry langsung naik ke atas motor jadul milik Kiting, hari ini dia sangat beruntung bertemu dengan Kiting, walaupun tingkahnya konyol tapi dia sangat baik.
Tidak lama kemudian, mereka sampai di kontrakan Kiting yang sangat sederhana.
"Sorry ya, kontrakannya kecil."
"Tidak apa-apa, justru gue sangat berterima kasih sama lo Ting sudah mau menampung gue di kontrakan lo."
"Tenang saja, lagipula gue juga kesepian disini sendirian kalau ada lo kan gue jadi ada teman ngobrol."
Malam pun tiba...
Kali ini Kiting membeli dua bungkus nasi goreng untuk makan malam mereka.
"Ger, ayo kita makan."
"Iya bentar."
Gerry keluar dari kamar mandi dengan mengusap-ngusap rambutnya yang basah.
"Ah segarnya, gue sudah tiga hari tidak mandi."
"Busyet, pantesan dari tadi gue berasa nyium-nyium bau apaan gitu."
"Hehehe..." Gerry hanya cengengesan.
Mereka pun makan malam bersama...
"Ger, lo cuci sana piring sama gelas kotornya," perintah Kiting.
"Caranya bagaimana?" tanya Gerry dengan polosnya.
"Astaga Gerry, lo itu rakyat jelata sama kaya gue masa cuci piring sama gelas juga ga tahu caranya."
"Sorry, gue belum pernah melakukannya," sahut Gerry menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Memang benar, dari kecil sampai dewasa Gerry belum pernah melakukan hal seperti itu, jangankan cuci piring dan gelas kotor, nginjak dapur pun Gerry belum pernah.
"Ya sudah, sini lihatin gue."
Kiting mengajarkan Gerry untuk mencuci piring dan gelas yang kotor.
"Nah begini caranya."
"Oh gitu ya, nih Ting satu lagi," seru Gerry dengan menyerahkan piring kotor ke arah Kiting dan tanpa sadar akhirnya malah Kiting yang menyelesaikannya.
"Lah, kampret kok malah gue yang nyuci."
"Ok, sekarang gue sudah tahu caranya, besok giliran gue yang cuci.
Gerry duduk bersila di hadapan televisi sembari menyesap kopi yang dibuatkan oleh Kiting. Sedangkan Kiting menyalakan rokoknya, asap mengepul di seluruh ruangan kontrakan kecil itu sehingga membuat Gerry menutup hidungnya dan terbatuk-batuk.
"Uhuk..uhuk..uhuk..Ting, bisa ga lo ngerokoknya diluar bau tahu."
"Hah, lo ga ngerokok?" tanya Kiting tidak percaya.
"Kagak, gue kagak ngerokok. Ngerokok itu ga sehat buat kesehatan kita."
"Yaelah sok sehat lo."
Kiting beranjak dari duduknya dan pindah ke teras kontrakan. Malam semakin larut, Gerry sudah mulai menguap rasa kantuknya sudah menyerang dan matanya pun sudah tidak bisa dibuka lagi.
"Kenapa, lo ngantuk?" tanya Kiting.
"Hooh."
"Ya sudah tidur sana jangan di paksain, nih sarung buat selimut lo."
"Makasih."
Gerry pun langsung merebahkan tubuhnya di depan televisi dan tidak membutuhkan waktu lama, Gerry sudah terlelap menuju alam mimpinya.
"Ya ampun, cepat banget dia tidurnya. Tapi kok ngerasa si Gerry bukan berasal dari keluarga ga punya deh, penampilannya walau pun kaya gelandangan tapi kulitnya mulus banget kaya yang sering melakukan peeawatan.
***
Keesokkan harinya...
Gerry sudah bangun lebih awal, dia mencari sarapan untuknya dan untuk Kiting.
"Ting, bangun Ting sudah siang," seru Gerry dengan mengguncangkan tubuh Kiting.
"Hmmmm...."
Kiting meregangkan tangannya, dia menggeliat dan dengan langkah gontai dia mengambil handuk masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah sarapan, mereka langsung pergi ke toko. Hari ini mereka giliran mengantar beras ke komplek sebelah.
"Ini kan komplek menuju rumah gue," batin Gerry.
"Berhenti di rumah depan Ger, yang pagar hitam itu," tunjuk Kiting.
Deg....
"Itu kan rumah gue," batin Gerry.
Gerry menghentikan mobilnya...
"Ayo turun, ngapain lo malah melamun."
"I--iya."
Dengan ragu-ragu Gerry turun dan mengikuti langkah Kiting.
"Tuan Darius, ini pesanan berasnya."
"Iya tunggu sebentar."
Tangan Gerry dan tubuh Gerry mulai bergetar hebat mendegar suara orang yang merupakan Omnya itu. Pria paruh baya itu keluar dengan sombongnya.
"Tolong simpan beras itu disini," serunya.
"Ger, cepet angkat berasnya."
"Ah iya."
Kiting melihat tangan Gerry begitu sangat bergetar membuat Kiting merasa bingung.
"I--ini Tuan."
Om Darius menatap penuh selidik ke arah Gerry.
"Siapa pemuda ini? kok perasaan aku kenal dengannya, tubuhnya mengingatkanku pada Gerry," batin Om Darius.
Gerry terus saja menundukkan kepalanya, kali ini tangannya mengepal penuh dengan amarah. Gerry langsung masuk ke dalam mobil dan membiarkan Kiting yang mengurusnya.
Selama dalam perjalanan, Gerry tidak bicara sepatah kata pun membuat Kiting merasa bingung.
"Awas kalian, gue bakalan balas semua perlakuan kalian sama gue, kalian dengan enaknya hidup senang sementara gue selama ini hidup susah bahkan untuk makan dan tidur pun gue susah," batin Gerry dan tanpa sadar Gerry memukul stir mobil sehingga membuat Kiting terkejut.
"Aaarrrgggghhh....sialan."
"Astaga naga, busyet lo kenapa teriak-teriak? untung jantung gue sehat, kalau gue punya penyakit jantung, bisa-bisa gue koi'd disini," seru Kiting dengan memegang dadanya.
"Sorry..sorry..Ting, gue lagi kesel."
"Lo lagi kesel sama siapa?"
"Gue..gue..iya juga ya gue kesel sama siapa?" sahut Gerry dengan senyuman mirisnya.
"Dasar saraf lo."
Gerry kembali fokus mengendarai mobilnya, tapi tetap saja hatinya merasa sakit melihat rumah peninggalan orang tuanya sekarang sudah menjadi milik orang lain bahkan mereka tidak berhak memilikinya karena mereka mengambil hak Gerry dengan paksa.
💰
💰
💰
💰
💰
Jangan lupa
like
vote n
komen
TERIMA KASIH
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Salmah
sabar gery,karma itu ada
2022-02-08
1
Neneng Kardiana
Setaun aq goban itu dua puluh ribu yaa.. Klo gocap br 50k bener gk sih??
2021-12-06
1
Aruna Zahrani
gmn klo kmu pepet tuh tante loe....trua bujuk rayu utk bs mengalihkan kuasa atas smua hartanya. 😂😂😂😂 ngehalu bgt aq
2021-09-05
1