Part 4

Hubunganku dengan Mas Arga semakin memanas, kami tidak bertegur sapa walaupun begitu aku tetap berusaha baik-baik saja di depan anak-anak. Seolah tidak ada apa-apa, apalagi didepan sanak keluarga dan tetangga. Aku masih bersikap seperti biasa begitu pula Mas Arga. Apabisa ada saudara atau teman bermain ke rumah aku dan Mas Arga akan bersikap seolah kami adalah keluarga yang harmonis, padahal di balik itu semua ada bara panas yang sedang membakar biduk rumah tanggaku.

Tapi bagaimanapun diri ini hanya wanita biasa, punya titik jenuh ada kalanya juga butuh orang lain untuk berkeluh kesah. Rasanya kepalaku sudah tak mampu lagi melihat ulah Mas Arga yang sekarang semakin gila siang malam hanya berkutat dengan handphone, headset dan laptopnya. Lelah menghadapi semua ini, Akibatnya aku sering uring-uringan. Gledia dan Alya menjadi korban kemarahanku beruntung Gledia di jemput oleh ibuku tadi siang untuk berlibur di rumah adiku yang ada di Yogyakarta selama seminggu.

Sedangkan Alya sejak hubunganku dengan Mas Arga kurang baik, Alya menjadi rewel dia menjadi gampang marah dan semakin manja. Alya baru mau tidur jika Mas Arga menggendongnya, begitu pun jika malam hari ia terbangun dia akan memanggil papa bukan mama. Ini membuat aku mau tidak mau harus berinteraksi dengan Mas Arga. Hal yang sangat aku benci saat ini. Kalau bukan karna Gledia dan alya mungkin aku sudah pergi dari rumah ini.

Seperti malam ini semenjak Mas Arga pergi Alya terus-terusan menangis, dia mencari cari papanya aku mencoba menenangkan nya. berbagai cara dilakukan tapi hasilnya nihil, Alya terus saja menangis sesenggukan sambil sesekali berteriak-teriak memanggil papanya. Ditengah kebingungan, aku coba menekan rasa gengsi dan egoku demi anak. Aku mencoba menelpon mas Arga. berkali-kali dan hasilnya tetap sama hanya suara oprator yang terdengar 'Nomor yang anda tuju sedang sibuk,cobalah beberapa saat lagi'

Sebenarnya aku tau saat ini Mas Arga pasti sedang berasik-asik ria telponan dengan wanita itu di belakang toko ibu mertua. Ingin menyusulnya, tapi bagaimana mungkin aku membawa motor dengan menggendong alya. jika meminta tolong seseorang untuk menyusul Mas Arga ke toko ibu aku takut orang itu tau kelakuan Mas Arga dan itu bisa jadi gosip sekampung. Ahh.... tidak aku harus menutup rapat masalah ini tapi bagaimana dengan gadis yang tak berdosa di gendonganku ini, suaranya hampir habis kareba menangis.

Akhirnya aku ada ide untuk mengirim SMS saja, meskipun sedang menelpon. SMS akan masuk dan ada notifikasi bukan kah Mas Arga memakai headset, segera aku meminta Mas Arga pulang dengan alasan Alya, aku berdoa semoga Mas Arga langsung membaca pesan dariku. Harap-harap cemas aku menunggu Mas Arga semoga cepat datang setelah sepuluh menit menunggu, dia datang dan segera mengambil alih Alya sesaat di gendongan Mas Arga Alya langsung terdiam.

"Alya, minum susu dulu ya sayang."

Ucap Mas Arga pada Alya sambil berupaya menyerahkan Alya kepangkuanku, tapi rupanya Alya tidak mau melepaskan pelukannya. Dia tetap bersandar manja dan melingkarkan tangannya ke leher mas Arga.

"Mau minum di susu botol aja? sama papa ya." Alya mengangguk lemah, aku segera bergegas ke dapur membuatkan susu formula untuk Alya.

Alya meneguk susu itu dengan lahap, sebentar saja sudah habis dan ia terlelap di pangkuan papanya. Setelah dirasa benar benar terlelap, Mas Arga memindahkan Alya ke tempat tidur.

"Jika kamu tidak tenang bagaimana kamu menenangkan anak mu? ikatan bathin antara ibu dan anak sangat kuat" Mas Arga mulai berbicara padaku setelah beberapa waktu lamanya tidak berbicara, tapi itu bukan hal yang menyenangkan bagiku justru aku merasa muak dengan kata kata nya.

"Ha.. ha.. oyaa tau juga tentang hal itu..?"

Jawabku sinis atau malah terkesan mencibir.

"Maling teriak maling, cobalah kau bercermin dulu. Siapa yang menyulut api di rumah ini? Siapa yang membuat rumah ini seperti di neraka? KAU!!!" Aku berkata dengan nada serendah mungkin dan tekanan yang kuat. Agar ia tau betapa sakitnya aku oleh perbuatannya.

"Ha..ha.. Ratih..Ratih kau memang tak pernah berubah, tetap seperti dulu egois" dia berbicara dengan tenang sambil memencet remote televisi dan memindah-mindahkan chanel.

"Haaa....akuuu?"

"Ya, siapa lagi. Siapa yang menginginkan pernikahan ini?" Sambungnya dengan ekspresi yang sama, dingin.

"Oh, kamu menyesal menikah denganku? Bagaimana pun aku ini ibu dari anak-anak mu, darah dagingmu, ingat itu!!!"

"Itulah kamu Ratih, keras kepala. Percuma berbicara padamu bertahun-tahun hidup bersama, tetapi tak pernah mengerti aku" Dia tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepala, entah apa maksudnya membuat diri ini malah semakin muak melihatnya.

"Tak pernah mengerti? Aku harus bagaimana Mas? Aku sudah berusaha menjadi yang terbaik, aku urus rumah ini dengan baik, rawat kau dan anak-anakmu hingga tak kurang satu pun"

"Ratih aku tidak haya butuh istri yang bisa membersihkan rumah,memasak makanan,mencucikan bajuku,mengurus rumahku. Tidak, jika seperti itu apa bedanya kamu dengan asisten rumah tangga. Aku juga butuh istri yang bisa menjadi teman saat aku bahagia dan menjadi sahabat saat aku terluka"

"Hallah.... itu kan bisa-bisanya kamu aja cari alasan, agar saya maklum kamu jalan dengan perempuan murahan itu"

"Jangan sebut sebut dia dengan kata murahan, Lily tidak seperti itu!"

"Lalu, apa namanya bagi perempuan perusak rumah tangga orang lain. Apa tidak pantas di sebut pela..." Aku tidak meneruskan kata-kataku ketika sadar Mas Arga berdiri dengan wajah memerah menahan amarah dan tangan yang terangkat untuk menamparku.

Hatiku benar-benar sakit melihat reaksi dari Mas Arga, dia benar-benar tidak terima wanitanya disebut murahan olehku. Dia menatapku tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang memuncak. Aku sudah tak bisa membendung air mataku, perlahan ia menarik tangannya yang terangkat dan pergi ke kamar Alya meninggalkan ku sendiri di ruang tengah.

Aku terisak mengingat kejadian tadi, kata-kata Mas Arga benar-benar melukai hatiku. Tak kusangka sedalam itu cintanya untuk wanita itu. Aku benci, aku harus menemuinya dan melabrak wanita sialan wanita pengganggu rumah tanggaku, aku tak boleh kalah.

Terpopuler

Comments

Raisaa

Raisaa

ktnya GK Sling cinta, kok ank ku udh 3?

2022-12-19

0

Nurmila Karyadi

Nurmila Karyadi

slah sih maksain diri..skrg kan tau rasanya?

2022-08-06

0

Eva Dewi Panggabean

Eva Dewi Panggabean

ku menangis

2020-12-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!