Part 2

Malam harinya kami sekeluarga suamiku, aku, Yaya dan anaku yang kecil pergi ke pasar malam. Kulihat Yaya sangat bahagia disana suamiku dan Yaya bermai-main dengan bergembira. Tak lupa berfoto-foto dengan hp baru dan akulah yang jadi juru foto mereka. Melihat kebahagiaan mereka aku tak rela merusaknya kuredam sendiri semua rasa gundah gulana dalam hatiku, aku berharap semuanya akan kembali normal seperti biasanya.

Tapi sejak kejadian sore itu Mas Arga suamiku semakin menjaga jarak denganku dan Yaya. Hari-hari kami lewati seperti biasa walaupun ada yang berbeda. Mas Arga semakin sibuk dan semakin jarang bersama kami, tiap hari ia selalu pulang ke rumah dengan tepat waktu namun dia bagai orang lain, bukan Mas Arga yang biasanya. Dia lebih senang menghabiskan waktu sendiri bersama dengan laptop dan hp barunya. Seperti malam ini selepas isya, Ia sudah mengemasi laptop dan segala perangkatnya.

"Aku mau ke toko ibuku" pamitnya datar, aku hanya mengangguk mengiyakan. Baru pukul lima sore dia tiba di rumah. Sekarang sudah pergi lagi, dan begitu pun pada hari-hari berikutnya. Dia lebih senang berada di toko ibu mertua, dari pada bermain dengan anak anak. Dia baru pulang setelah hampir tengah malam.

Aku ingin protes padanya, namun apa dayaku tak mampu untuk bicara padanya. Takut dia marah padaku lalu meninggalkanku dan anak-anak. Namun naluriku sebagai wanita mendorongku untuk mengikutinya malam ini, setelah Alya anak bungsuku tidur, tanpa sepengetahuan nya aku datang ke toko. Sesampainya disana aku memberi isyarat pada penjaga toko agar tidak memberi tahu kedatanganku kepada Mas Arga.

Penjaga toko memberi tahu kalau Mas Arga ada di ruang belakang toko ini di dekat gudang ada sebuah kamar dengan ukuran 3x3m. Terdapat sebuah dipan single bed dengan sprei warna coklat. serta satu buah meja kerja lengkap dengan sebuah komputer dan dekstop. Aku berjalan mengendap endap secara berhati-hati agar aku tidak diketahui suamiku, ku dengar mas Arga tertawa renyah, dengan siapa dia bicara? Entahlah, aku hanya berdiri di balik pintu tanpa berani membukanya.

Dengan segenap kekuatan yang tersisa, aku tata hati ini yang sedari tadi remuk redam mendengar pembicaraan mereka berdua. Bukan masalah isi pembicaraan nya yang membuatku cemburu, tapi dengan bagaimana Mas Arga bisa senyaman itu bicara panjang lebar. berbicara ini itu, dengan teman bicaranya itu. Namun, aku tak mau berburuk sangka, mungkin itu teman lamanya. Atau saudara jauhnya yang sudah lama tak jumpa. Aku mencoba berfikir positif, aku tarik nafas dalam-dalam kemudian aku langsung pulang kerumah takut anak bungsuku bangun dari tidurnya.

"Mama dari mana aja si? lama amat, Yaya kan takut adek nangis ma" baru saja aku sampai di rumah Yaya sudah menanyaiku.

"Mama dari toko eyang" aku hempas kan tubuhku ke sofa.

"Ko ga bawa apa apa? " ya ampun aku lupa harusnya aku membeli sesuatu untuk Yaya. Entah itu susu atau biskuit kesukaan nya untuk reward karna mau menjaga adiknya.

"Mama lupa bawa uang besok deh ya mama bikinin puding kesukaan Yaya" aku mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Beneran loh ma, janji ya?" Yaya tampak senang.

"Tapi dengan satu syarat"

"Apa?"

"Yaya jawab dulu pertanyaan mama"

"Oke, janji" jawab Yaya penuh semangat sambil menautkan jari kelingking nya dengan kelingkingku.

"Ada rahasia apa Yaya dengan papa?"

Seketika wajah Yaya berubah murung dia menunduk, aku dekati Yaya dan aku belai rambutnya.

"Yaya... Yaya sayang kan sama mama?" aku masih coba membujuknya, Yaya hanya mengangguk pelan.

"Lihat wajah mama,sayang" Dia mendongakkan kepala.

"Tapi Yaya usah janji sama papa dan pa ustad bilang kita ga boleh ingkar janji"

"Kalau begitu mama ubah pertanyaan nya,kenapa Yaya pengen banget pinjam headset papa?"

"Ehmmm... soalnya Yaya pengen dengerin musik kaya papa" bukan, bukan itu jawaban yang ingin ku dengar.

"Selain dengerin musik biasanya papa ngapain lagi dengan headsetnya?"

"Bicara sama orang"

"Yaya dengar?"

"Iya dengar kadang-kadang"

"suaranya laki laki atau perempuan?"

"perempuan"

Ya allah benar dugaanku, aku tak kuasa menahan air mataku. Segera aku masuk ke kamar melihat anak bungsuku, aku tak mau Yaya melihatku menangis. Aku benar-benar cemburu. Tak ku sangka Mas Arga bisa selepas itu mengobrol dengan wanita lain. sedangkan aku yang sudah menjadi istrinya selama delapan tahun, dia jarang sekali bicara denganku. kecuali kalau ada masalah keluarga, selebihnya tak ada.

Mas Arga benarkah tak ada cinta dihatimu untukku???...

Terpopuler

Comments

Sarina Jml

Sarina Jml

sedih thor

2020-08-15

2

Endang Nurdianti

Endang Nurdianti

semangat thor... baru baca 2 episode aja auto sudah mau mewek....

2020-06-07

1

chaeruddin adam

chaeruddin adam

😭😭😭....semamgat yah thoorrr dan sehat terusss sukses selalu thooorrr

2020-04-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!