Perasaan Bella tidak karuan. Ia berhasil mengambil cuti dadakan hari ini hanya untuk membahagiakan orang-orang terdekatnya.
Bella duduk bersandar pada sandaran dipan dengan perasaan tidak bahagia. Tanpa semangat, ia membuka kado dari Citra. Rupanya gaun putih berbahan scuba selutut yang cantik. Lengannya berbentuk balon sebatas ketiak. Cantik sekali, tetapi tetap saja, momen untuk memakai gaun pemberian Citra bukanlah momen yang Bella inginkan.
Sudah jam dua belas siang tapi Bella masih belum melakukan apapun. Sedangkan Ibunya sibuk di dapur dan Bapaknya mondar-mandir membeli kekurangan bahan makanan. Bella mengembuskan napas setiap kali mendengar Ibunya berteriak memanggil Bapaknya. Bapaimanapun, acara lamaran yang akan berlangsung dua jam lagi bukanlah acara spesial. Tetapi kenapa semua orang repot?
Seseorang mengetuk pintu kamar Bella dua kali.
" Citra kak."
Bella cepat-cepat membaringkan tubuhnya di atas kasur. Pura-pura tidur. Siapa tahu dengan begini acaranya tiba-tiba batal. Namun, tanpa ada izin dari Bella, Citra tiba-tiba menggoyang tubuh Bella.
Bella membuka mata perlahan. Pura-pura menguap dan mengerjap berkali-kali, " jam berapa ini?" tanyanya pura-pura.
" Jam dua belas lewat. Astaga, bangun dong, Kak."
Bella mengucek matanya pelan-pelan. Ia mengangguk kemudian kembali menutup mata. Pura-pura tidur lagi.
" Kak, udah hampir setengah satu. Siap-siap lah. Bang Aska udah mau datang."
Mendengar nama Aska, si pelukis gondrong membuat Bella ingin mati suri selama dua hari.
" Kak..."
Akhirnya, dengan segenap keengganan, Bella bangun dan merubah posisinya menjadi duduk, " jam berapa sekarang?" tanyanya lagi.
" Setengah satu. Bangun dong."
Bella mengerjap. Memandangi penampilan Citra dari ujung kepala hingga ujung kaki. Rupanya Citra masih memakai pakaian formal khas gaya kerjanya, " kok kamu udah pulang?"
" Izin masuk setengah hari dong. Kan mau ada acara penting."
Bella mengangguk-anggguk, kemudian bersandar pada sandaran dipan lagi, " kamu seneng ya Kakak mau dilamar?"
Citra mengangguk mantap, " lebih seneng lagi kalau Kakak cepet nikah. Biar Citra juga cepet nikah."
Sepertinya Citra jujur. Namun kejujuran itu membuat Bella semakin tak terima dengan perjodohan ini.
***
Jika bisa memusnahkan satu hal dari dunia ini, Aska hanya ingin memusnahkan pandangan Ayahnya mengenai Diana.
Aska diseret pulang oleh Ayahnya tengah malam buta, bahkan ketika ia sedang bercinta dengan Diana. Ayahnya marah besar karena melihat ketidakberesan perilaku anak terakhirnya dengan matanya sendiri.
" Ayah merasa gagal mendidik kamu, Ka."
Begitu yang Aska dengar dari Ayahnya semalam sebelum mengunci pintu kamarnya. Aska dapat mendengar kekecewaan yang mendalam dalam nada suara Ayahnya. Bagaimanapun, Aska masih punya nurani. Ketika mendengar nada bicara yang seperti itu dari orang tuanya, batinnya seperti mengoreksi setiap perbuatan yang ia lakukan dengan Diana.
Aska tahu dan sangat paham jika apa yang ia lakukan dengan Diana adalah kesalahan. Tetapi bagaimanapun, Aska sangat mencintai Diana terlepas dari apapun profesi kekasihnya. Meski Ayahnya selalu mengungkit soal itu dan berpikir jika Diana bukan perempuan baik-baik, Aska tak peduli. Ia sudah terlalu yakin dengan cintanya dengan Diana.
" Yah, Diana itu perempuan baik-baik," Aska ingat percakapan empat tahun yang lalu. Setelah Ayahnya tahu profesi modeling yang digeluti Diana.
Niko terkekeh meledek, " Mana ada model majalah dewasa masuk klasifikasi perempuan baik-baik?"
Aska nyaris mengumpat Ayahnya apabila kesadaran tak mengingatkannya jika orang yang merendahkan kekasihnya adalah Ayahnya sendiri. Ia kemudian pergi dari rumah dan memutuskan tinggal bersama dengan Diana untuk melindungi kekasihnya yang rapuh.
Mengingat itu, Aska benci. Ia membenci keputusan Ayahnya yang tiba-tiba ingin malamarkan anaknya tanpa persetujuannya terlebih dahulu.
Bagi Aska, Bella bukanlah tipenya. Bella terlalu kurus dan sama sekali tidak menggoda imannya. Lalu, bagaimana bisa ia akan menikah dengan perempuan yang bahkan tak pernah masuk daftar perempuan favorit dan tidak eye catching?
Di apartemen, Diana pasti sedang ketakutan. Meski ia tahu Ayahnya tak akan melakukan apa-apa terhadap Diana, Aska tetap tak bisa menikah dengan siapapun selain Diana.
" Mas, sudah jam satu. Siap-siap ya."
Itu suara Asri. Asisten Rumah Tangga di rumahnya yang baru berusia dua puluh tahun. Anak kenalan Ayahnya yang cukup cantik. Jika boleh memilih antara Bella dan Asri, Aska jelas akan memilih Asri yang memiliki dada dan bokong lebih besar daripada Bella.
" Mas..." Asri mengetuk pintu kamar Aska lagi.
" Kunci kamar di Ayah, Sri."
" Oh iya lupa."
Kemudian terdengar suara 'klek' yang membuat Aska segera menyiapkan ancang-ancang untuk kabur.
" Mas, Tuan bilang pakai baju ini."
Aska mudur beberapa langkah ketika melihat Asri dengan dua satpam rumah yang badannya seperti bodyguard. Untuk kekuatan tangan mereka sudah tidak diragukan lagi. Pernah suatu hari rumah nyaris kemalingan. Si maling yang katahuan langsung pingsan hanya dengan sekali sentuhan di area leher. Selain berbadan besar, Mereka paham mengenai sistem syaraf manusia. Makanya, Niko begitu mempercayakan keamanan rumah pada dua orang tersebut.
Aska tak berani berkutik di depan keduanya. Asri tampak seperti ratu yang membawa dua pengawal. Aska langsung menerima pakaian yang dibawakan Asri dan bergegas mandi.
Rupanya Ayahnya sudah memperhitungkan segalanya dengan sangat matang untuk memisahkan Aska dan Diana.
Aska sengaja melambatkan durasi mandinya agar mereka terlambat datang. Paling tidak keluarga Feri menganggap jika keluarga Niko tidak on time dan menghilangkan kepercayaan dari salah satu pihak. Tetapi, baru sepuluh menit di kamar mandi, pintu kamar mandi sudah digedor-gedor.
" Mas, sudah mau jam setengah dua."
Itu suara Ardi, salah satu satpam andalan Ayah yang punya wajah cukup lumayan.
" Sabar kenapa sih!"
Dengan santai, Aska memejamkan mata dan membiarka tubuhnya tenggelam dalam lautan busa di dalam bath tub.
***
Mereka tiba tepat pukul setengah empat, lebih lama setengah menit dari waktu perjanjian.
Jika Bella bisa memutuskan, ia tidak akan mau dilamar oleh orang yang ngaret. Bagaimanapun waktu adalah waktu yang jika terbuang hanya untuk menunggu sebentar saja, kesempatan akan terlewatkan. Namun, kali ini kasusnya berbeda. Meskipun keluarga Niko terlambat delapan jam pun, Orang tuanya anak menolerir keslaahan itu, karena mereka terlalu dibutakan oleh kepercayaan.
Aska dan keluarga datang dengan beberapa kotak yang berisi berbagai macam hal. Ada sepaket skincare dengan merk yang sangat mahal, Make up yang juga harganya selangit, serta semua yang dipakai dan dibutuhkan perempuan.
Aska berjalan di antara orang tuanya. Ia memakai setelan jas hitam dengan kemeja putih di dalamnya. Rambut gondrongnya diikat rapi. Wajahnya tampak bersinar, namun langkahnya terlihat ogah-ogahan. Ia sempat didorong-dorong oleh seorang bertubuh atletis yang berjalan di belakangnya.
Bella memandang penampilan Aska dari ujung kepala hingga ujung kaki seteliti mungkin. Begitu juga sebaliknya. Namun, setelah selesai, keduanya sama-sama membuang muka ke arah berlawanan.
" Selamat datang bos Niko," seperti biasa, Bapak memanggil Niko dengan gelar bos. Karena Ayah Aska memang bos.
" Senang bisa datang kesini," Niko menjawab. Ia menerima jabatan tangan Feri kemudian duduk setelah dipersilahkan.
Seperti biasa, percakapan dimulai dengan basa-basi kawan lama hingga berubah topik menjadi percakapan 'lamaran' yang tidak diinginkan.
Bella tak tahu harus bagaimana dan menjawab apa ketika ditanya, " jadi, nak Bella apakah siap menjadi istri Aska Aldrik? anak bungsu Niko Prasetyo?"
Bella diam cukup lama. Hingga ekspresi Bapaknya berubah kecewa. Melihat itu, Bella menarik napas dan memgembuskannya perlahan. Ia harus memutuskan segera dan tidak boleh membuat semua orang yang ia sayang kecewa.
" Jadi..."
Bella mengangguk lemah , " ya," ucapnya pelan.
Di hadapan Bella, Aska kecewa.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Jeny Chan
mampir kak.....
2021-08-12
1
Almora
next, 👍
2021-07-12
2