Pertemuan Dengan Orang Penting

Bella dikejutkan dengan keberadaan Bapaknya di ruang keluarga ketika ia baru saja pulang dari kantor. Seperti biasa ia pulang terlambat dan membawa tentengan makanan ringan untuk menemani menonton televisi setelah magrib. Kali ini ia membawa satu boks cokelat dengan toping kacang mede yang sangat terkenal. Karena itu camilan kesukaan Citra.

Di ruang keluarga rupanya sudah lengkap jika ia duduk di antara mereka. Citra yang biasa akan mengambil lembur setiap hari Rabu, sepertinya tak berlaku hari ini. di sofa, mereka tertawa terbahak setelah membicarakan humor baru yang Bapak dapatkan dari teman-temannya di Kalimantan.

" Bel, baru pulang? Sini!"

Itu suara serak Bapak. Bella benar-benar tak percaya jika Bapaknya benar-benar pulang sehari setalah menghubunginya. Memang tidak tampak seperti biasanya, tapi bagaimanapun Bella senang Bapaknya sudah pulang dengan selamat. Meskipun garis-garis di wajahnya tampak jelas terlihat. kulitnya pun tambah hitam, sangat kontras dengan rambutnya yang semakin banyak warna putihnya.

Bella bergegas duduk di antara mereka. Citra langsung merebut tentengan Bella dan senyum kegirangan. Anak itu, sudah berusia dua puluh lima tahun tetap saja kelakuannya seperti anak kecil. Apakah memang sifat anak terakhir selalu seperti itu?

" Kamu lupa ya kalau Bapak pulang hari ini? Kok pulang telat?"

" Bukan lupa, Bella ada pekerjaan tambahan yang harus dikerjain hari ini, Pak." Bella jujur. tadi ketika ia sudah bersiap akan pulang on time, atasannya mengadakan meeting dadakan yang harus ia hadiri. Dan meeting itu rupanya memakan waktu cukup lama hingga Bella menyesal tidak kabur saja tadi.

" Bapak paham pekerjaan kamu. Memegang salah satu bagian penting dalam suatu perusahaan memang dipaksa untuk selalu loyal, tapi kamu juga harus peduli sama diri kamu juga loh," Bapak mulai berpidato. Seperti Bapak pada umumnya, ia sering sekali memberi wejangan yang lebih sering masuk kuping kanan lalu keluar kuping kiri di telinga anak-anaknya.

" Bella cukup peduli sama diri sendiri..."

" Peduli nggak kalo diomongin tetangga?" Citra selalu tak bisa jaga ucapan. " Sebagai adik, Citra sakit hati Kak Bella dibilang perawan tua sama Bu Seto dan geng sosialitanya..."

" Cit..." Ibu berusaha membungkam Citra namun anak itu terus berbicara.

" ... mau menikah diumur berapa kan hak setiap orang. Ibu-ibu itu ya bisanya mengkritik orang aja. Heran!"

Bella memegang dadanya. Meskipun Citra hanya menyampaikan apa kata orang, mendengar omongan orang yang seperti itu tentang dirinya membuat dadanya nyeri. Ia speechless, tak tahu harus menjawab apa. Ia tidak bisa menyalahkan perkataan orang-orang tentang dirinya karena di Indonesia perempuan manapun akan dianggap perawan tua jika tak menikah pada usia awal dua puluhan. sedangkan dua tahun lagi Bella akan memasuki usia tiga puluh, yang artinya jika ia tidak segera menikah, pandangan tetangga akan lebih liar lagi dari ini.

" Bapak mau mengurus pernikahan kamu secepatnya kalau kamu sudah punya calon."

Tidak ada yang bisa Bella perkenalkan hingga saat ini. Bahkan orang dekat saja ia tidak punya. Rasanya ia terlalu sibuk mengejar gelar S2 pada awalnya, lalu sibuk mengejar Jabatan di tempat kerjanya hingga ia lupa kodrat wanita yang sebenarnya untuk menjadi apa.

" Kak, Mas Adit mau melamar Citra."

Bella sudah dengar soal itu.

" Bapak nggak mau kamu ngelangkahi kakak kamu, Cit."

Bella juga sudah dengar soal itu.

" Kak, umur Citra udah dua puluh lima tahun. Apa Kakak nggak kasian sama Citra?"

Bella tahu itu. Bahkan setelah percakapan keluarga itu berakhir dan Bella bergegas ingin mengistirahatkan diri, ucapan terakhir Citra memenuhi isi kepalanya. Ia tidak bisa adiknya menerima cemoohan yang sama.

***

Bella pulang cepat hari ini karena Bapaknya mengajak makan keluarga di luar. Bella senang, karena setelah enam bulan Bapaknya bertugas, setiap mendapat giliran libur selalu menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga, salah satunya adalah makan malam di Restoran Saung Rasa kesukaan Bapak dan jalan-jalan diakhir pekan nanti.

Sesampainya di rumah, Citra sudah rapi memakai tanktop hitam dan outer krem serta celana bahan hitam. Aromanya semerbak memenuhi ruangan.

" Kok baru pulang sih. Buruan sih." Citra melepaskan ponselnya dari kabel charge.

" Kamu nggak kerja?" Bella jelas heran. Setelah izin tidak ikut lembur kemarin, Citra hari ini malah tampak lebih santai.

" Cuti lah. Emangnya kakak, work is my life."

Bella mengembuskan napasnya kasar. anak ini benar-benar menyebalkan. Bella mendengar tawa Citra di belakangnya. Tapi Bella tak peduli soal itu. Mau bagaimanapun manusia butuh makan dengan kerja. Sok-sokan sekali Citra itu. Seperti orang tak butuh makan saja!

Mandi dan berdandan sudah menjadi hal wajib jika akan keluar bersama keluarga. Bella bahkan bisa memakai beberapa perhiasan emas untuk mempercantik penampilannya.

Di depan cermin, ia mencatok rambutnya yang ikal sebahu menjadi lurus lembut sepunggung. Ia merasa penampilan seperti ini sangat jarang terjadi pada dirinya. Bella berdiri, memperhatikan jumpsuit hitam tanpa lengan yang ia pakai. Ia tersenyum. Jumpsuit ini adalah pemberian Bapaknya setahun lalu, ketika seperti anak kecil Bella minta dibelikan ini di Bali.

" Kak Bell, udahan belum?"

Itu suara Citra. Bella meraih tas Charles & Keith kesukaannya, kemudian turun ke lantai bawah di mana Citra sudah gusar menunggunya selesai berdandan.

" Lama bangat sih!"

Bella berjalan anggun melewati Citra begitu saja tanpa menggubris perkataannya. Sengaja, supaya Citra tahu jika kakaknya sangat elegan dan lux.

" Yeh, ditungguin malah ninggalin."

***

Bella pikir mereka akan berhehti di Restoran Saung Rasa kesukaan Bapaknya. Tetapi, chevrolet hitam Bapaknya justru parkir di Restoran Jepang bintang lima dekat hotel ternama.

" Loh, Restoran Jepang?" Citra juga tidak tahu jika Bapaknya yang suka masakan nusantara tiba-tiba memilih Restoran Jepang untuk makan malam bersama keluarga.

Bapaknya tertawa, " aneh ya? seminggu lalu Bapak makan makanan Jepang dan sekarang ketagihan."

Kali ini Bella tertawa, " Enak ya?"

" Biar nggak monoton aja. Masa setiap hari makan tumis kangkung sama tempe goreng melulu."

Sebelum semuanya keluar dari mobil, semuanya tertawa, kecuali Bella yang curiga ketidakberesan ini.

Bagi Bella ini aneh. Meskipun Bapaknya bilang mulai menyukai makanan Jepang. Bahkan ketika mereka memasuki area makan yang telah dipesan. Meski makan di restoran mahal, Bapak tak pernah memesan tempat terlebih dahulu. Bahkan jika tempat penuh, mereka bisa keluar untuk mencari tempat makan lainnya.

Semuanya terjawab ketika Bella melangkah menuruni anak tangga terakhir menuju kolam renang. Di sisi kolam telah tertata sebuah meja persegi panjang yang di atasnya sudah tersedia berbagai jenis makanan. Yang membuat Bella dan Citra kaget adalah keberadaan orang lain di sana. Tiga orang yang tidak familiar bagi Bella.

" Bos Niko!" Bapak bersalaman dengan seorang yang tampak tua sekali. kulit wajahnya keriput, memakai setelan jas hitam dan topi. Dari balik topi, Bella melihat beberapa rambut putihnya keluar.

" Feri, makin gemuk saja kamu. Ini pasti Bella?"

Bella tersenyum, kemudian menjabat tangan Niko. Dulu waktu kecil Bella pernah beberapa kali bertemu dengan lelaki tua itu. Bapaknya sering mengunjungi rumahnya yang seperti istana. Bapaknya pernah bilang jika Niko adalah teman dekatnya semasa SMA dulu.

" Om Niko. Lama nggak ketemu. Bella pangling."

" Pangling lah. Om sudah tua sekali. Tapi bontotnya Om belum nikah juga," Niko mencubit lengan lelaki di sebelahnya.

" Aduh!"

Keluarga Bella dan Istri Niko tertawa tertahan. Bella melirik lelaki yang mengaduh tadi. Matanya menyipit dan si laki-laki meringis. Rambutnya gondrong dan wajahnya seperti anak berusia awal dua puluhan. Anehnya lagi, Bella seperti pernah bertemu dengannya.

" Fer, inget sama Aska nggak?" Niko membuka pembicaraan.

" Itu Aska?" Bapak menceletuk dan menunjuk lelaki yang duduk di sebelah Niko.

" Kamu kan lahir dua tahun sebelum Bella. Berapa umurmu?"

" Tiga puluh Om."

Bella tersedak. Tiga puluh tahun. Ia kemudian melirik wajah itu sekali lagi. Astaga dia adalah lelaki yang kemarin menawar harga buket di toko bunga itu.

Yang membuat Bella heran, dia adalah anak Niko yang kaya raya, tapi kenapa harus menawar buket sampai segitunya?

" Sudah menikah?"

Kemudian percakapan itu menjadi percakapan yang tidak ingin Bella dengar seumur hidup.

***

Episodes
1 Efek Mencuri Dengar
2 Pertemuan Dengan Orang Penting
3 Kabar Buruk
4 " YA" yang Terpaksa
5 Persiapan Utama
6 Persiapan Orang Tua
7 Masa Lalu Aska
8 Bella dan Masa Lalunya
9 Pagi-Pagi Sebelum Pernikahan Dimulai
10 Hadiah Keren
11 Perjanjian di Malam Pertama
12 Janji Manis
13 Sakit
14 Hidup yang Penuh Warna
15 Kabar Buruk
16 Masalah Aska
17 Hilangnya Diana
18 Malam Keempat
19 Kabar Baik
20 Bisnis Baru Ayah Aska
21 Jalan-Jalan
22 Kecewa
23 Diana Kembali
24 Berbeda
25 Bukan Aska
26 Bosan
27 Lukisan
28 Sarapan di Atas Meja
29 Di Kafe
30 Kesempatan
31 Komplain dari Malaysia
32 Masakan
33 Meeting
34 Mantan Pacar
35 Parkiran Mall
36 Makan Malam
37 Pertemuan di Bandara
38 Pengakuan Rasa
39 Kejutan Tengah Hari Bolong
40 Kantor Aska
41 Kunjungan
42 Kabur
43 Panggilan
44 Americano
45 Menguntit
46 Telepon dari Security
47 Makan Siang
48 Saksi Mata
49 Tamu Tak diundang
50 Keputusan
51 Curhat
52 Solusi
53 Harapan
54 Di Hari Lamaran
55 Empat Mata
56 Perjalanan ke Bandung
57 Antara Bandung, Bella dan Arya
58 Pernikahan Citra
59 Porak-Poranda
60 Pertemuan Dengan Bella
61 Bantuan
62 Berita di Media
63 Pemakaman Bapak
64 Menyerah
65 Buru-buru
66 Pesan Dari Bella
67 Pernikahan Arya-Bella
68 Selamat Datang di Dunia, Ares!
69 Beberapa Malam Setelah Malam Pertama
70 Mohon Dibaca
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Efek Mencuri Dengar
2
Pertemuan Dengan Orang Penting
3
Kabar Buruk
4
" YA" yang Terpaksa
5
Persiapan Utama
6
Persiapan Orang Tua
7
Masa Lalu Aska
8
Bella dan Masa Lalunya
9
Pagi-Pagi Sebelum Pernikahan Dimulai
10
Hadiah Keren
11
Perjanjian di Malam Pertama
12
Janji Manis
13
Sakit
14
Hidup yang Penuh Warna
15
Kabar Buruk
16
Masalah Aska
17
Hilangnya Diana
18
Malam Keempat
19
Kabar Baik
20
Bisnis Baru Ayah Aska
21
Jalan-Jalan
22
Kecewa
23
Diana Kembali
24
Berbeda
25
Bukan Aska
26
Bosan
27
Lukisan
28
Sarapan di Atas Meja
29
Di Kafe
30
Kesempatan
31
Komplain dari Malaysia
32
Masakan
33
Meeting
34
Mantan Pacar
35
Parkiran Mall
36
Makan Malam
37
Pertemuan di Bandara
38
Pengakuan Rasa
39
Kejutan Tengah Hari Bolong
40
Kantor Aska
41
Kunjungan
42
Kabur
43
Panggilan
44
Americano
45
Menguntit
46
Telepon dari Security
47
Makan Siang
48
Saksi Mata
49
Tamu Tak diundang
50
Keputusan
51
Curhat
52
Solusi
53
Harapan
54
Di Hari Lamaran
55
Empat Mata
56
Perjalanan ke Bandung
57
Antara Bandung, Bella dan Arya
58
Pernikahan Citra
59
Porak-Poranda
60
Pertemuan Dengan Bella
61
Bantuan
62
Berita di Media
63
Pemakaman Bapak
64
Menyerah
65
Buru-buru
66
Pesan Dari Bella
67
Pernikahan Arya-Bella
68
Selamat Datang di Dunia, Ares!
69
Beberapa Malam Setelah Malam Pertama
70
Mohon Dibaca

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!