Pagi ini Aska punya mata panda. Ia tidak bisa tidur semalaman karena telah dipermalukan berkali-kali oleh Ayahnya sendiri ketika bertemu dengan keluarga sahabat Ayahnya.
" Sarapan sudah siap!"
Aska menutup kembali wajahnya dengan selimut setelah mendengar suara Diana, kekasihnya. Perempuan itu duduk di tepi ranjang dan berusaha menurunkan selimut yang menutupi wajah Aska.
" Good morning, dear," Diana mengulas sebuah senyum. Rambut lurus sebahunya dikuncir separo dan kulit sawo matangnya mengkilap, tampak eksotis dan menggoda. " Sarapannya udah ready, sayang. Bangun dong," Diana berucap manja. Karena ia tahu, dengan begitu Aksa akan gemas dan segera bangun.
Aska tak pernah dapat menolak apapun yang dilakukan dan disediakan Diana untuknya. Apalagi jika nada suaranya sudah manja, Aska selalu ingin mendekapnya dan tidur sepanjang hari dengan Diana.
Hubungan mereka sudah hampir lima tahun. Bahkan sejak empat tahun yang lalu, Aska mengajak Diana untuk tinggal bersama di apartemen sederhananya. Mereka bahkan telah melewati terlalu banyak waktu bersama. Tetapi, Ayahnya tak pernah setuju dengan hubungan mereka.
" Ayah nggak peduli mau senakal apa kamu waktu muda. Ayah cuma mau kamu cari perempuan baik-baik buat jadi istri kamu!" perintah itu keras dan Aska selalu mengingatnya meski Aska tidak pernah setuju dengan pendapat ayahnya tersebut.
Memangnya menurut Ayahnya perempuan seperti apa yang baik-baik? Bagi Aska, Diana lebih dari baik untuk menjadi seorang istri. Ia bahkan mati-matian belajar masak selama dua tahun terakhir hanya untuk memuaskan Aska sebagai kekasihnya.
" Beib..."
Aska tersadar. Ia kemudian bergegas merubah posisinya menjadi duduk. Ia tatap wajah Diana lamat-lamat. Dalam kondisi apapun, Diana sangat cantik di matanya. Mata, hidung, bibir, bahkan tubuhnya selalu membuatnya bergairah.
" Kamu masak?"
Diana menggeleng, " pesan online. Rasanya capek semalaman nemenin kamu."
Aksa mendekatkan duduknya dengan Diana. ia pegang bahu Diana yang berbalut outer rajut abu-abu lengan panjang. Kemudian melepas outer tersebut. Menampakkan tubuh berbalut crop tanktop warna putih.
" Sayang, ayo kita sarapan," Diana menjauhkan kepala Aska yang mulai menciumi lengannya.
" Selesai sarapan kita ngapain?"
Diana tersenyum, kemudian bangun dan menarik Aska ke ruang makan.
***
" Kamu ingat kan sama Aska?" Bapak membuka pembicaraan yang tak ingin Bella bahas.
Bagaimanapun, ingatan itu sudah terlalu lama. Ia hanya pernah bertemu Aska lima kali seumur hidup. Tiga kali ketika ia baru masuk SD dan dua kali belakangan ini. Semua kesan yang ditinggalkan Aksa pun tak ada yang keren.
Aska kecil sangat nakal. Pada pertemuan pertama mereka, Aska delapan tahun merebut boneka barbie yang baru dibelikan Bapaknya. Pertemuan keduanya, Aska memakai sandal Bella dan menghilangkannya. Pertemuan ketiganya Aska memberi permen yang bahkan sudah menempel dengan bungkusnya. Bahkan dua pertemuan terakhir mereka meninggalkan kesan yang buruk bagi Bella.
Bapak tertawa, " dia jahil ya? tapi sekarang dia ganteng kan?"
Bella tak begitu tertarik dengan wajah laki-laki yang sangat putih dan bermata sipit sepertinya.
" Bell, Bapak berniat menjodohkan kamu sama Aska."
Kali ini mata Bella melotot. Ia tak percaya jika kalimat itu baru saja diucapkan Bapaknya dengan tenang.
" Tapi..." Bella ingin menolak. Namun, ketika ingat apa yang dikatakan Citra dua hari yang lalu membuatnya harus mencari cara cerdik agar ia tak dijodohkan dengan siapapun dan Citra dapat menikah dengan kekasihnya.
" Bapak ada libur dua minggu. Bapak mau sebelum Bapak balik ke Kalimantan, kamu sudah menikah dengan Aska. Supaya Bapak tenang ninggalin kamu, ninggalin Citra juga."
Rasanya Bella ingin menangis. Tetapi, sebagai anak pertama, ia harus kuat dan harus bisa menghadapi ini. Bella ingin membantah, tetapi melihat guratan di ujung mata Bapaknya dan rambut yang sebagian besar telah memutih, membuatnya sadar jika Bapaknya pasti menginginkan sosok penghibur lain di hidupnya.
***
Aska memasuki apartemen dengan wajah lesu. Sebuah lukisan Diana di dinding dekat pintu yang menyambutnya seperti tak terlihat setelah ia mendengar soal perjodohannya dengan Bella.
Aska berjalan kesal menuju pantry, melewati dinding-dinding yang seperti galeri seni pribadi. Wajah Diana menghiasi setiap sudut ruangan, namun ia hanya fokus pada kulkas di depannya. Aska mengambil dua botol minuman beralkohol dari dalam kulkas dan meminumnya langsung dari botol.
" Brengsek!" umpatnya. Ia tidak terima hidupnya diatur-atur orang lain, meskipun itu Ayahnya.
Bagaimana Ayahnya bisa begitu percaya dengan perempuan yang bahkan sudah lama tidak pernah ia temui? Sedangkan, Aska mati-matian berusaha memperkenalkan Diana sebagai calon istrinya selama bertahun-tahun dan Ayahnya hanya bilang, " Ayah mau kamu menikah dengan perempuan baik-baik."
Memangnya seburuk apa Diana di mata Ayah? Apa karena masalah profesi?
" Brengsek!" umpatnya lagi. Ia lantas meminum lagi minumannya hingga kesadarannya hilang seperempat.
Di tengah kesadarannya yang kian menurun, Diana tiba-tiba memeluk Aska dari belakang, " Sayang, are you okay?"
Aska menoleh, memandang lamat-lamat wajah Diana yang selalu membuatnya ingin melakukan segala hal dalam kondisi apapun bersamanya. Ia tarik perempuan itu ke pelukannya. Ia ***** bibir Diana dan membiarkan perempuan itu duduk di pangkuannya.
Aska menginginkan bersama Diana seumur hidupnya, tetapi kesadarannya kembali ketika Diana nyaris melepas tanktop-nya.
" Tolong tinggalin aku sendiri."
Diana telah paham bagaimana sifat Aska. Ia menyipitkan mata, memandang Aska lamat-lamat. Ia tahu Aska sedang ada masalah jika menolak Diana. Barangkali Aska bertengkar lagi dengan Ayahnya. Bagi Diana itu sudah biasa. Ia akhirnya membenarkan pakaiannya, mengelus punggung Aska, mencium bibirnya dan berbalik pergi.
***
" Besok Bapak sudah atur jadwal sama Om Niko. Dia bilang, Aska mau melamar kamu."
Kalimat itu terngiang-ngiang di kepala Bella.
Ia tak pernah berpikir jika masa lajangnya akan berakhir dengan tidak mengenakkan. Bapak rupanya telah merencanakan ini sejak lama. Bapak bahkan telah memesan sesuatu yang katanya sangat berharga untuk hadiah pernikahan Bella sebelum Bella mengatakan 'iya' sekalipun.
Di balik senyum bahagia Bapak dan Ibunya, Bella masih tak percaya jika pertemuan antara keluarganya dan keluarga Aska akan berlangsung besok sore. Pukul tiga. Di rumah Bella.
Rasanya terlalu dadakan dan tidak menyenangkan mendengar kabar buruk itu. Bella berdoa jika lelaki gondrong yang tampangnya seperti ABG itu kabur dari rumahnya dan tenggelam di sungai Amazon kalau bisa agar perjodohannya batal.
" Kak, Citra punya hadiah buat Kakak."
Bella memandang tangan Citra yang memegang kotak persegi empat yang cukup besar. Ogah, tapi tak baik menolak pemberian orang lain, apalagi adik sendiri.
" Besok dipake ya."
Setelah mengucapkan pesan terakhir, Citra pergi ke kamarnya. Dari cara berjalannya, Citra tampak bahagia, pun dengan raut orang tuanya. Bella jadi tak enak menolak perjodohan ini. Sepertinya mereka telah lama menuggu momen ini.
Bella tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya ingin Aska tak datang dengan alasan apapun besok.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments